“Kamu seyakin itu kalau dia baik-baik saja di sana?”Jujur saja, meski Chermiko tidak begitu dekat dengan Yuna, dia tetap khawatir dengan keselamatannya. Apalagi Chermiko pernah melarikan diri dengan susah payah dari tempat itu, jadi dia tahu betapa busuknya tempat itu.Jawaban Brandon yang mengatakan kalau Yuna baik-baik saja karena dia tidak peduli, atau karena dia begitu percaya pada Yuna? Atau mungkin sebenarnya Brandon tidak tahu betapa bahayanya tempat itu?“Bukan itu maksudku, tapi kamu mungkin nggak tahu. Yuna mungkin sudah sering berhadapan dengan berbagai macam virus dan tahu tentang organisasi itu, tapi kamu nggak akan bisa membayangkan betapa bahayanya mereka. Mereka itu seperti iblis pemakan manusia, dan tempat itu adalah sarangnya mereka! Kurasa lebih baik kamu cari cara supaya Yuna bisa pergi secepatnya dari sana, atau ….”“Kubilang dia baik-baik saja, karena aku percaya sepenuhnya sama dia. Setidaknya untuk sekarang dia masih aman.”“Tapi …“Aku mengerti kamu tahu betul
Jarang-jarang mereka berdua bisa bersama dan terlihat akur. Tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara, hal paling penting yang ada di sana adalah data dan angka-angka, serta berbagai macam tabung yang berisikan cairan kimia.Rainie tidak terima, bahkan hingga detik ini pun dia masih tidak terima. Sudah satu hari berlalu semenjak bosnya menghilang, tapi hingga sekarang masih tidak ada abar apa pun. Rainie sebenarnya juga tidak begitu peduli dengan hidup atau mati bosnya, jelas ini semua adalah perbuatan Yuna, tetapi Yuna masih bisa duduk tenang di sini seolah tak terjadi apa-apa. Ricky yang biasa sifatnya dingin pun memperlakukan Yuna dengan cara yang berbeda dari biasanya.Mengapa begitu?! Rainie sungguh tak habis pikir apa yang dipikirkan oleh orang-orang di organisasi ini, mengapa mereka memperlakukan Yuna berbeda dari yang lain. Rainie tidak bisa mencurahkan segala kekesalannya dan hanya memendamnya sendiri. Toh dia hanya perlu menunggu beberapa hari lagi saja, lihat saja apakah
“Sudah!”Namun Yuna membalasnya, “Jangan bergerak!”“.…”Yang paling mengesalkan adalah, entah mengapa ketika Yuna bilang jangan bergera, Rainie juga spontan menuruti perintahnya untuk tidak bergerak.“Yuna, jangan pikir kamu bisa menyalahgunakan kekuasaan! Kamu pikir kamu ini sehebat itu? Biar aku kasih tahu sesuatu, kalau sampai eksperimen ini gagal, kamu bakal lihat sendiri seberapa parah akibatnya.”“Kalau begitu nanti saja kita bahas kalau memang gagal. Atau jangan-jangan kamu justru berharap kita gagal?”“Mana mungkin aku ….”Sebelum Rainie selesai berbicara, dia melihat Yuna sudah berjalan ke arah sebuah mesin dan mengaktifkan ulang mesin tersebut. Dia kemudian mengambil beberapa buah tabung dari mesin itu dan menaruhnya di rak samping.Melihat cairan bening di dalam tabung dan data-data di komputer yang terus diperbarui dengan rasa tegang. Dia terus menatap lekat layar komputer begitu serius, sedangkan Yuna justru terlihat sangat santai. Yuna lalu bangun dari kursinya dan berke
Seumur hidup tidak pernah Rainie iri terhadap orang lain sebelumnya, kecuali Bella. Namun iri hati yang dia rasakan waktu masih kecil itu sebagian terjadi karena ingin memperebutkan kasih sayang dari ibunya. Dia merasa tidak terima mengapa ibunya malah bersikap lebih baik kepada Bella daripada ke anaknya sendiri. Namun sekarang dia bukan lagi anak kecil, bukan lagi seorang anak yang mendambakan kasih sayang dari orang tua, melainkan seorang wanita dewasa yang mandiri.Selama ini Rainie selalu merasa dirinya serba bisa, berbakat, dan berpengetahuan luas. Dia yakin dirinya pasti bisa melakukan sesuatu yang berprestasi dan membuat semua orang di dunia ini menghormatinya, tetapi eksperimen yang selalu gagal ini membuat dia terpuruk.Sejak organisasi ini berteguh untuk merekrut Yuna, di alam bawahnya dia berharap Yuna juga akan gagal. Setiap orang yang mengerjakan eksperimen ini pasti akan terbentur, tetapi tidak dengan Yuna. Kenyataan pahit ini memberikan pukulan telak bagi Rainie, bahwa d
“Eksperimen ini memang nggak bisa dibilang berhasil,” kata Yuna.Reaksinya itu sungguh aneh hingga Rainie pun bingung harus berkata apa. Di saat yang sama ketika Rainie tertegun,dia mendengar Yuna berkata padanya, “Memangnya aku bilang kamu sudah boleh bergerak?”Cukup satu kata itu saja untuk membuat Rainie sadar kembali. Seolah menemukan tempat untuk melampiaskan emosinya, Rainie melempar nampan yang dia pegang hingga barang-barang yang ada di atasnya pun berserakan.“Apa-apaan nyuruh-nyuruh aku nggak boleh gerak dan bahas soal temperatur segala, jelas-jelas kamu cuma lagi ngerjain aku! Lagi pula di eksperimen ini mungkin saja kamu berbuat curang!”Lengan Rainie sudah pegal bukan main, ditambah lagi reaksi Yuna yang benar-benar berada di luar prediksinya membuat dia tidak hanya iri tapi juga marah sehingga bicaranya pun jadi melantur ke mana-mana. Namun begitu, bukannya memperbaiki situasi, balasan Yuna justru malah membuat Rainie makin kesal.Yuna mengangguk dan dengan ekspresi yang
Ricky lalu menatap Yuna dan bertanya, “Kenapa nggak langsung lapor ke aku kalau eksperimennya sudah selesai?”Yuna tampak sangat kecewa, dia bersandar ke belakang seraya melemaskan pergelangan tangannya, “Baru saja selesai, lagi pula … ini belum bisa dibilang berhasil.”“Kenapa?”“Ini baru cuma sebatas angka yang kita lihat di komputer saja. Nggak ada kepastian apakah terjadi kekeliruan. Dan aku masih belum bisa memastikan apakah ini sudah stabil atau belum, termasuk beberapa kemungkinan lainnya. Aku belum bisa pastikan ini semua akan berjalan lancar, makanya aku nggak bisa bilang ini sudah berhasil.”“Kamu ….”Kata-kata ini baru saja dikatakan oleh Rainie tadi, tapi Yuna mengatakannya sama persis di hadapan Ricky. Rainie sungguh tidak habis pikir apa yang Yuna pikirkan. Sebagai seorang peneliti, tujuan dari melakukan eksperimen adalah untuk melihat hasil akhirnya, buan? Kesenangan ketika eksperimen berhasil adalah sesuatu yang tidak tergantikan oleh apa pun. Andaikan yang berhasil itu
Nada suara Ricky tiba-tiba mendingin, dan udara di sekitar pun terasa menurun hingga beberapa derajat. Seketika itu juga bahkan Rainie pun bergidik ketakutan. Shane yang melihat situasi mulai menegang berusaha untuk mencairkan, “Yuna, nggak perlu terlalu menuntut terlalu tinggi terhadap diri sendiri. Berhubung yang lain sudah sepakat eksperimen ini berhasil, berarti tugasmu sudah berhasil. Yang kamu capai ini sudah luar biasa. Sebelumnya belum pernah ada orang yang sampai sejauh ini. Aku yakin yang di atas juga pasti sudah nggak bisa menunggu lebih lama lagi. Sekarang bukan waktunya untuk berdebat. Apa pun itu, yang jelas sekarang kita serahkan saja dulu hasil eksperimennya. Gimana?”Nasihat dari Shane tampaknya berhasil membuat Ricky tidak lagi menatap Yuna dengan sorot matanya yang mengerikan. Ricky pun melihat tabung yang ada di rak samping, lalu menatap layar komputer dan bertanya, “Ini saja, ‘kan?”“Ya, ya. Itu saja. Sebentar biar aku rapikan dulu,” kata Rainie tergesa-gesa, khawa
“Kalian nggak menepati janji! Dari awal kalian sudah berniat untuk mempermainkan aku?”Yuna mencoba untuk menghempas tangannya, tetapi dia menyadari Ricky juga memiliki teknik bela diri yang unik. Dia tidak menggunakan tenaga sedikit pun, tetapi posturnya ketika menekan tangan Yuna berbeda dengan orang lain, dan itu membuat Yuna kesulitan untuk melepaskan diri meski tidak terasa sakit sedikit pun.Mungkin ilmu bela diri yang Ricky miliki bisa dikatakan setara dengan Yuna. Namun tentu saja Yuna yang dulu, bukan yang sekarang. Dengan bentuk tubuhnya yang besar karena mengandung ini, Yuna tidak mungkin bisa menang melawan Ricky.Hingga di momen ini barulah Yuna menyadari dia sudah terlalu meremehkan Ricky. Karena terlahir di keluarga yang menguasai ilmu bela diri kuno, petarung biasa bukan lawan yang sepadan bagi Yuna. Bahkan ketika sedang hamil pun dia bisa mengalahkan orang lain dengan mudah, tetapi siapa sangka rupanya di organisasi keji ini selain senjata api, mereka juga memiliki seo
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da
Juan meletakkan jarinya di atas bagian pergelangan tangan Yuna dan menekannya sedikit. Kedua matanya sedikit tertutup seperti orang yang hendak tidur, tetapi dia hanya sedang menenangkan diri agar bisa fokus merasakan setiap dentuman pembuluh darah yang melewati tangan.Tak lama berselang, Juan mengangkat tangannya dan mendekat untuk menatap wajah Yuna lebih dekat, kemudian menaruh jarinya di leher Yuna.Semua itu Fred amati melalui tampilan kamera pengawas. Dia menundukan kepala dengan dagu bertopang di tangannya. Dia sedang berpikir keras. Si tua itu kelihatannya seperti sedang memeriksa Yuna, tetapi di sisi lain juga tidak dan lebih terlihat seperti sedang sok pintar saja.Dokter-dokter yang ada di sini setiap kali memeriksa pasien selalu menggunakan peralatan canggih dan bisa dilihat apa hasil diagnosisnya melalui angka dan data yang pasti. Namun pengobatan tradisional tidak demikian. Mereka hanya meraba nadi untuk melihat penyakitnya, atau menanyakan beberapa pertanyaan ke pasien
Mana mungkin Fred akan membiarkan itu terjadi! Kalau Yuna mati, usahanya selama ini akan sia-sia, dan tahap akhir dari R10 tidak akan bisa berjalan.“Pak Fred ….”Para dokter tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Masuk-masuk mereka hanya berusaha untuk memasangkan kabelnya kembali. Mereka masih bingung bagaimana kabel yang terpasang dengan baik bisa lepas, atau memang ada orang yang mencabutnya.“Pak Fred ….”“Keluar!”Para dokter itu pun ta berani banyak bicara dan langsung kelar. Sekarang ruangan itu kembali seperti sebelumnya, hanya ada tiga orang saja.“Kamu juga keluar!” kata Fred kepada pengawalnya.Pengawal itu awalnya sempat bingung, tetapi dia menuruti saja apa pun perintah yang diberikan. Maka tanpa banyak protes dia pun undur diri. Juan yang tak lagi dikekang oleh si pengawal kembali mendekati Yuna dan memeriksa nadinya. Fred pernah melihat cara pemeriksaan itu dan mengakui kehebatannya. Meski dari sudut pandang kedokteran modern itu agak sulit untuk dipahami, sudah begitu
Langkahnya pelan tapi pasti, selangkah demi selangkah dia mendatangi ranjang di mana Yuna sedang tertidur lelap. Wajahnya pucat seperti baru saja kehilangan darah dalam jumlah yang sangat banyak. Napasnya pun pelan dan lemah. Mesin yang menunjukkan detak jantungnya juga bergerak memperlihatkan denyutnya yang luar biasa lemah, seakan-akan bisa berhenti kapan saja tanpa ditebak.Juan tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi di saat itu dia mengerti mengapa orang asing ini memaksanya untuk ikut dengannya. Mereka masih belum memeras Yuna sampai habis, makanya mereka tidak akan membiarkan Yuna mati begitu saja. Bagi kedokteran modern mungkin ini jalan buntu, makanya Fred meminta bantuan dia. Dengan memanfaatkan hubungan yang dia dan Yuna miliki, Fred memaksanya untuk datang.“Dia ini murid kesayanganmu, jadi kamu pasti nggak mau lihat dia mati di usia yang masih muda, ‘kan?”Kata-kata Fred terkesan simpatik, tetapi siapa pun yang mendengarnya pasti dapat merasakan bau-bau sarkas dari mulu
Mereka sepakat menggelengkan kepala. Seharusnya itu tidak mungkin.“Apa ada kemungkinan Pak Juan pergi ke sana untuk mengobati Yuna?” tanya Brandon.“Sewaktu aku pergi dari kedutaan, Fred kelihatan sehat-sehat saja, nggak kelihatan seperti lagi sakit. Kalau mamaku, seharusnya lebih nggak mungkin lagi. Dia sudah punya dokter khusus, dan semestinya Fred nggak akan mau repot-repot cari dokter lain. Kalau muridnya yang sakit dan perlu diobati, makanya dia mau pergi ke sana, itu lebih masuk akal,” ujar Ross.“Tapi selama ini Yuna sehat-sehat saja. Dia bisa mengobati diri sendiri, kayaknya agak mustahil kalau dia tiba-tiba sakit. Lagi pula kalaupun jatuh sakit, di sana ada banyak dokter yang hebat-hebat, rasanya agak di luar nalar kalau Fred sampai harus jauh-jauh membahayakan dirinya sendiri menemui Pak Juan,” tutur Shane berpendapat. “Mungkin kita cuma bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi kalau pergi ke sana langsung.”Jika analisis mereka itu tepat, berarti memang Yuna yang jatuh sakit.