"Mas, kok diam?" tanya Delia sambil mendongak dan menggoyangkan tubuh Barra. Biasanya mendengar nama itu disebut, kepala Barra mendadak seperti cerobong pabrik tebu yang mengeluarkan asap. Karena hatinya tiba-tiba terbakar. Tapi kali ini dia diam mematung."Mas, marah?" ulang Delia masih memandang suaminya. Antara khawatir dan bingung.Barra membenahi dan menepuk-nepuk bantal. "Sudah malam. Ayo, kita tidur!" Tidak peduli dengan sang istri yang masih memandangi, Barra malah membimbingnya untuk merebahkan diri. Kemudian menarik selimut untuk mereka berdua.Bukan Delia kalau menyerah begitu saja tanpa mendapatkan jawaban. Wajahnya di dekatkan pada wajah sang suaminya yang saat itu telah memejam. "Mas, nggak suka?" tanya Delia sekali lagi.Sang suami membuka mata. "Nggak, siapa bilang Mas nggak suka. Ayo, tidur!" tangan Barra mengusap-usap lengan istrinya."Mas, pasti nggak suka.""Sayang, sudah malam. Cepet tidur sebelum mas berubah pikiran," jawab Barra sambil menatap istrinya. Senyum
Read more