“Bisa jadi virus, atau mungkin juga sesuatu yang kita nggak tahu,” kata Juan lirih dengan mata separuh terpejam. Suaranya sangat kecil sampai Brandon dan Chermiko harus mendekatkan telinga mereka dan mendengar dengan fokus penuh. Namun mereka tak lagi mendengar Juan berbicara. Yang mereka lihat juga hanya bibirnya yang bergerak tanpa suara. Alhasil mereka berdua pun saling bertukar pandang kebingungan.Apakah mungkin telinga mereka bermasalah?“Kakek tadi ngomong apa?” tanya Chermiko.Juan masih menggerakkan bibirnya, tetapi tidak ada suara yang keluar.“Dia nggak ngomong apa-apa,” ucap Brandon menyimpulkan. Tepat di saat itu pula tiba-tiba mulut Juan tertutup rapat, seolah dia sedang tenggelam dalam tidur yang lelap.“Kakek … Kakek …?”Namun tidak ada jawaban. Bahkan reaksi sedikit pun juga tidak ada.“Kayaknya ….”Sebelum Chermiko berbicara, dia melihat Juan tiba-tiba membuka matanya.“Kakek?”Dengan mata yang sayu seperti baru bangun tidur, Juan menatap Chermiko dan berkata, “Anak …
Dengan penuh rasa tak berdaya Chermiko menundukkan kepala dalam kesedihannya yang begitu nampak.“Kita harus percaya sama Pak Juan,” ujar Brandon menghibur. “Dan kamu juga harus percaya sama diri sendiri.”“Aku nggak bisa,” jawab Chermiko.Tampaknya semangat dari Brandon tidak efektif terhadap Chermiko. Chermiko berdiri dan berjalan ke tepi jendela dan menatap ke bawah. Pekarangan yang semula tenang sekarang terasa begitu tak bernyawa. Chermiko teringat beberapa hari yang lalu dia baru saja tiduran di halaman itu, merusak balkon dan barang-barang lainnya. Meski Juan memarahi Chermiko, dia tetap membereskan semuanya dan masih mengobati Chermiko hingga sembuh total.Juan sudah berbuat banyak demi Chermiko, dan dia sudah mengajarkan semua yang dia tahu kepada Chermiko meski tidak mau mengakui Chermiko sebagai murid. Dulu Chermiko merasa kakeknya itu pilih kasih kepadanya, tapi kemudian dia baru menyadari bahwa dia sendirilah yang terlalu percaya diri. Dari dulu Juan sudah melihat kalau ke
“Kamu seyakin itu kalau dia baik-baik saja di sana?”Jujur saja, meski Chermiko tidak begitu dekat dengan Yuna, dia tetap khawatir dengan keselamatannya. Apalagi Chermiko pernah melarikan diri dengan susah payah dari tempat itu, jadi dia tahu betapa busuknya tempat itu.Jawaban Brandon yang mengatakan kalau Yuna baik-baik saja karena dia tidak peduli, atau karena dia begitu percaya pada Yuna? Atau mungkin sebenarnya Brandon tidak tahu betapa bahayanya tempat itu?“Bukan itu maksudku, tapi kamu mungkin nggak tahu. Yuna mungkin sudah sering berhadapan dengan berbagai macam virus dan tahu tentang organisasi itu, tapi kamu nggak akan bisa membayangkan betapa bahayanya mereka. Mereka itu seperti iblis pemakan manusia, dan tempat itu adalah sarangnya mereka! Kurasa lebih baik kamu cari cara supaya Yuna bisa pergi secepatnya dari sana, atau ….”“Kubilang dia baik-baik saja, karena aku percaya sepenuhnya sama dia. Setidaknya untuk sekarang dia masih aman.”“Tapi …“Aku mengerti kamu tahu betul
Jarang-jarang mereka berdua bisa bersama dan terlihat akur. Tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara, hal paling penting yang ada di sana adalah data dan angka-angka, serta berbagai macam tabung yang berisikan cairan kimia.Rainie tidak terima, bahkan hingga detik ini pun dia masih tidak terima. Sudah satu hari berlalu semenjak bosnya menghilang, tapi hingga sekarang masih tidak ada abar apa pun. Rainie sebenarnya juga tidak begitu peduli dengan hidup atau mati bosnya, jelas ini semua adalah perbuatan Yuna, tetapi Yuna masih bisa duduk tenang di sini seolah tak terjadi apa-apa. Ricky yang biasa sifatnya dingin pun memperlakukan Yuna dengan cara yang berbeda dari biasanya.Mengapa begitu?! Rainie sungguh tak habis pikir apa yang dipikirkan oleh orang-orang di organisasi ini, mengapa mereka memperlakukan Yuna berbeda dari yang lain. Rainie tidak bisa mencurahkan segala kekesalannya dan hanya memendamnya sendiri. Toh dia hanya perlu menunggu beberapa hari lagi saja, lihat saja apakah
“Sudah!”Namun Yuna membalasnya, “Jangan bergerak!”“.…”Yang paling mengesalkan adalah, entah mengapa ketika Yuna bilang jangan bergera, Rainie juga spontan menuruti perintahnya untuk tidak bergerak.“Yuna, jangan pikir kamu bisa menyalahgunakan kekuasaan! Kamu pikir kamu ini sehebat itu? Biar aku kasih tahu sesuatu, kalau sampai eksperimen ini gagal, kamu bakal lihat sendiri seberapa parah akibatnya.”“Kalau begitu nanti saja kita bahas kalau memang gagal. Atau jangan-jangan kamu justru berharap kita gagal?”“Mana mungkin aku ….”Sebelum Rainie selesai berbicara, dia melihat Yuna sudah berjalan ke arah sebuah mesin dan mengaktifkan ulang mesin tersebut. Dia kemudian mengambil beberapa buah tabung dari mesin itu dan menaruhnya di rak samping.Melihat cairan bening di dalam tabung dan data-data di komputer yang terus diperbarui dengan rasa tegang. Dia terus menatap lekat layar komputer begitu serius, sedangkan Yuna justru terlihat sangat santai. Yuna lalu bangun dari kursinya dan berke
Seumur hidup tidak pernah Rainie iri terhadap orang lain sebelumnya, kecuali Bella. Namun iri hati yang dia rasakan waktu masih kecil itu sebagian terjadi karena ingin memperebutkan kasih sayang dari ibunya. Dia merasa tidak terima mengapa ibunya malah bersikap lebih baik kepada Bella daripada ke anaknya sendiri. Namun sekarang dia bukan lagi anak kecil, bukan lagi seorang anak yang mendambakan kasih sayang dari orang tua, melainkan seorang wanita dewasa yang mandiri.Selama ini Rainie selalu merasa dirinya serba bisa, berbakat, dan berpengetahuan luas. Dia yakin dirinya pasti bisa melakukan sesuatu yang berprestasi dan membuat semua orang di dunia ini menghormatinya, tetapi eksperimen yang selalu gagal ini membuat dia terpuruk.Sejak organisasi ini berteguh untuk merekrut Yuna, di alam bawahnya dia berharap Yuna juga akan gagal. Setiap orang yang mengerjakan eksperimen ini pasti akan terbentur, tetapi tidak dengan Yuna. Kenyataan pahit ini memberikan pukulan telak bagi Rainie, bahwa d
“Eksperimen ini memang nggak bisa dibilang berhasil,” kata Yuna.Reaksinya itu sungguh aneh hingga Rainie pun bingung harus berkata apa. Di saat yang sama ketika Rainie tertegun,dia mendengar Yuna berkata padanya, “Memangnya aku bilang kamu sudah boleh bergerak?”Cukup satu kata itu saja untuk membuat Rainie sadar kembali. Seolah menemukan tempat untuk melampiaskan emosinya, Rainie melempar nampan yang dia pegang hingga barang-barang yang ada di atasnya pun berserakan.“Apa-apaan nyuruh-nyuruh aku nggak boleh gerak dan bahas soal temperatur segala, jelas-jelas kamu cuma lagi ngerjain aku! Lagi pula di eksperimen ini mungkin saja kamu berbuat curang!”Lengan Rainie sudah pegal bukan main, ditambah lagi reaksi Yuna yang benar-benar berada di luar prediksinya membuat dia tidak hanya iri tapi juga marah sehingga bicaranya pun jadi melantur ke mana-mana. Namun begitu, bukannya memperbaiki situasi, balasan Yuna justru malah membuat Rainie makin kesal.Yuna mengangguk dan dengan ekspresi yang
Ricky lalu menatap Yuna dan bertanya, “Kenapa nggak langsung lapor ke aku kalau eksperimennya sudah selesai?”Yuna tampak sangat kecewa, dia bersandar ke belakang seraya melemaskan pergelangan tangannya, “Baru saja selesai, lagi pula … ini belum bisa dibilang berhasil.”“Kenapa?”“Ini baru cuma sebatas angka yang kita lihat di komputer saja. Nggak ada kepastian apakah terjadi kekeliruan. Dan aku masih belum bisa memastikan apakah ini sudah stabil atau belum, termasuk beberapa kemungkinan lainnya. Aku belum bisa pastikan ini semua akan berjalan lancar, makanya aku nggak bisa bilang ini sudah berhasil.”“Kamu ….”Kata-kata ini baru saja dikatakan oleh Rainie tadi, tapi Yuna mengatakannya sama persis di hadapan Ricky. Rainie sungguh tidak habis pikir apa yang Yuna pikirkan. Sebagai seorang peneliti, tujuan dari melakukan eksperimen adalah untuk melihat hasil akhirnya, buan? Kesenangan ketika eksperimen berhasil adalah sesuatu yang tidak tergantikan oleh apa pun. Andaikan yang berhasil itu