Yuna tidak sedang bertaruh ataupun membuat situasi makin parah, karena sebenarnya eksperimennya sudah selesai, hanya saja dia tidak memberi tahu itu kepada siapa pun.Tepat dua hari yang lalu, dari batch eksperimen baru-baru ini, dia telah berhasil membuat benda yang selama ini dia cari. Namun itu masih belum stabil karena baru saja tercipta, apalagi dia tidak ingin benar-benar memberikannya kepada organisasi ini, makanya dia tidak mengatakannya kepada siapa pun, termasuk Shane.Tingkah laku Ricky hari ini membuat Yuna bertanya-tanya. Sikap dan perintahnya itu seolah mengatakan kalau dia pun sudah tahu bahwa eksperimennya telah berhasil. Pertanyaannya, dia tahu dari mana? Atau dia sebenarnya tidak tahu, tetapi hanya ultimatum saja?Menghadapi tatapan curiga dari Shane, Yuna tersenyum membalasnya, “Aku cuma bilang hari ini aku bakal fokus penuh ke eksperimen ini. Kebetulan masih ada satu batch terakhir yang bakal keluar hasilnya besok. Begitu besok tiba, mau berhasil atau nggak, kasih s
Yuna mengangguk sebagai bentuk persetujuan terhadap pernyataan yang Shane buat. Awalnya Shane tidak begitu mengerti, tetapi setelah mengetahuinya, dia jadi bisa lebih memahami hubungan sebab akibat yang terjadi dalam keseluruhan kejadian ini.“Sekarang aku punya satu solusi,” kata Shane dengan serius.”“Apa itu?”“Menurut kamu, apa perasaan dia kalau tahu ternyata dia cuma dijadikan pion?”Shane berkata dengan suara lirih, tetapi mulutnya seperti menunjukkan senyum culas yang sangat samar, membuat dia terlihat lebih cerdik daripada biasanya. Namun harus diakui, ide Shane itu kebetulan sekali sama seperti apa yang Yuna pikirkan.“Aku rasa itu ide yang bagus,” jawab Yuna.“Kalau begitu sekarang juga aku urus semuanya. Cari akau saja kalau ada apa-apa!” ***Seharian itu Brandon terus melakukan kegiatan di dalam rumahnya Juan. Aktivitas kesehariannya jadi melambat secara tiba-tiba, dan ini adalah sesuatu yang sudah lama sekali tidak Brandon rasakan. Meskipun telepon masih terus masuk tiad
“Jangan mendekat!” seru Chermiko. Wajahnya pucat pasti dengan keringat membasahi seluruh keningnya. Dari satu tangan yang dia uluran ke depan terlihat bekas darah yang sangat jelas. Di pergelangan tangan Juan dan Chermiko terlihat bekas luka sayatan, dan Chermiko menempelkan lukanya itu dengan erat ke pergelangan tangannya Juan.“Kamu sudah gila?!” seru Brandon. Namun saat dia hendak melaju, dia mendengar Chermiko berteriak padanya, “Sudah kubilang jangan mendekat!”Berteriak-teriak dan terluka cukup parah membuat tubuh Chermiko gemetar hebat. Brandon pun menghentikan langkah kakinya dan tak lagi mendekat melihat emosi Chermiko yang sedang tidak stabil.“Tapi kamu begini ….”“Sudah nggak ada jalan lain. Benar-benar sudah nggak ada jalan lain lain,” kata Chermiko. Brandon tertegun oleh perkataan Chermiko dan spontan mengalihkan pandangannya kepada Juan. Di sana dia melihat sesuatu yang begitu mengagetkan. Di tubuh Juan muncul banyak benjolan besar. Setiap benjolan itu mencuat keluar sep
Belum lagi bicara soal banyaknya orang yang juga tertular di luar sana. Apakah Chermiko berniat untuk memancing semua cacing itu kembali ke tubuhnya? Walau begitu Brandon tidak tahu bagaimana bisa menghentikannya. Jika Brandon menghentikannya mereka secara paksa, akankah itu menimbulkan akibat yang lebih serius?Di tengah situasi tegang itu, Juan yang tadinya masih setengah sadar sepertinya mulai siuman dan berusaha untuk mengangkat tangan dengan segenap tenaga yang dia miliki.Chermiko tampak kaget tapi juga senang melihat kakeknya akhirnya sadar, dan dia pun segera berkata, “Kakek, jangan gerak dulu! Sebentar lagi selesai, sebentar lagi aku bisa menghilangkan rasa sakit Kakek!”Chermiko sudah dikendalikan oleh emosinya, tetapi Juan tentu saja lebih emosi lagi melihat cucunya melakukan hal seberbahaya itu. Dia pun mengangkat tangannya dan langsung menampar wajah Chermiko dengan keras. Namun karena tubuhnya terlalu lemah, rasanya hanya seperti sedang mengelus wajah Chermiko. Namun demi
Benjolan kecil yang ada di tubuh dan tangan Juan mulai perlahan menghilang satu per satu, tetapi ini bukan sesuatu yang patut disyukuri, karena mereka masih bisa melihat adanya sesuatu yang tipis bergerak-gerak di bawah permukaan kulit. Gerakannya sangat cepat dan bukan hanya satu atau dua saja. Makhluk itu bergerak seperti saluran pembuluh darah.“Kakek, ini ….”Juan mengerutkan keningnya karena kesakitan. Dia sudah menahannya sebisa mungkin sampai menggigit bibirnya sendiri, tetapi akhirnya dia tidak kuat juga dan mulai merintih kesakitan.“Kita harus gimana?” tanya Brandon. Dia tahu Chermiko juga tidak bisa berbuat apa-apa. Namun ini pun bukan salahnya karena tidak mungkin pula dia bisa menemukan jawabannya hanya dengan mencari-cari di buku kedokteran dalam waktu yang begitu singkat. Sekarang satu-satunya harapan yang ada adalah Juan sendiri. Mungkin saja dia punya solusi atau paling tidak bisa mengulur waktu sampai Yuna kembali untuk memeriksa Juan dan mencari jalan yang lebih baik
“Buku mana yang tulis kalau kamu bisa mancing parasit bali ke badan sendiri? Kamu kebanyakan baca novel bela diri atau nonton film action mungkin. Memasukkan cacing parasit itu perlu pemicu, mau keluarin cacing parasit dari badan juga sama-sama perlu pemicu.”“Pemicunya apa? Biar aku ambilkan!”“Untuk sekarang kita masih belum tahu ini cacing apa. Pertama kita harus cari tahu dulu baru bisa cari penangkalnya. Oh ya, makin kamu rangsang, cacing ini malah jadi makin ganas.”“Apa maksudnya? Maksud Kakek, tadi aku malah bikin cacingnya aktif?”Makin lama Chermiko jadi makin membenci dirinya sendiri. Tidak hanya membuat keluarganya dalam bahaya, tapi dia juga bahkan hampir saja membunuh kakeknya.“Nggak cuma kali ini saja. Waktu aku berendam obat, aku juga malah bikin cacingnya ngamuk,” jawab Juan sambil tersenyum pahit. “Lihat, bahan aku juga bisa melakukan kesalahan, apalagi kamu. Jadi jangan menyalahkan diri sendiri, semuanya sudah diatur oleh takdir!”“Kenapa Kakek juga jadi percaya be
“Bisa jadi virus, atau mungkin juga sesuatu yang kita nggak tahu,” kata Juan lirih dengan mata separuh terpejam. Suaranya sangat kecil sampai Brandon dan Chermiko harus mendekatkan telinga mereka dan mendengar dengan fokus penuh. Namun mereka tak lagi mendengar Juan berbicara. Yang mereka lihat juga hanya bibirnya yang bergerak tanpa suara. Alhasil mereka berdua pun saling bertukar pandang kebingungan.Apakah mungkin telinga mereka bermasalah?“Kakek tadi ngomong apa?” tanya Chermiko.Juan masih menggerakkan bibirnya, tetapi tidak ada suara yang keluar.“Dia nggak ngomong apa-apa,” ucap Brandon menyimpulkan. Tepat di saat itu pula tiba-tiba mulut Juan tertutup rapat, seolah dia sedang tenggelam dalam tidur yang lelap.“Kakek … Kakek …?”Namun tidak ada jawaban. Bahkan reaksi sedikit pun juga tidak ada.“Kayaknya ….”Sebelum Chermiko berbicara, dia melihat Juan tiba-tiba membuka matanya.“Kakek?”Dengan mata yang sayu seperti baru bangun tidur, Juan menatap Chermiko dan berkata, “Anak …
Dengan penuh rasa tak berdaya Chermiko menundukkan kepala dalam kesedihannya yang begitu nampak.“Kita harus percaya sama Pak Juan,” ujar Brandon menghibur. “Dan kamu juga harus percaya sama diri sendiri.”“Aku nggak bisa,” jawab Chermiko.Tampaknya semangat dari Brandon tidak efektif terhadap Chermiko. Chermiko berdiri dan berjalan ke tepi jendela dan menatap ke bawah. Pekarangan yang semula tenang sekarang terasa begitu tak bernyawa. Chermiko teringat beberapa hari yang lalu dia baru saja tiduran di halaman itu, merusak balkon dan barang-barang lainnya. Meski Juan memarahi Chermiko, dia tetap membereskan semuanya dan masih mengobati Chermiko hingga sembuh total.Juan sudah berbuat banyak demi Chermiko, dan dia sudah mengajarkan semua yang dia tahu kepada Chermiko meski tidak mau mengakui Chermiko sebagai murid. Dulu Chermiko merasa kakeknya itu pilih kasih kepadanya, tapi kemudian dia baru menyadari bahwa dia sendirilah yang terlalu percaya diri. Dari dulu Juan sudah melihat kalau ke