Home / Romansa / Cinta yang Kau Bawa Pergi / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Cinta yang Kau Bawa Pergi : Chapter 71 - Chapter 80

157 Chapters

Part 71 Rahasia Hati 2

Di balkon ruang tamu lantai dua, Samudra menatap malam yang kian pekat. Terbayang wajah sendu Delia yang menatapnya dengan lekat. Sang adik menunjukkan keharuan dan kebahagiaannya saat mendengar kabar kalau dirinya hendak meminang seorang gadis. Kebahagiaan seorang adik untuk kakaknya, hanya itu yang Samudra rasakan. Minggu depan dia akan mengawali sebuah hubungan baru. Diva akan mengisi ruang hatinya yang selama ini dipenuhi cintanya pada Delia. Dia akan menikah dan menua bersama-sama dengan gadis itu yang akan menjadi pelabuhan terakhirnya.Nanti dirinya akan bersama-sama di pelaminan dengan Delia. Tapi bukan sebagai pasangan seperti yang pernah diimpikannya dulu. Mereka akan berdiri di sana dengan pasangan masing-masing.Semoga saja Barra bisa menjadi suami yang baik, setia, dan bertanggungjawab pada adiknya. Menjadi ayah yang hebat untuk anak-anak mereka nanti."Sam, kamu belum tidur?" tanya Pak Irawan yang tiba-tiba muncul dan berdiri di sebelahnya."Belum, Pa.""Kenapa? Mau lam
Read more

Part 72 Lamaran 1

Delia memperhatikan buket bunga di tangannya, kemudian senyum terbit di bibirnya yang sensual. Nama Barra tertera di kartu kecil yang ada di antara rangkaian bunga. Ada selarik kalimat manis tertulis di situ. [Good morning, my wife. Beautiful flowers for your beautiful day. From your husband. Barra.]Berarti tadi hanya pura-pura saja saat Barra bertanya tentang buket bunga. Padahal dari dirinya sendiri.Wanita itu mengalihkan perhatian saat ponsel di atas meja berdering. "Halo, Mas.""Sudah tau siapa pengirim bunganya?""Yeay, Mas bisa aja. Tadi sok curiga pula siapa yang ngirim bunga."Terdengar suara Barra yang tengah tertawa. "Aku sengaja bikin surprise untukmu. Gimana, suka?""Suka, thanks, Mas. Bentar lagi aku meeting ini. Mas, jadi meeting juga, kan?""Masih jam sepuluh nanti.""Ya udah. Aku siap-siap dulu.""Oke, Sayang."Hups. Delia jadi kaget mendengar Barra menyebutnya 'sayang'. Kata yang baru pertama kali ia dengar dari mulut suaminya. Wanita itu menyimpan ponselnya di da
Read more

Part 73 Lamaran 2

Gadis umur tiga puluh tahun itu melangkah masuk dan berdiri di sebuah foto berukuran besar yang tergantung rendah di tembok ruang tamu lantai dua. Foto papanya dan foto keluarga mereka waktu itu. "Akhirnya aku akan menikah, Pa. Restui aku," ucapnya mengusap foto sang papa sambil berderai air mata. Lantas mengambil foto itu, duduk di kursi dan menatap gambar lelaki tampan yang mengukir jiwa raganya."Dokter Samudra adalah pria yang baik, Pa. Walaupun aku baru mengenalnya. Dia pria terbaik di antara sekian laki-laki yang mendekatiku. Dia juga yang bisa membuatku lupa pada Bre. Ah, papa nggak kenal Bre, tapi Mama El mengenalnya. Cowok yang membuatku jatuh cinta pertama kali." Diva terus bicara dengan potret sang papa. Mengurai rindu yang kerap menyesakkan dadanya.Dari ujung tangga seorang wanita setengah baya menyaksikan itu semua. Meski pantas dipanggil ibu, tapi Diva sudah terbiasa memanggil Mbak pada Mbak Erna. Wanita itu pun terharu. Dialah saksi perjalanan hidup Diva semenjak gadis
Read more

Part 74 Membuka Hati 1

Barra tampak lebih santai meski mendengar nama itu disebut. Dia lebih fokus pada perbincangan dua keluarga. Samudra duduk tenang, Diva juga sumringah. Jauh berbeda dengan situasi saat ia bertunangan dengan Delia waktu itu. Pertunangan yang sekaligus menjadi hari pernikahannya.Semua serba terpaksa sehingga tidak ada wajah ceria baik dari dirinya maupun Delia. Yang ada hanya kemuraman dan wajah putus asanya Delia. Malam pernikahan yang seharusnya menggebu ternyata kelabu. Hingga mereka melalui malam pertama yang tak biasa. Itu pun mereka lakukan setelah pernikahan memasuki usia empat bulan.Namun ia bangga, kenangannya tidak menyamai lazimnya pernikahan pada umumnya. Suatu saat nanti akan menjadi cerita indah, yang bisa dikenangnya bersama Delia waktu keduanya telah menikmati hari tua.Beberapa menit kemudian, sebuah mobil memasuki halaman. Lima orang turun dari kendaraan. "Assalamu'alaikum," ucap seorang wanita memakai seragam seperti keluarga Rey yang lain. "Wa'alaikumsalam." Semua
Read more

Part 75 Membuka Hati 2

Melihat Delia makan dengan lahapnya, membuat Barra lega. Sebab waktu sang adik hamil dulu mesti bedrest total dan sempat opname beberapa kali karena susah makan. Satu hal yang mengkhawatirkan Barra, Delia ini terlalu lincah jika bergerak. Berjalan pun tidak bisa pelan, minum vitamin juga harus selalu diingatkan."Kamu capek, nggak?" tanya Barra."Kenapa?""Aku ingin mengajakmu sebentar saja.""Ke mana?""Ke suatu tempat. Nggak akan lama kok. Setelah itu kita langsung pulang dan kamu bisa istirahat.""Ya, nggak apa-apa."Selesai makan Barra mengajak Delia mampir di sebuah yayasan yang khusus menampung anak-anak yatim pintu dan anak terlantar. Atau bayi yang dititipkan oleh orang tuanya dengan alasan tak sanggup lagi membiayai karena sudah terlalu banyak beban. Baru saja turun dari mobil, mereka mendengar keriuhan suara anak-anak yang bermain dan menangis. Kehadiran Barra di sambut seorang wanita setengah baya yang tersenyum sambil menyalaminya. "Apa kabar, Mas Barra?""Baik, Bu. Oh y
Read more

Part 76 The Wedding 1

Dokter Yunita tersenyum. "Wow, destinasi impian itu. Saya rasa nggak masalah. Kondisi kehamilan Mbak Delia sehat. Mbak Delia juga dalam keadaan prima. Why not?" kata sang dokter sambil terus melanjutkan pemeriksaan. Melakukan USG dan melanjutkan dengan pemeriksaan leopold. "Kehamilannya sangat baik. Berat bayi juga sesuai umur. Ketuban nggak ada masalah. Kalian mau tahu jenis kelaminnya sekarang apa nanti?""Memangnya sudah kelihatan, Dok?" Tanya Delia."Sudah."Delia dan Barra menatap layar USG. "Laki-laki apa perempuan, Dok?" Barra yang bertanya, tak sabar."Jagoan, Mas Barra."Pria itu tersenyum sambil menatap istrinya. Pasti papanya sangat bahagia jika dikasih tahu. Lelaki terkadang seegois itu. Harus ada keturunan laki-laki yang akan melanjutkan trah keturunan mereka.Barra membantu istrinya untuk turun dari ranjang setelah selesai pemeriksaan. Mereka duduk berhadapan dengan dokter Yunita."Pada kehamilan trimester kedua biasanya memang dimanfaatkan oleh ibu hamil untuk liburan.
Read more

Part 77 The Wedding 2

Seharian itu Delia menghabiskan waktu di perpustakaan rumah papanya. Ruangan yang di desain dengan furniture warna klasik. Rak jati tinggi dipenuhi buku-buku berbahasa asing dan bahasa Indonesia. Mamanya suka mengoleksi banyak jenis buku. Jika terselip novel di sana, itu pasti koleksi dari almarhumah sang kakak. Sebab Melia gemar membaca novel. Nira lebih suka menonton daripada membaca. Sedangkan Samudra, akan betah duduk seharian membaca buku tentang kesehatan di situ. Kalau Delia sendiri, lebih suka membawa bukunya ke kamar untuk dibaca sambil rebahan.Kali ini Delia membaca sebuah buku parenting koleksi sang mama. Dia duduk di sofa yang menghadap ke dinding kaca besar dan dari sana bisa melihat ke kolam renang dan taman samping rumah. "Hai!" Sapaan yang membuat Delia menoleh. Samudra tersenyum menghampiri sang adik, kemudian duduk di sofa yang satunya."Mas, baru pulang dari rumah sakit?" tanya Delia sambil menegakkan duduknya."Ya. Hari terakhir kerja. Oh ya, kata mama kamu mau
Read more

Part 78 Pengantin Baru 1

Sesi foto dengan keluarga besar telah selesai. Para tamu undangan juga sudah banyak yang pamitan setelah mengucapkan selamat kepada kedua pasang pengantin. Termasuk Yovan yang naik ke pelaminan untuk menyalami Delia dan Barra. "Selamat ya. Semoga lahiranmu nanti juga lancar," ucap pria itu sambil tersenyum. Tatapan matanya mengandung seribu makna."Makasih sudah menyempatkan untuk datang," jawab Delia tak berani menatap lama netra sang mantan."Kamu akan jadi istri dan mommy yang hebat, Lia." Mamanya Yovan memeluk Delia beberapa saat dengan wajah haru."Terima kasih, Tante. Semoga Tante selalu sehat dan panjang umur.""Xie xie, Lia."Delia mengangguk dan menatap lekat wanita setengah baya berwajah oriental dihadapannya. Bu Ema juga menyalami Pak Irawan dan Bu Hesti. Sedangkan Yovan mengucapkan selamat pada Samudra yang dikenalnya sangat baik. "Selamat, semoga Mas dokter dan istri selalu dalam kebahagiaan dan lindungan Allah.""Thanks, Van. Semoga kamu lekas bertemu jodoh yang sholehah
Read more

Part 79 Pengantin Baru 2

Malam setelah semua tamu orang tuanya berpamitan, Diva segera berkemas-kemas untuk perjalanan besok pagi. Mereka cukup membawa satu koper besar berisi pakaian untuk berdua, karena mereka hanya pergi selama tiga hari."Habis subuh besok kita berangkat. Kita mampir sebentar ke rumah papa untuk pamitan," kata Samudra setelah menggeser koper ke arah dinding kamar. "Oke," jawab Delia sambil tersenyum. "Delia nggak jadi pergi ke Auckland kan, Mas?""Nggak jadi. Nggak dibolehin sama mama. Lagian kalau menurut Mas, memang dia nggak usah bepergian jauh dulu selama hamil.""Tapi Delia ini energik anaknya. Aku udah lama tau dia, karena sering ikut Melia ke butik."Samudra tersenyum. Delia sudah pernah menceritakan hal itu padanya. Hening menerpa. Diva berdebar saat Samudra memandang dengan tatapan berbeda. Intens dan mesra. Gadis itu memberanikan diri untuk tersenyum. Dia harus tahu menyeimbangkan diri. Dia bukan lagi perempuan belia yang masih malu-malu dan banyak drama. Wanita itu membiarka
Read more

Part 80 Quality Time 1

Hawa dingin terasa menembus jaket tebal yang dipakai Delia malam itu, ketika mereka tengah menikmati french fries, teh hangat, dan capuccino di rooftop lounge hotel bintang lima Batu Malang.Mereka sampai di kota Batu jam tiga sore tadi. Check in, Salat Ashar, istirahat, maghriban dulu baru hunting kuliner. Setelah itu mengisi waktu di rooftop lounge sambil menikmati suasana malam kota Batu dari ketinggian. Kerlip lampu kota bak taburan bintang yang memantul dari langit.Barra menumpukan sikunya di atas meja, kemudian mencondongkan tubuh pada Delia. "Waktu kamu pergi dari apartemen dan Mas menunggumu di Songgoriti kala itu, sebenarnya kamu menginap di mana?" Akhirnya Barra teringat lagi hal yang membuatnya sangat penasaran. Ia selalu lupa untuk menanyakannya."Yang mana?""Malam yang kamu nggak ngizinin Mas masuk rumah. Terus paginya kamu pergi bersama Mak Ni.""O, itu. Aku pergi ke Trawas Mojokerto." Pertanyaan sang suami hanya mengingatkannya tentang peristiwa malam itu di apartemen
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status