Semua Bab Cinta yang Kau Bawa Pergi : Bab 91 - Bab 100

157 Bab

Part 91 Kasmaran 2

Diva tersenyum menyambut kepulangan Samudra jam dua belas malam. Sejak tadi ia memang belum tidur karena menunggu kepulangan sang suami dari simposium disalah satu ballroom hotel di Surabaya. "Mas, mandi dulu biar aku buatin teh hangat," kata Diva setelah mengambil jas dan tas dari tangan suaminya."Nggak usah bikin teh. Air hangat saja," jawab Samudra sambil merangkul istrinya masuk ke dalam.Samudra langsung mandi, sedangkan Diva membawakan segelas air hangat dari dapur dibawa ke kamar mereka."Bagaimana acaranya tadi? Lancar, Mas?" Diva bertanya sambil duduk di sebelah sang suami yang baru selesai mandi."Alhamdulillah, lancar. Besok masih sehari lagi. Mas minta maaf kalau masih sibuk di akhir pekan. Kita nggak bisa staycation."Diva tersenyum, tapi kemudian berubah sedih. "Nggak apa-apa. Aku juga lagi haid sekarang. Tadi sepulang kerja pas mau mandi, aku datang bulan. Padahal aku berharap kalau bulan depan ada kabar gembira."Samudra yang sebenarnya sangat lelah, fokus memperhati
Baca selengkapnya

Part 92 Delia dan Kehamilannya 1

"Sayang, ada apa?" Barra menjajari langkah istrinya."Kita pergi dari sini, Mas," jawab Delia memeluk lengan sang suami dan melangkah cepat tanpa menoleh.Barra terus mengikuti dan tidak bertanya lagi. Ia sekarang paham bagaimana harus menyikapi Delia. Tentu ada sesuatu yang membuatnya panik seperti itu. Rasa mengalami trauma itu sungguh luar biasa. Setelah merasakan sendiri, akhirnya ia bisa memahami. Terbesit penyesalan atas sikap dinginnya pada Delia dulu. "Kita pulang?" tanya Barra ketika mereka sampai di tempat motor terparkir.Delia masih diam sambil memperhatikan ke arah warung tadi. Barra menoleh untuk melihat ke arah yang sama. Namun ia tidak melihat ada kejanggalan di sana. Bahkan dia juga tidak mengenal satu pun orang-orang di warung tadi. Tidak biasanya Delia panik seperti itu. Dia terbiasa menghadapi apapun dan hanya takut pada dirinya ketika mereka baru menikah."Sayang, duduk dulu atau kita langsung pulang?" Sabar sekali Barra menanyai istrinya."Kalau kita pulang aku
Baca selengkapnya

Part 93 Delia dan Kehamilannya 2

Dua bulan kemudian ....Perut Delia kian membuncit di kehamilan delapan bulan lebih dua minggu. Namun bentuk tubuhnya tidak banyak berubah kecuali dadanya yang kian membusung dan panggulnya yang sedikit melebar. Gerakannya masih lincah dan tidak bisa berjalan pelan kalau tidak ditegur oleh suami dan Mbak Ida sewaktu di kantor. Namun begitu, dia tetap seperti kebanyakan perempuan hamil. Merasakan pegal di kaki dan pinggangnya karena menahan beban di perut yang kian berat. Tapi pekerjaan jalan terus. Dia tidak akan mengambil cuti sebelum seminggu dari hari perkiraan lahiran yang ditetapkan oleh dokter. Padahal Barra maupun papanya sudah memintanya untuk cuti dan istirahat di rumah. Hanya Delia saja yang degil karena tidak ingin bosan duduk diam di rumah."Kamu enak, Lia. Hamil sebesar ini badanmu masih langsing, perutmu aja yang membesar. Aku hamil dulu, seluruh tubuhku ikut bengkak. Jalanpun ngangkang," kata Mei saat mereka janjian makan siang di luar. "Iya, aku tahu. Tapi hebat, dal
Baca selengkapnya

Part 94 Suami Siaga 1

Sebenarnya Mbak Ida mengajak Delia periksa ke klinik bersalin terdekat, karena rumah sakit tempat dokter Yunita bertugas lumayan jauh dari kantor.Namun Delia tetap bersikeras periksa ke dokter langganannya. Siapa tahu kalau memang mau lahiran, bisa langsung ditangani oleh dokternya sendiri. Terpaksa Mbak Ida menyuruh sopir perusahaan mengantarkan ke rumah sakit tempat Samudra yang juga bekerja di sana."Ada apa, Dek. Kamu mau melahirkan?" tanya Samudra tergesa-gesa menghampiri Delia yang melangkah menuju ruangan dokter Yunita. Kebetulan diperjalanan tadi Delia mengirimkan pesan pada sang kakak kalau mau bertemu dokter kandungannya."Dari tadi perutku tegang dan terasa nyeri, Mas.""HPL-nya masih dua mingguan lagi, kan?""Iya, sih.""Oke, mungkin maju dari perkiraan." Samudra menyuruh seorang perawat untuk memberitahu dokter Yunita bahwa Delia sudah sampai rumah sakit. Tidak lama dokter berhijab abu-abu keluar ruangan dan mempersilakan Delia masuk. Samudra tertahan di luar karena tid
Baca selengkapnya

Part 95 Suami Siaga 2

Barra menceritakan sekilas kejadian setelah mereka pulang. Mei merasa bersalah dan meminta maaf berkali-kali. "Maaf banget, Mas. Kalau tau gitu saya nggak mau diajak keluar. Sekarang bagaimana keadaan Delia?""Nggak apa-apa, Mbak. Delia sedang istirahat di kamar. Saya nggak nyalahin Mbak Mei. Saya hanya ingin tahu, apa ada sesuatu yang membuat Delia tiba-tiba kontraksi tadi?" Barra khawatir jika istrinya kembali bertemu dengan Aksa. Atau ada kejadian lain yang membuat istri lincahnya tiba-tiba drop."Apa Delia nggak cerita sama, Mas Barra?""Cerita apa?""O, kalau gitu biar Delia aja yang cerita, Mas." Suara Mei terdengar takut."Ceritakan saja nggak apa-apa. Biar saya tahu apa yang membuat Delia dibawa ke rumah sakit tadi."Diam sejenak. Kemudian Mei menceritakan pertemuan mereka dengan Cintiara. Semua diceritakan apa adanya. Tidak ada yang dikurangi atau ditutupi. Sebenarnya Mei sendiri kalau tidak ditahan Delia, pasti sudah mendamprat perempuan itu."Terima kasih. Mbak, udah mau ce
Baca selengkapnya

Part 96 Hari Istimewa 1

Barra tersenyum sambil mengecup kening istrinya. "Kita masuk dulu. Mas mau mandi, setelah itu baru cerita." Diajaknya sang istri masuk kamar."Mas, tadi dari kantor, ya?" Delia tidak puas dengan jawaban suaminya."Sini, kamu duduk manis dulu. Tunggu Mas selesai mandi. Oke!" Barra menyuruh Delia duduk di ranjang. Pria itu segera melepaskan kemeja yang dipakainya, kemudian masuk ke kamar mandi. Delia kembali berdiri untuk mengambilkan minum.Tidak butuh waktu lama untuk Barra membersikan diri. Dia keluar dengan handuk yang membelit pinggang. Pada saat bersamaan Delia masuk membawakan segelas teh hangat yang ditaruhnya di atas meja rias. "Mas, tadi bilang kalau nggak balik ke kantor. Tapi waktu aku bangun, Mas sudah nggak ada. Keluar kata Mak Ni."Setelah berpakaian dan menyisir rambutnya, Barra duduk berhadapan dengan sang istri. "Tadi Mas ada keperluan di luar. Tapi bukan ke kantor." Barra menarik napas sejenak. "Kamu tadi jadi makan siang bareng Mei?""Jadi.""Kamu nggak ingin cerita
Baca selengkapnya

Part 97 Hari Istimewa 2

"Mau nambah nasi?" tanya Barra saat melihat nasi di piring Delia hampir habis."Nggak, Mas. Aku udah kenyang. Oh ya, nanti mampir sebentar ke toko perlengkapan ibu dan anak ya. Aku mau beli korset.""Tadi janjinya langsung pulang, kan?"Delia tersenyum. "Sebentar saja. Perlu banget lho korset itu. Aku harus make setelah lahiran. Mereka beliin perlengkapan untuk bayi saja karena bahagia mau lahir cucunya, sedangkan ibu yang sedang melahirkan dilupakan," jawab Delia. Mereka yang dimaksud adalah mamanya sendiri dan mama mertua. Delia tidak perlu membeli perlengkapan bayi lagi karena sudah dicukupi oleh dua mamanya. Barang-barang itu menumpuk di salah satu sudut apartemen. Membuat Barra tak sabar untuk segera mengajaknya pindah ke Dream House."Oke, habis itu kita langsung pulang.""Siap, Pak Barra!" jawab Delia dengan mengangguk hormat. Membuat Barra tersenyum lebar melihat polah istrinya.* * *Langit kota Surabaya biru cerah pagi itu. Delia menatap arakan awan putih bergerak perlahan
Baca selengkapnya

Part 98 Welcome, Baby Boy 1

Mobil yang dikemudikan pria bertopi perlahan menepi setelah beberapa menit ia meninggalkan rumah sakit.Ia terbayang wajah perempuan yang baru saja di tolongnya. Delia. Wanita cantik yang bertahta dalam hatinya sejak dulu hingga sekarang ini. Seorang gadis yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama saat mereka bertemu di sebuah pesta ulang tahun sang kakak yang kini mendekam di penjara. Delia sedang menemani Melia waktu itu. Gadis periang yang ternyata telah memiliki seorang kekasih, tapi tidak membuat perasaannya pupus. Sayang cintanya tak berbalas, meski pada akhirnya Delia telah putus dengan lelaki berwajah oriental itu. Delia tetap membangun jarak terhadapnya, terlebih setelah peristiwa mencekam itu terjadi. Ia juga tahu bahwa Delia mengalami depresi usai kejadian yang dipicu oleh ulah sang kakak. Kemudian tidak tahu kabarnya sama sekali setelah dia pergi ke Manado karena ada pekerjaan di sana. Dan tak sengaja bertemu lagi pagi itu di Taman Bungkul, tapi Delia pergi ketak
Baca selengkapnya

Part 99 Welcome, Baby Boy 2

Delia menunduk dengan kedua tangan bertumpu pada tepi ranjang bersalin. Wajahnya pasi dan mendesis menahan nyeri. Sepertinya sedang merasakan kontraksi yang lebih hebat lagi. Barra memeluknya lantas membimbing sang istri berbaring di ranjang.Peluh membanjiri wajah Delia yang lelah. Wajah ceria, tegas, degil, sementara menepi. Kalah oleh rasa sakit yang hanya dia sendiri yang tau rasanya. Tapi sesungguhnya, di pentas kehidupannya saat ini lah ia menunjukkan kekuatannya sebagai seorang wanita. Bukan dikala dia bisa berdebat mengalahkan lawan, atau ketika menghadapi Cintiara yang datang menyalahkan. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah sebelas jam Delia berjuang di ruang bersalin. Keluarga juga masih setia menemani dan mendoakannya dari luar ruangan.Diva gantian masuk saat Bu Hesti keluar. Wanita cantik itu memberikan kata-kata penyemangat untuk adik iparnya. Meski belum pernah melahirkan sendiri, tapi Diva dua kali menemani Mama El-nya ketika melahirkan Ryu dan Emily. W
Baca selengkapnya

100 Alfareezel 1

Mendengar ucapan Barra untuk anaknya, Mak Ni tersenyum sambil berbalik arah. Lucu sekali si bos. Anaknya belum genap umur sehari sudah disuruh cepat besar. Tidak tahu apa, istri pun masih merasakan nyeri di sekujur badan. Ah, begitulah, laki-laki ....Barra meminta Mak Ni untuk menidurkan kembali bayinya ke dalam box dari stainless steel yang ada di samping ranjang Delia. Lantas ia duduk menunggui di sebelahnya. Tak henti ia mengagumi hasil kerja kerasnya beberapa bulan yang lalu. Walaupun terlihat kaku, tapi Barra sangat menyukai anak-anak. Bahkan dia ingin memiliki banyak anak."Mas, nggak sarapan dulu?" tanya Delia pada sang suami yang masih memandangi bayi yang terlelap. Pagi-pagi tadi mereka telah dipindahkan ke kamar perawatan. Orang tua Delia dan Barra pamitan pulang untuk mandi dan berganti pakaian. Bu Hesti sedang menyiapkan acara aqiqah yang akan diadakan di rumahnya untuk sang cucu tercinta."Iya, ini mau sarapan." Barra mengambil sekotak nasi yang ada di dalam tas kresek
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status