“… nggak, kita berempat sama-sama punya hak untuk berpendapat dan bertanya. Siapa pun yang punya pemikiran boleh menyampaikan pemikiran mereka. Tapi …,” Ricky berhenti sejenak, lalu dengan mata yang tajam dia melanjutkan, “Kalau sampai ketahuan ada yang berkhianat, aku nggak akan kasih ampun!”Setelah rapat bubar, Rainie langsung menghadang jalan Yuna dan menuduhnya, “Pasti kamu pelakunya, ‘kan.”“Menurut kamu?” balas Yuna“Kamu ini benar-benar, ya. Aku nggak nyangka kamu berani menculik bos kita. Tapi jangan mengira perbuatan kamu nggak bercelah. Kamu nggak tahu saja kalau orang yang ada di atas bos kita itu baru ngeri!”“Oh, kamu bisa takut juga ternyata? Aku kira dengan kepribadian kamu yang rusak itu, kamu sudah nggak takut apa-apa lagi!”“Kamu … nggak usah berpura-pura terus! Kalau bukan kamu, kenapa kamu nggak menyangkal? Sudah jelas-jelas pelakunya kamu! Aku tahu kamu jago bela diri. Pasti selagi Bos istirahat, kamu ….”Sebelum Rainie selesai berbicara, kerah bajunya ditarik den
Ketika gelas baru habis separuh, pintu kamar Yuna diketuk dari luar.“Pintunya nggak dikunci,” kata Yuna, dia sudah terlalu lemas untuk membukakan pintunya. Waktu sekarang kurang lebih sudah menunjukkan jam yang mereka janjikan sebelumnya. Dan benar saja, Shane sudah menunggunya di luar. Ketika masuk, dia menengok ke belakang untuk memastikan, dan ketika dia hendak menutup pintunya, Yuna meminta Shane untuk biarkan saja terbuka.“Dulu mungkin yang memantau kita cuma satu dua orang, tapi sekarang pasti minimal sudah tiga sampai lima orang. Pintunya ditutup atau nggak, sama saja. Yang ada justru bikin kita makin kelihatan mencurigakan. Sekarang situasinya lagi kacau, nggak ada yang perlu kita hindari.”Shane berpikir benar juga, maka dia pun membiarkan pintunya terbuka lebar agar ketika duduk di dalam kamar pun dia bisa melihat situasi di luar dengan lebih mudah. Yuna tampak sedikit gelisah. Dia bersandar di tempat duduknya dengan kening yang mengerut, entah apa yang sedang dia pikirkan.
“Sekarang Bos menghilang. Menurut kamu, apa dia juga ikut merasa tertekan?” tanya Yuna.“Sudah pasti. Toh kami nggak berhubungan langsung dengan yang di atas, jadi kalaupun akan dikasih hukuman sama mereka, semuanya itu harus melalui …. Eh, jadi maksud kamu apa?”“Aku cuma merasa kekacauan yang Frans buat ini ternyata nggak sepenuhnya buruk juga. Sebelumnya kita nggak bisa berbuat banyak dan nggak berani menyerang si pendek itu secara langsung karena takut. Tapi Frans mana peduli dengan itu. Dia nggak banyak berpikir, jalan pikirannya cukup simpel dan langsung beraksi, tapi terkadang justru memang itu cara yang terbaik untuk membuat kesempatan.”Shane juga berpikir demikian setelah mendengar pendapat Yuna. Dia sendiri juga tidak berani bertindak karena Nathan masih ada di tangan mereka, Yuna juga tidak berani bertindak gegabah karena dia ingin langsung memancing ikan besar yang ada di belakang hanya dengan sekali menjaring. Namun Frans tidak seperti itu. Dia hanya berpikir untuk mengha
Shane mengangguk dan tak berkata apa-apa lagi. Tetapi begitu dia sampai di depan pintu, lagi-lagi dia berhenti dan kembali menatap Yuna.“Ada apa lagi?” tanya Yuna.“Aku percaya kamu sendiri yang paling paham dengan kondisi badan sendiri, tapi aku juga pernah melewati masa-masa itu, dan aku tahu proses melahirkan itu nggak mudah. Kelahiran Nathan hampir saja bikin istriku kehilangan nyawanya. Sekarang kamu sudah di masa-masa penting kehamilan, dan lagi kita juga berada di situasi yang kurang baik ini. Jadi apa pun yang kamu lakukan, tolong jangan memaksakan diri.”Yuna paling tidak suka mendengar kata-kata “memaksakan diri”, itu membuat dia merasa seakan dia melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Namun di satu sisi Yuna juga bisa memahami Shane yang mengatakan ini atas dasar perhatian padanya.“Iya, aku ngerti. Terima kasih,” jawab Yuna. Bisa mengatakan terima kasih kepada Shane bagi Yuna adalah hal yang sangat sulit. Semenjak Shane menipu Yuna, dia sudah tidak mungkin lagi
Di saat itu juga Shane merasa firasat buruk yang akan menimpa dirinya. Dia secara spontan menatap ke arah Yuna, tetapi Yuna terlihat biasa saja dan masih duduk santai di tempatnya semula.“Pak Ricky datang ke sini … dengan niat mencurigai aku, ya?” tanya Yuna.“Jangan salah paham dulu,” jawab Ricky.Ricky melepaskan genggaman tangannya dari bahu Shane dan mengambil kursi yang ada di tengah kamar. Dia mengatur posisinya persis berhadapan dengan Yuna dan berkata, “Aku datang ke sini karena ada beberapa hal yang ingin kutanya ke kalian berdua.”“Hmmm, kupikir semua yang perlu kamu tanya sudah disampaikan semua di rapat tadi.”Ricky mengangkat tangannya. Entah apa yang dia pegang di tangannya, tetapi mereka mendengar suara pecahan barang kecil, dan seisi ruangan itu terisi dengan bau hangus.“Itu ….”“Terlalu banyak yang menguping pembicaraan kita, jadi aku hancurkan saja. Sekarang sudah nggak ada lagi yang bisa mengganggu percakapan kita.”“Yang tadi kamu hancurkan itu alat penyadap?”Sam
Benda itu seharusnya adalah alat penyadap yang baru saja dirusak. Tadi Yuna diam-diam memperhatikan, dan benar bahwa segala perangkat seperti penyadap yang ada di dalam kamar ini semuanya sudah dirusak, bahkan lampu kamera CCTV juga sudah tidak menyala lagi. Ricky tidak berbohong, tetapi apa alasan dia berbuat begini?“Yang bisa kusampaikan, sudah kusampaikan semuanya. Aku nggak ngerti apa lagi yang mau kamu dengar dariku?” tanya Yuna sambil mengangkat gelasnya, tetapi karena sudah tidak terlalu panas, Yuna sedikit membungkuk ke depan untuk merasakan panasnya. Melihat hal itu, Shane segera datang menambahkan air panas untuknya.“Terima kasih,” sahut Yuna, lalu dia meminumnya sampai setengah gelas untuk melegakan tenggorokannya.Ricky dari tadi tidak bersuara dan hanya mengamati setiap tindakan mereka dengan tenang, hingga akhirnya Yuna selesai minum, barulah dia berbicara, “Dengan hubungan kalian berdua yang sedekat ini, aku nggak percaya kalau kalian berdua nggak merencanakan sesuatu
“Aku nggak terlibat langsung dengan penelitian atau eksperimen kalian, tapi aku tahu obat ini sudah berjalan untuk waktu yang sangat lama,” tutur Ricky lugas. “Aku nggak peduli kamu berhasil atau nggak, atau kamu sengaja cari alasan untuk mengulur waktu, tapi aku nggak punya kesabaran untuk itu. Besok aku mau hasil akhir dari penelitian obat ini,” kata Ricky dengan tatapan matanya yang dingin, dan sebelum Yuna menjawab, dia sudah melanjutkan, “Nggak usah cari-cari alasan, selesai atau nggak, aku nggak peduli, pokoknya aku mau tahu hasilnya besok.”“Jadi yang kamu mau itu cuma hasil dari eksperimennya, tapi mau cari alasan yang masuk akal untuk membunuhku, begitu? Mana mungkin keburu besok.”“Aku nggak butuh alasan apa pun untuk membunuhmu. Kalau memang aku mau, aku bisa membunuh kamu kapan saja. Kamu harus tahu yang aku minta itu obatnya, barangnya! Eksperimen ini sudah terlalu lama diundur-undur, dan aku rasa sudah waktunya diselesaikan.” pokoknya besok aku mau sudah ada hasilnya, soa
“Aku punya solusinya,” tutur Shane. “Waktu baru pindah ke sini, banyak banget yang aku kerjakan, jadi aku lumayan familier dengan jalan dan sistem pengawasan di sini. Ada satu jalan yang ….”“Sebenarnya kita nggak perlu repot-repot,” ujar Yuna menyela, seolah dia menyadari sesuatu.“Apa maksudnya?”Dengan dagunya Yuna menunjuk ke arah kamera CCTV yang sudah tidak berfungsi, lalu melepas perangkat pengacau sinyalnya dan berkata, “Apa kamu nggak pernah berpikir, apa yang Ricky lakukan di depan kita barusan bisa saja memberi tahu bahwa setiap tindakan kita berada dalam pengawasan dia. Sebenarnya semua perangkat ini nggak ada gunanya. Dan juga, maksud ucapan dia apa mungkin mengindikasikan bahwa mereka sudah mengabaikan orang yang mereka sebut sebagai ‘Bos’ itu?”“Mengabaikan?”Sedari dulu Shane bekerja di organisasi ini, setiap komunikasi selalu dia lakukan dengan pria pendek dan buruk rupa itu. Memang betul bahwa di belakang organisasi ini masih ada sekelompok orang misterius yang sangat