Beranda / Romansa / Istri Kesayangan CEO / Bab 1911 - Bab 1920

Semua Bab Istri Kesayangan CEO: Bab 1911 - Bab 1920

2188 Bab

Bab 1911

“Apa maksudmu?”“Sekarang kita nggak punya waktu untuk membahas ini, aku serius. Anggap ini sebagai permohonan terakhirku, tolong … cepatlah pergi dari sini.”“Jangan-jangan kamu menaruh bom di sini?”Shane berseru, “Apa? Bom?!”“Nggak. Tapi yang jelas lebih baik jangan berlama-lama di sini, aku ….”Belum selesai Frans berbicara, mereka mendengar ada bunyi dari dalam ruangan itu, yang asalnya datang dari rak buku. Spontan Yuna langsung menoleh ke sana, dan Frans pun mulai panik, dia berkata, “Bu Yuna, tolong dengarkan aku!”“Kamu yang dengar aku, bawa kami menemui dia!” balas Yuna.“.…”Meski dengan hati yang berat, pada akhirnya Frans tetap menuruti perintah sang majikan. Akhirnya Yuna melepaskan tangannya dari Frans. Setelah mendapatkan kembali kebebasannya, Frans menggerakkan pergelangan tangannya dan mendapati rasa sakit yang masih terasa, walau begitu dari luar tidak tampak bekas apa pun, bahkan bekas berwarna kemerahan saja tidak ada.Sebelum ini Frans juga sudah tahu kalau Yuna
Baca selengkapnya

Bab 1912

Ruangannya tidak terlalu besar tetapi lengkap dengan berbagai macam fasilitas seperti kasur, sofa, seprai, meja, dan lain sebagainya. Selain itu, yang paling aneh terdapat sederet stoples bening yang cukup panjang tersusun rapi di sebuah meja yang berada di sisi kiri mereka.Warna stoples itu sudah sedikit buram. Di dalamnya terdapat sesuatu yang direndam. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas, tapi dari bentuk dan warnanya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.Sementara itu, di sisi kanan juga terdapat pria pendek yang selama ini menyuruh-nyuruh mereka terikat tak berdaya di lantai. Dia sepertinya masih tak sadarkan diri, tetapi jelas-jelas tadi mereka mendengar suara yang cukup besar.“Dia sudah mati?” tanya Yuna.Shane mendekati pria pendek itu untuk memeriksa keadaannya, “Seharusnya belum.”“Frans, gimana kamu bisa menangkap dia? Empat pengawal di luar itu juga kamu yang kalahkan?”Frans mengangguk. Mereka berempat bukan lawan yang sepadan bagi Frans, meskipun menghadapi mereka
Baca selengkapnya

Bab 1913

Tubuhnya yang semula meringkuk perlahan terbuka. Pelan-pelan dia menggerakkan kaki, lalu membalikkan badannya dan duduk bersila menghadap Yuna. Tatapan mata yang terlihat di balik topengnya seperti memancarkan cahaya yang makin aneh dan tajam dibanding sebelumnya.Pertama-tama dia menatap Yuna, kemudian Shane, dan terakhir berhenti sampai di Frans. Beberapa saat kemudian dia kembali tertawa, “Aku benar-benar sudah meremehkan kamu!”“Terlalu banyak orang yang kamu remehkan,” timpal Yuan tertawa puas. “Jawab aku, siapa saja orang-orang yang ada di belakang kamu? Sebenarnya apa tujuan, dan berapa banyak anggota kalian?”Yuna sudah tahu dia pasti tidak akan menjawab dengan jujur, tetapi Yuna tetap menanyakannya.“Organisasi kamu ini jauh di luar bayangan kalian. Memangnya kalian tahu apa, mengira diri sendiri yang paling benar dan hebat, tapi ketika berhadapan dengan kenyataan dan uang, nggak ada seorang pun yang lebih hebat!”“Cukup omong kosongmu!” ucap Shane esa, lalu dia berjongkok aga
Baca selengkapnya

Bab 1914

“Sudah berapa banyak virus yang kamu lepas?!” tanya Frans.“Frans … oh, bukan, harusnya kupanggil kamu R16!”Frans sempat tertegun sesaat mendengar itu dan raut wajahnya juga langsung berubah, lalu dia menendang perut pria itu dengan sangat keras.“Ugh ….”Tendangan Frans yang amat keras membuat pria pendek itu muntah darah, tetapi dia masih tertawa seakan begitu bahagianya dia membuat Yuna dan yang lain kesal. Yuna juga menatap Frans kebingungan. Dia tidak tahu jenis virus apa yang disuntikkan ke dalam tubuhnya, tetapi hanya mendengar dari kode namanya saja Yuna sudah tahu kalau Frans juga pasti dijadikan bahan percobaan oleh mereka. Eksperimen ini sungguh membuat umat manusia berada dalam bahaya.Meski Yuna sejak awal sudah tahu mereka menggunakan manusia sebagai bahan percobaan, setiap kali mendengarnya, Yuna merasa begitu sedih, apalagi ketika yang menjadi korban adalah orang-orang terdekatnya. Dan bagi Frans yang menjadi bahan percobaan itu sendiri tentu saja lebih menyakitkan lag
Baca selengkapnya

Bab 1915

Ketika topengnya terbelah dan memperlihatkan wajahnya separuh, semua yang ada di sana tercengang. Spontan Yuna langsung menutupi perutnya khawatir syok yang dia alami membuat kedua anaknya ikut ketakutan.Wajahnya itu … sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Memang seharusnya mereka tidak menghakimi siapa pun hanya dengan penampilan luar saja, tetapi wajahnya itu benar-benar mengerikan. Tak hanya dipenuhi dengan bekas luka yang memenuhi satu wajah, tetapi mulut dan hidungnya pun miring tak beraturan, membuat seluruh wajahnya terlihat seperti tak berbentuk.Sebagian besar adalah luka bakar, tetapi ada juga beberapa yang terlihat seperti luka sayatan. Semua luka berkumpul di satu titi sehingga wajahnya terlihat begitu menakutkan.Dengan wajah seperti itu saja sudah cukup untuk membuat orang lain takut, ditambah pula dengan tatapan matanya yang aneh dan hatinya yang busuk membuatnya tak beda dengan iblis.“Aaaaakh ….”Dia yang dari tadi tertawa dengan congkak tiba-tiba berteriak keras
Baca selengkapnya

Bab 1916

Pria pendek itu menggigit kaki Shane dengan sekeras mungkin seperti anjing rabies. Jelas sekali wajahnya yang buruk rupa itu menjadi sesuatu yang dia benci.“Lepasin, dasar gila! Lepasin!” bentak Shane sambil memukuli kepalanya. Akan tetapi sekeras apa pun dia memukul, pria itu tidak mau melepaskan gigitannya. Darah sampai merembes keluar dari celananya, memperlihatkan betapa dalam gigitannya.Yuna segera memberikan isyarat kepada Frans dengan matanya. Shane lalu memukul belakang kepala pria pendek itu hingga dia pun pingsan. Namun bahkan setelah pingsan pun, dia masih tak melepaskan gigitannya.“Cih, dasar orang gila!” ujar Shane memaki sambil berusaha untuk menarik kakinya keluar dari gigitannya. Frans juga ikut membantu dengan menekan kedua pipi pria itu sekuat tenaga, barulah kaki Shane bisa keluar.“Benar-benar, sudah gila orang ini,” kata Frans.Yuna menghampiri Shane untuk melihat luka di kakinya, lalu dia mengambil sehelai kain untuk membalut lukanya, kemudian dia berkata, “Kan
Baca selengkapnya

Bab 1917

Pertanyaan Yuna membuat Frans seketika itu juga langsung terdiam. Frans mengepalkan tangannya dengan erat, kemudian melepaskannya. Dengan suara yang seperti tertahan dia berkata, “Aku … nggak peduli dengan mereka.”Ya … Frans tidak peduli perbuatannya itu akan memberi dampak yang sangat besar, bahkan hingga ke orang-orang yang tidak bersalah. Meski di tempat ini masih banyak pekerja yang tidak bersalah, tetap masih lebih banyak orang jahat yang secara sadar meneliti virus untuk tujuan yang buruk. Mau tidak mau harus ada beberapa orang yang dikorbankan.“Kenapa? Kita belum seputus asa itu! Lagi pula perkara sebesar ini kenapa kamu nggak diskusi dulu sama kami? Apa kamu sudah pernah bilang ke Brandon? Pasti belum, ‘kan?!”Sejujurnya Yuna tidak ada maksud untuk menyalahkan Frans sedikit pun, dia hanya sedikit kesal saja. Jangankan dengan Yuna, bahkan dengan Brandon yang sudah bekerja di bawahnya selama bertahun-tahun, di mana Brandon sudah menganggapnya sebagai adik sendiri saja, Frans ma
Baca selengkapnya

Bab 1918

“Dengar aku. Kesampingkan dulu semua rencanamu. Pokoknya jangan melakukan hal bodoh! Kamu pikir kami nggak bisa menangkap dia? Menangkap dia itu gampang, yang jadi masalah adalah orang-orang yang ada di belakangnya.”“Jadi … apa selama ini aku salah?”Frans mulai meragukan keputusan yang dia ambil. Sejak dia sadar sepenuhnya, dia sudah yakin akan melakukan ini, tetapi sekarang dia baru sadar bahwa sepertinya jalan yang dia tempuh salah.“Masih belum terlambat untuk mundur, toh belum terjadi,” ujar Yuna menghiburnya. “Tapi ….”Yuna terdiam sejenak melihat pria pendek yang pingsan itu dan menghela napasnya. Rencana mereka jadi berjalan di luar perkiraan. Yuna tidak menyangka akan bertemu dengan Frans di sini, dan lagi dia sudah selangkah lebih cepat.Shane sudah lemas tak bertenaga. Sakit di kakinya terasa begitu menyengat hingga wajahnya pucat pasi. Dia pun duduk untuk mengambil napas seraya terus memantau bosnya itu dengan mata yang ganas. Wajah pria itu sungguh tak enak dilihat, apala
Baca selengkapnya

Bab 1919

Setelah rak bukunya tertutup, ruangan rahasia itu menjadi sebuah ruangan kecil yang tertutup dan sumpek. Bahkan jendela saja tidak ada, membuat orang yang berada di dalam ruangan itu sesak napas. Namun begitu orang seperti pria pendek ini memang cocoknya bersembunyi di tempat ini.Yuna menatap Frans, dan Frans juga menatap balik. Mereka berdua diam tak berbicara, lalu tak lama mereka mendengar dari luar ada orang yang berbicara.“Bos, Bos!”Sepertinya ada orang yang menyadari keempat pengawal itu tumbang di depan, tentu mereka jadi curiga jangan-jangan terjadi sesuatu di dalam dan langsung masuk untuk memeriksa keadaan. Di situ Yuna mulai merasa sedikit tegang. Dia memegang erat ujung meja dan memfokuskan pendengarannya.“Kalian kenapa baru datang?!” seru Shane marah-marah.“Pak Shane?!” tanya orang itu terkejut.“Dasar nggak berguna. Terlambat kalian datangnya!”“Ada apa ini?!”Shane pun coba untuk menjelaskan dengan seserius mungkin,”Ada orang yang menyelinap masuk dan menyandera bos
Baca selengkapnya

Bab 1920

Setelah ditegur oleh Shane, mereka tidak lagi berani banya bertanya, tetapi mereka juga masih belum langsung pergi dari tempat itu.“Kenapa masih belum pergi juga?!”“Pak Shane terluka, apa perlu kuantar ke rumah sakit?” tanya orang itu.“Makasih, tapi nggak usah. Kalau sampai bos kita nggak selamat, nggak cuma aku saja, tapi kita semua yang bakal mati! Nanti sekalian saja kamu antar aku ke kamar mayat! Oh, nggak usah diantar, karena kamu juga sama-sama tergeletak di kamar mayat bareng aku!”“I-iya!”Setelah itu, dia tak banyak tanya lagi dan langsung berlari. Kali ini sudah tidak terdengar keributan apa-apa lagi dari luar. Namun untuk berjaga-jaga, Shane tidak langsung masuk ke dalam, Yuna juga tidak merasa perlu terburu-buru keluar. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.Setelah kurang lebih lima menit berlalu, rak buku itu terbuka dari luar, lalu Shane berkata kepada mereka,”Ayo pergi, kita nggak bisa terlalu lama di sini.”“Terus dia gimana?” tanya Yuna menunjuk ke pria pendek i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
190191192193194
...
219
DMCA.com Protection Status