Semua Bab Cinta yang Kau Bawa Pergi : Bab 111 - Bab 120

157 Bab

Part 111 Dating Setelah Menikah 2

"Kenapa melamun?" tegur Barra kemudian ikut menatap ke arah bawah. Yovan sudah tidak tampak, yang masih terlihat adalah Mahika yang baru turun dari eskalator."Kalian sudah sangat akrab ya?" tanya Barra sambil menyuap nasinya. Delia juga melakukan hal yang sama."Dia banyak cerita tentang keluarganya, Mas. Waktu kami ketemu saat aku makan siang di luar bareng Mei. Papanya ketahuan selingkuh di usia tua. Punya anak dengan perempuan lain yang membuat pernikahannya berantakan. Sayang banget ya, menikah puluhan tahun harus hancur lebur karena kenikmatan semu itu.""Biarlah, jangan ikut campur. Itu hidup mereka." Barra tidak suka kalau Delia terlalu banyak nimbrung dikehidupan orang lain."Aku nggak ikut campur. Setidaknya itu bisa jadi pelajaran buat kita. Nikmat sesaat itu, akhibatnya sungguh fatal. Semoga nggak akan Mas contoh."Barra menghentikan gerakan tangannya, kemudian menatap istrinya dengan tajam. "Ngomong apa, sih?""Aku nggak mengajak Mas berdebat. Aku hanya ngajak diskusi, ba
Baca selengkapnya

Part 112 Perfect Paradise 1

Satu per satu penumpang yang masuk pesawat diperhatikan oleh baby Riz. Bayi itu duduk anteng di pangkuan Delia, hanya tangannya yang bergerak-gerak menarik celana yang dipakainya. Sedangkan Barra masih sibuk menata barang di kabin pesawat.Biasa baby Riz tidak betah lama-lama di pangku. Langsung saja melorot turun ke bawah kalau di rumah. Tapi kali ini bayi umur enam bulan itu diam dalam pangkuan sang mama.Barra memilih penerbangan kelas bisnis. Kursinya lebih luas, bisa selonjoran, dan bergerak lebih leluasa. Bisa juga di adjust menjadi tempat tidur. Yang penting ada ruang penyimpanan ekstra untuk meletakkan barang-barang milik si bayi.Hari Delia deg-degan juga. Inilah kali pertama membawa anaknya perjalanan jauh. Biasanya hanya dekat-dekat saja. Itu pun mobil bisa menepi untuk berhenti di rest area. Tapi kali ini perjalanan akan panjang dan lama."Riz ngantuk sepertinya," kata Barra sambil menatap sang anak."Nanti saja kalau sudah take off aku susuin, Mas. Biar dia tidur."Baby R
Baca selengkapnya

Part 113 Perfect Paradise 2

"Jam segini masih gelap, Mas. Kalau di tempat kita sudah terang benderang. Bahkan sudah panas.""Kalau musim gugur begini, matahari terbit paling awal jam setengah delapan. Makanya sekarang masih gelap."Keduanya duduk sambil memperhatikan matahari yang beranjak naik. Hingga tampaklah pemandangan menakjubkan di luar sana. Gunung-gunung yang berjajar, perbukitan yang berwarna keemasan karena dedaunan yang berubah warna kuning, oranye, dan merah. Sungguh panorama luar biasa. New Zealand memang memiliki landskap pemandangan yang sangat memesona. Perfect paradise."Yang terlihat dari jendela kaca saja sudah begini indahnya, Mas. Bagaimana jika kita sudah keluar nanti. Tentu lebih memukau. Laksana surga.""Kita memang sedang berada di surga. Karena Mas sudah mendekap bidadarinya."Delia menyemburkan tawa. Astaga, pandai juga Barra menggombal. Padahal tiga hari yang lalu tatapan matanya bagai Elang yang hendak menerkam mangsa. Dikarenakan Yovan datang ke rumah bersama mamanya. Menengok baby
Baca selengkapnya

Part 114 Aku Akan Menunggu 1

Baby Riz duduk di car seat sambil minum susu di botol. Kali ini Delia duduk mendampingi putranya di bangku belakang. Bocah berjaket tebal itu tak berkedip memandang sekawanan domba yang bergerombol di pinggir jalan sepanjang perjalanan mereka. Ada juga yang berlarian di padang rumput dan perbukitan.Domba-domba liar itu tidak takut terhadap klakson atau manusia. Karena mereka sudah terbiasa bertemu setiap hari. Jika klakson di bunyikan, domba itu tidak ada yang berlari, tapi menepi perlahan. Mereka terbiasa dan santai menyeberangi jalan dan berpindah dari satu padang ke padang yang lainnya.Terlihat baby Riz sangat gemas melihat hewan berbulu putih itu. Kaki dan tangannya bergerak-gerak seolah ingin menyentuh si domba.Di sana tidak hanya mobil yang dikendarai Barra yang berhenti. Di depan sana beberapa kendaraan terparkir dan penumpangnya turun untuk berfoto. Pemandangan di kejauhan itu memang memukau."Mas, kita turun sebentar. Aku mau ambil foto," pinta Delia saat sang anak selesai
Baca selengkapnya

Part 115 Aku Akan Menunggu 2

"Aku lihat mobilmu di depan tadi. Kenapa nggak langsung masuk," tergur Mahika setelah mereka duduk berhadapan di sebuah tempat makan."Sebenarnya aku sudah sampai sejak tadi, Mbak. Sebelum mall buka.""Sorry, kalau nunggu lama.""Nggak apa-apa. Aku yang datang terlalu awal.""Kamu mau makan apa?""Nasi goreng saja sama teh panas."Mahika langsung berdiri untuk memesan makanan. Kebetulan dia juga belum sarapan. Setelah itu kembali duduk di hadapan Aksa. "Tampaknya ada hal serius yang ingin Mbak sampaikan padaku." Aksa mulai percakapan. "Ya." Mahika diam sejenak kemudian kembali berbicara. "Beberapa hari yang lalu, aku menjenguk kakakmu. Kami bicara banyak. Bahkan tentang masa depan," ucap Mahika serius."Maksudnya?" Aksa kaget dan tidak mengerti arah percakapan.Mahika menunduk. Berpikir dan memilih kata untuk menyampaikan sesuatu pada Aksa. Wanita itu kembali mengangkat wajah. "Kami akan menikah setelah kakakmu keluar dari penjara."Aksa lebih terperanjat lagi dengan pengakuan wanit
Baca selengkapnya

Part 116 Suatu Hari 1

Mahika meraih gelas minumnya, kemudian menyesap beberapa teguk untuk melonggarkan tenggorokan."Kami belum membahas serius hal itu."Aksa mengangguk paham. "Yang penting Mbak memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Sebab nggak mudah membawa seorang narapidana masuk dalam lingkungan kehidupan keluarga, Mbak Mahika.""Aku ngerti," jawab Mahika sambil tersenyum. Dia juga mengerti segala konsekwensi yang akan diterima jika memutuskan menikah dengan Johan. Tidak hanya omnya saja yang akan marah, tapi bisa berimbas hubungan kerjasamanya dengan perusahaan Barra. Sebab dia yang mewakili kerjasama itu. Mungkin hubungannya dengan Delia juga akan terputus. Tak mengapa, segala tindakan ada efek baik buruknya. Pasti itu. Segala konsekwensi selalu ada di setiap tindakan. Belum lagi penolakan dari sang papa. Kalau mamanya tidak mempermasalahkan ketika diajak diskusi waktu Mahika pulang ke Jombang. Meski awalnya juga sempat shock. Namun beliau berpendapat, laki-laki yang sejak awal baik tidak bisa men
Baca selengkapnya

Part 117 Suatu Hari 2

Barra dan Delia juga sempat tidur di rumah sewa milik Dani. Rumah minimalis modern yang hanya ada dua kamar, ruang tamu, dapur yang menyatu dengan meja makan. Hampir setiap rumah di sana memiliki alat penghangat ruangan. Rumah Dani juga dipenuhi oleh furnitur yang cantik dan karpet berwarna cerah.Delia suka memperhatikan rumah-rumah milik penduduk yang ditemui di sepanjang perjalanan mereka. Desain rumah yang gambarnya selama ini familiar digunakan untuk desktop PC, tablet, iPad, iPhone, android, atau menjadi gambar tampilan di kalender. Sekarang Delia melihatnya dengan nyata. Negeri kiwi itu bagaikan lukisan yang nyata."Besok kita stay di hotel saja, Mas. Lusa kita sudah menempuh perjalanan panjang," kata Delia sambil menyandarkan kepala di bahu suaminya."Kamu capek."Delia menjawabnya dengan senyuman. "Kita bisa jalan-jalan di sekitar sky tower saja. Atau di dermaga lihat Yacht dan kapal pesiar.""Oke, Sayang," jawab Barra sambil mengeratkan rangkulannya.* * *Aksa berjalan terg
Baca selengkapnya

Part 118 Malam Penuh Kejutan 1

Suasana di rumah Pak Irawan sangat meriah malam itu. Mereka mengundang para kerabat dan tetangga untuk datang di acara tujuh bulanan kehamilan Diva. Lantunan doa sudah selesai. Sebab sejak pagi tadi juga ada acara khatam Al-Qur'an dan selesai jam tiga sore.Acara tujuh bulanan Diva berbeda dengan acara yang dilakukan oleh Delia setahun yang lalu. Tujuh bulanan untuk kehamilan Delia sangat sederhana. Hanya ada pengajian dan mengundang kerabat dekat saja. Tapi kali ini serangkaian adat Jawa sangat kental mewarnai acara Diva dan Samudra. Mereka mengadakan sungkeman, siraman, pecah telur, memutuskan janur, brojolan, pecah kelapa, ganti busana, dan jualan rujak.Wangi bunga menguar dari sisa air yang digunakan untuk mandi tadi. Samudra dan Diva telah berganti pakaian dan duduk di antara para kerabat. Tetangga sudah sudah pulang selesai acara. Sekarang mereka akan mengadakan gender reveal party di dalam ruang tamu. Balon dua warna menjadi icon jenis kelamin anak. Biru untuk anak laki-laki
Baca selengkapnya

Part 119 Malam Penuh Kejutan 2

Cintiara menghempaskan diri di atas pembaringan. Tubuhnya terasa remuk redam. Sudah lama dia tidak melakukan message di salon. Relaksasi dan segala pelayanan salon yang biasa ia lakukan sebulan sekali dengan tagihan yang dibayar oleh Barra. Fasilitas itu sekarang tidak dapat dinikmatinya. Yang tersisa sekarang hanya sesalan dan kebencian. Delia telah menghancurkan mimpinya. Namun ia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Cinta Barra bukan untuknya lagi.Gadis itu bangkit dari pembaringan. Kemudian melangkah keluar rumah. Di seberang jalan sana ada seorang ibu-ibu yang biasa di mintai warga sekitar perumahan untuk memijat badan. Tubuhnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Terlebih beberapa hari ini badannya terasa meriang."Saya tunggu setengah jam lagi, Bu. Karena saya juga mau mandi dulu," ucapnya pada wanita yang menemuinya di teras rumah."Njih, Mbak."Baru saja memasuki halaman rumahnya kembali. Sebuah taksi berhenti di belakangnya. Siska turun dari sana dengan tampang yang kusut."M
Baca selengkapnya

Part 120 Oleh-oleh dari Auckland 1

"Kenapa, Pak Barra?" tanya Mahika heran."Saya menolaknya," jawab Barra tegas.Mahika terdiam kemudian memerhatikan profil gadis yang baru bekerja di perusahaan Omnya setengah tahun ini. Padahal dia bekerja sangat baik sejauh yang Mahika tahu."Dia staf kami, Pak Barra. Lumayan bisa di andalkan.""Sudah berapa lama dia kerja dengan Anda?""Setengah tahun ini.""Baru setengah tahun dan Bu Mahika sudah mempercayakan proyek ini padanya? Walaupun Mbak Mahika bilang nanti tetap dipantau oleh orang kepercayaan Pak Robby.""Pengalaman kerjanya banyak, Pak Barra. Dan dia lumayan handal menurut saya.""Tapi saya menolak. Lagian kenapa Bu Mahika mau mundur? Apa Ibu ingin kembali ke Jombang?""Nggak, Pak Barra.""Lantas ....""Saya akan menikah."Barra tersenyum. "Kabar baik ini. Tapi apa Bu Mahika ingin berhenti berkarir? Kenapa proyek yang sudah berjalan baik akan digantikan orang untuk mengawasi.""Nggak juga. Saya akan tetap bekerja." Entahlah, Mahika belum sanggup untuk menjelaskan. Dia mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status