Setelah rak bukunya tertutup, ruangan rahasia itu menjadi sebuah ruangan kecil yang tertutup dan sumpek. Bahkan jendela saja tidak ada, membuat orang yang berada di dalam ruangan itu sesak napas. Namun begitu orang seperti pria pendek ini memang cocoknya bersembunyi di tempat ini.Yuna menatap Frans, dan Frans juga menatap balik. Mereka berdua diam tak berbicara, lalu tak lama mereka mendengar dari luar ada orang yang berbicara.“Bos, Bos!”Sepertinya ada orang yang menyadari keempat pengawal itu tumbang di depan, tentu mereka jadi curiga jangan-jangan terjadi sesuatu di dalam dan langsung masuk untuk memeriksa keadaan. Di situ Yuna mulai merasa sedikit tegang. Dia memegang erat ujung meja dan memfokuskan pendengarannya.“Kalian kenapa baru datang?!” seru Shane marah-marah.“Pak Shane?!” tanya orang itu terkejut.“Dasar nggak berguna. Terlambat kalian datangnya!”“Ada apa ini?!”Shane pun coba untuk menjelaskan dengan seserius mungkin,”Ada orang yang menyelinap masuk dan menyandera bos
Setelah ditegur oleh Shane, mereka tidak lagi berani banya bertanya, tetapi mereka juga masih belum langsung pergi dari tempat itu.“Kenapa masih belum pergi juga?!”“Pak Shane terluka, apa perlu kuantar ke rumah sakit?” tanya orang itu.“Makasih, tapi nggak usah. Kalau sampai bos kita nggak selamat, nggak cuma aku saja, tapi kita semua yang bakal mati! Nanti sekalian saja kamu antar aku ke kamar mayat! Oh, nggak usah diantar, karena kamu juga sama-sama tergeletak di kamar mayat bareng aku!”“I-iya!”Setelah itu, dia tak banyak tanya lagi dan langsung berlari. Kali ini sudah tidak terdengar keributan apa-apa lagi dari luar. Namun untuk berjaga-jaga, Shane tidak langsung masuk ke dalam, Yuna juga tidak merasa perlu terburu-buru keluar. Dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.Setelah kurang lebih lima menit berlalu, rak buku itu terbuka dari luar, lalu Shane berkata kepada mereka,”Ayo pergi, kita nggak bisa terlalu lama di sini.”“Terus dia gimana?” tanya Yuna menunjuk ke pria pendek i
Pertama-tama Yuna duluan yang keluar, setelah itu baru Frans.“Kamu pergilah dari sini,” kata Yuna kepadanya.“Eh?”“Apa pun tujuan kamu sekarang, kamu nggak bisa bantu banyak dengan terus ada di sini, yang ada justru malah menambah risiko. Lebih baik kamu pergi dari sini!”“Nggak bisa! Tempat ini berbahaya!” balas Frans.“Justru karena berbahaya, makanya kamu harus pergi. Aku dan Shane ada tugas yang harus dikerjakan di sini, jadi kami belum bisa pergi, tapi kamu nggak! Kamu lebih dibutuhkan di luar. Masih ada orang lain yang menunggu kamu di luar!”Frans jelas tahu siapa yang Yuna maksud, siapa lagi. Tetapi …. justru karena tempat ini berbahaya, dia merasa tidak seharusnya pergi meninggalkan mereka.“Bu Yuna, aku mau tetap di sini melindungimu. Aku yang sudah merusak rencanamu, kalau sekarang kalian ketahuan, kalian akan lebih berbahaya lagi!”“Frans, menurutmu apa kau perlu perlindungan darimu?”Seketika Frans tertegun. Memang kemampuan bertarung Yuna lebih tinggi daripada Frans, ha
Yuna cukup tersentak ketika dia melihat kesedihan yang terpancar melalui sorot mata Frans. Dia pun tak lagi membujuk Frans, melainkan hanya menepuk bahunya dengan lembut dan berkata, “Ya sudah! Tapi kamu harus jaga keselamatanmu sendiri.”Frans mengangguk, dan ketika dia hendak pergi, Yuna memanggilnya lagi. “Frans! Virus yang ada di dalam badan kamu mungkin masih bisa diobati, jadi jangan pernah menyerah! Ingat, masih ada orang lain yang menunggu kamu pulang!”Awalnya Frans sempat kaget karena dia tidak percaya virus yang ada di dalam badannya itu masih bisa disembuhkan, tetapi saat melihat ketulusan hati Yuna, dia tahu kalau Yuna bermaksud baik. Meskipun itu hanya sekadar hiburan, setidaknya itu memberikan sedikit harapan padanya. “Ya, aku tahu.”Tak lama setelah mereka bertiga pergi dari kantor itu, hanya dalam waktu tak sampai setengah jam saja kabar tentang hilangnya bos mereka telah tersebar. Sebenarnya yang mengetahui keberadaan si pria pendek itu juga tidak banyak, khususnya m
“Apa maksud ucapanmu?”“Aku nggak bermaksud apa-apa.” Rainie tampak begitu santai seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi, tetapi matanya terus menatap lekat Shane. “Seharusnya kamu yang paling tahu ke mana dia pergi. Karena gimanapun juga di waktu kejadian, cuma kamu yang ada di sana, bukan?”Ketika memberikan pertanyaan yang terakhir itu, Rainie dengan sengaja mengalihkan perhatiannya kepada pria yang duduk tepat di seberangnya.“Jadi kamu curiga aku yang menculik dia? Untuk apa juga aku melakukan itu?! memang apa untungnya bagiku?”“Jawab saja sendiri! Kamu menculik dia untuk tanya di mana keberadaan anak kamu, ‘kan? Toh di sini yang paling nggak suka sama dia cuma kamu. Kita semua tahu itu.”“Rainie, jangan sembarangan menuduh! Kalau dia masih belum ketemu, kita semua juga yang kena sial! Kamu pikir cuma aku saja yang patut dicurigai? Asal tahu saja, tadi aku sampai terluka demi menolong dia. Semua orang juga lihat. Kalau kamu memfitnah aku, coba kasih buktinya!”Ketika itu Sh
Yuna tidak marah ataupun tegang menghadapi pertanyaan itu. Dia hanya mengangkat pulpen di tangannya dan menunjuk ke atas, “Oh, kan ada CCTV.”“... belum ada yang ngecek CCTV, kamu mau ngomong apa siapa juga yang bakal percaya! Mana tahu kamu benar-benar ada di ….”“Aku sudah cek.”Tadinya Yuna ingin membalas dengan mengatakan jika tidak percaya, cek saja sendiri. Namun sebelum dia buka suara, pria yang dari tadi duduk diam di dekatnya tiba-tiba berbicara.“Apa?!” sahut Rainie, tidak menduga kalau dia malah membela Yuna.“Aku sudah cek CCTV, dia nggak bohong.”Dia yang dimaksud itu tentu menunjuk pada Yuna.Rainie sudah menggerakkan mulutnya seperti akan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak jadi mengatakannya dan hanya bisa memelototi Yuna dengan mata yang tajam dan tidak terima.“Cukup, nggak ada gunanya kita berdebat di sini. Yang paling penting sekarang adalah mencari bos kita ada di mana. Ricky, kamu yang sudah ikut Bos paling lama, kamu yang paling tahu tentang dia. Apa kamu ada ke
“Maaf, Pak Shane!” kata Ricky sembari menepuk bahunya. Dia masih menatap luka di kaki Shane cukup lama sebelum akhirnya dia kembali ke kursinya.Shane menarik napas panjang, terlihat dia memang sangat kesakitan. Lalu sambil membalut kembali lukanya dengan perban, dia berkata, “Ricky, apa maksud kamu? Apa kamu pikir lukaku ini dibuat-buat?”Masih dengan cara bicaranya yang datar, dia menyeringai dan menjawab, “Nggak juga. Tapi nggak ada salahnya memastikan senjata jenis apa yang lawan kita pakai.”Kedengarannya memang seperti alasan yang mengada-ada, tetapi di saat seperti ini, detail sekecil apa pun bisa menjadi petunjuk untuk mencari siapa penyerangnya.“Kalau kamu mau tahu senjata apa yang lawan kita pakai, kan bisa tanya aku saja. Buat apa sampai merusak celanaku segala. Sudah, jangan mengalihkan topik lagi, sekarang kita harus cari si bos secepatnya! Oh ya, yang di atas sudah tahu bos kita menghilang?”Semula mereka semua terlihat cuek dan tidak peduli, tetapi begitu Shane berbicar
“Kalau begitu bilang saja dari awal nggak perlu bukti. Rainie, terserah kamu sajalah maunya apa! Bos kita cuma menghilang sebentar saja, tapi kamu sudah panik duluan dan menuduh sana sini! Memangnya kalau bos kita nggak ada, kamu yang jadi bosnya? Kalau begitu justru kamu yang paling perlu dicurigai!”Cukup dengan penjelasan singkat saja, Yuna berhasil membalikkan keadaan, membuat tuduhan mengarah kepada Rainie.“Aku … aku nggak bilang begitu!” balasnya. Dengan perasaan tak rela Rainie menarik kembali ucapannya, di saat itu juga dia merasakan tatapan sinis dari Ricky yang membuat punggungnya merinding.Sebelum ini Rainie hanya sesekali saja berpapasan dengan Ricky, tetapi dia tahu kalau Ricky juga sering berada di sisi bos mereka. Dia tidak banyak bicara dan kepribadiannya pun dingin, walau begitu dia cukup kejam ketika bertindak. Ada sekali Rainie tak sengaja melihat seseorang yang sedang dihukum oleh Ricky. Adegan itu membuat Rainie mual, meski dia sendiri sudah cukup terbiasa menciu