“Sudah!”Namun Yuna membalasnya, “Jangan bergerak!”“.…”Yang paling mengesalkan adalah, entah mengapa ketika Yuna bilang jangan bergera, Rainie juga spontan menuruti perintahnya untuk tidak bergerak.“Yuna, jangan pikir kamu bisa menyalahgunakan kekuasaan! Kamu pikir kamu ini sehebat itu? Biar aku kasih tahu sesuatu, kalau sampai eksperimen ini gagal, kamu bakal lihat sendiri seberapa parah akibatnya.”“Kalau begitu nanti saja kita bahas kalau memang gagal. Atau jangan-jangan kamu justru berharap kita gagal?”“Mana mungkin aku ….”Sebelum Rainie selesai berbicara, dia melihat Yuna sudah berjalan ke arah sebuah mesin dan mengaktifkan ulang mesin tersebut. Dia kemudian mengambil beberapa buah tabung dari mesin itu dan menaruhnya di rak samping.Melihat cairan bening di dalam tabung dan data-data di komputer yang terus diperbarui dengan rasa tegang. Dia terus menatap lekat layar komputer begitu serius, sedangkan Yuna justru terlihat sangat santai. Yuna lalu bangun dari kursinya dan berke
Seumur hidup tidak pernah Rainie iri terhadap orang lain sebelumnya, kecuali Bella. Namun iri hati yang dia rasakan waktu masih kecil itu sebagian terjadi karena ingin memperebutkan kasih sayang dari ibunya. Dia merasa tidak terima mengapa ibunya malah bersikap lebih baik kepada Bella daripada ke anaknya sendiri. Namun sekarang dia bukan lagi anak kecil, bukan lagi seorang anak yang mendambakan kasih sayang dari orang tua, melainkan seorang wanita dewasa yang mandiri.Selama ini Rainie selalu merasa dirinya serba bisa, berbakat, dan berpengetahuan luas. Dia yakin dirinya pasti bisa melakukan sesuatu yang berprestasi dan membuat semua orang di dunia ini menghormatinya, tetapi eksperimen yang selalu gagal ini membuat dia terpuruk.Sejak organisasi ini berteguh untuk merekrut Yuna, di alam bawahnya dia berharap Yuna juga akan gagal. Setiap orang yang mengerjakan eksperimen ini pasti akan terbentur, tetapi tidak dengan Yuna. Kenyataan pahit ini memberikan pukulan telak bagi Rainie, bahwa d
“Eksperimen ini memang nggak bisa dibilang berhasil,” kata Yuna.Reaksinya itu sungguh aneh hingga Rainie pun bingung harus berkata apa. Di saat yang sama ketika Rainie tertegun,dia mendengar Yuna berkata padanya, “Memangnya aku bilang kamu sudah boleh bergerak?”Cukup satu kata itu saja untuk membuat Rainie sadar kembali. Seolah menemukan tempat untuk melampiaskan emosinya, Rainie melempar nampan yang dia pegang hingga barang-barang yang ada di atasnya pun berserakan.“Apa-apaan nyuruh-nyuruh aku nggak boleh gerak dan bahas soal temperatur segala, jelas-jelas kamu cuma lagi ngerjain aku! Lagi pula di eksperimen ini mungkin saja kamu berbuat curang!”Lengan Rainie sudah pegal bukan main, ditambah lagi reaksi Yuna yang benar-benar berada di luar prediksinya membuat dia tidak hanya iri tapi juga marah sehingga bicaranya pun jadi melantur ke mana-mana. Namun begitu, bukannya memperbaiki situasi, balasan Yuna justru malah membuat Rainie makin kesal.Yuna mengangguk dan dengan ekspresi yang
Ricky lalu menatap Yuna dan bertanya, “Kenapa nggak langsung lapor ke aku kalau eksperimennya sudah selesai?”Yuna tampak sangat kecewa, dia bersandar ke belakang seraya melemaskan pergelangan tangannya, “Baru saja selesai, lagi pula … ini belum bisa dibilang berhasil.”“Kenapa?”“Ini baru cuma sebatas angka yang kita lihat di komputer saja. Nggak ada kepastian apakah terjadi kekeliruan. Dan aku masih belum bisa memastikan apakah ini sudah stabil atau belum, termasuk beberapa kemungkinan lainnya. Aku belum bisa pastikan ini semua akan berjalan lancar, makanya aku nggak bisa bilang ini sudah berhasil.”“Kamu ….”Kata-kata ini baru saja dikatakan oleh Rainie tadi, tapi Yuna mengatakannya sama persis di hadapan Ricky. Rainie sungguh tidak habis pikir apa yang Yuna pikirkan. Sebagai seorang peneliti, tujuan dari melakukan eksperimen adalah untuk melihat hasil akhirnya, buan? Kesenangan ketika eksperimen berhasil adalah sesuatu yang tidak tergantikan oleh apa pun. Andaikan yang berhasil itu
Nada suara Ricky tiba-tiba mendingin, dan udara di sekitar pun terasa menurun hingga beberapa derajat. Seketika itu juga bahkan Rainie pun bergidik ketakutan. Shane yang melihat situasi mulai menegang berusaha untuk mencairkan, “Yuna, nggak perlu terlalu menuntut terlalu tinggi terhadap diri sendiri. Berhubung yang lain sudah sepakat eksperimen ini berhasil, berarti tugasmu sudah berhasil. Yang kamu capai ini sudah luar biasa. Sebelumnya belum pernah ada orang yang sampai sejauh ini. Aku yakin yang di atas juga pasti sudah nggak bisa menunggu lebih lama lagi. Sekarang bukan waktunya untuk berdebat. Apa pun itu, yang jelas sekarang kita serahkan saja dulu hasil eksperimennya. Gimana?”Nasihat dari Shane tampaknya berhasil membuat Ricky tidak lagi menatap Yuna dengan sorot matanya yang mengerikan. Ricky pun melihat tabung yang ada di rak samping, lalu menatap layar komputer dan bertanya, “Ini saja, ‘kan?”“Ya, ya. Itu saja. Sebentar biar aku rapikan dulu,” kata Rainie tergesa-gesa, khawa
“Kalian nggak menepati janji! Dari awal kalian sudah berniat untuk mempermainkan aku?”Yuna mencoba untuk menghempas tangannya, tetapi dia menyadari Ricky juga memiliki teknik bela diri yang unik. Dia tidak menggunakan tenaga sedikit pun, tetapi posturnya ketika menekan tangan Yuna berbeda dengan orang lain, dan itu membuat Yuna kesulitan untuk melepaskan diri meski tidak terasa sakit sedikit pun.Mungkin ilmu bela diri yang Ricky miliki bisa dikatakan setara dengan Yuna. Namun tentu saja Yuna yang dulu, bukan yang sekarang. Dengan bentuk tubuhnya yang besar karena mengandung ini, Yuna tidak mungkin bisa menang melawan Ricky.Hingga di momen ini barulah Yuna menyadari dia sudah terlalu meremehkan Ricky. Karena terlahir di keluarga yang menguasai ilmu bela diri kuno, petarung biasa bukan lawan yang sepadan bagi Yuna. Bahkan ketika sedang hamil pun dia bisa mengalahkan orang lain dengan mudah, tetapi siapa sangka rupanya di organisasi keji ini selain senjata api, mereka juga memiliki seo
“Kamu sudah cukup berusaha!” Ini mungkin pertama kalinya Shane memberikan pujian kepada Rainie.Shane sangat membenci Rainie. Dia kejam, licik, tidak memiliki kontrol diri dalam bertindak, dan memiliki hati yang sangat jahat. Namun harus diakui bahwa dia sudah sangat bekerja keras dalam proyek ini. Setidaknya dalam penelitian, Shane bisa melihat seberapa besar perjuangannya. Ketika Shane harus bangun pagi dan tidur larut malam, dia selalu melihat Rainie sedang bekerja di lab setiap hari. Entah itu membaca buku, jurnal, atau apa pun yang dia kerjaan, dia selalu berusaha semaksimal mungkin.“Terus kenapa?! Hidup ini nggak adil!” Rainie mengumpat sambil memukul meja yang ada di depan dengan kedua tangannya.“Di hadapan bakat alami, kerja keras nggak ada gunanya,” kata Shane.“???”“Kamu memang sudah bekerja sangat keras dan punya talenta, tapi yang namanya talenta itu juga ada porsinya. Kerja keras mungkin bisa menutupi perbedaan itu, tapi begitu dilawan dengan talenta alami, kerja sekera
“Di sini memang nggak ada seorang pun yang setia. Masing-masing punya tujuan sendiri, tapi setidaknya kami sama-sama mau eksperimen ini selesai. Cuma kamu dan Yuna saja yang beda. Kalian berdua datang dengan niat merusak!”“Tuduhan tanpa dasar nggak ada gunanya!” Shane membalas, lalu dia langsung membalikkan badan karena tidak ingin terus ribut dengan Rainie. Mungkin Rainie memang tahu, tapi mungkin juga itu hanya dugaan yang dia ucapkan untuk memancing Shane. Namun yang jelas, meributkan hal itu hanya membuang-buang waktu.“Berguna atau nggak siapa peduli. Toh sekarang dia juga cuma pion yang terbuang. Eksperimennya sudah berhasil. Kamu, aku, dia, kita semua sama-sama pion yang nggak ada gunanya lagi!”Kondisi mental Rainie sekarang seperti orang gila. Dia tertawa sambil memukul-mukul meja seolah sedang memikirkan semua hal lucu yang pernah dia alami di kepalanya. Shane juga sebenarnya berpikir hal yang sama dengan Rainie. Sekarang eksperimennya sudah selesai, tujuan organisasi telah