Ruangannya tidak terlalu besar tetapi lengkap dengan berbagai macam fasilitas seperti kasur, sofa, seprai, meja, dan lain sebagainya. Selain itu, yang paling aneh terdapat sederet stoples bening yang cukup panjang tersusun rapi di sebuah meja yang berada di sisi kiri mereka.Warna stoples itu sudah sedikit buram. Di dalamnya terdapat sesuatu yang direndam. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas, tapi dari bentuk dan warnanya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.Sementara itu, di sisi kanan juga terdapat pria pendek yang selama ini menyuruh-nyuruh mereka terikat tak berdaya di lantai. Dia sepertinya masih tak sadarkan diri, tetapi jelas-jelas tadi mereka mendengar suara yang cukup besar.“Dia sudah mati?” tanya Yuna.Shane mendekati pria pendek itu untuk memeriksa keadaannya, “Seharusnya belum.”“Frans, gimana kamu bisa menangkap dia? Empat pengawal di luar itu juga kamu yang kalahkan?”Frans mengangguk. Mereka berempat bukan lawan yang sepadan bagi Frans, meskipun menghadapi mereka
Tubuhnya yang semula meringkuk perlahan terbuka. Pelan-pelan dia menggerakkan kaki, lalu membalikkan badannya dan duduk bersila menghadap Yuna. Tatapan mata yang terlihat di balik topengnya seperti memancarkan cahaya yang makin aneh dan tajam dibanding sebelumnya.Pertama-tama dia menatap Yuna, kemudian Shane, dan terakhir berhenti sampai di Frans. Beberapa saat kemudian dia kembali tertawa, “Aku benar-benar sudah meremehkan kamu!”“Terlalu banyak orang yang kamu remehkan,” timpal Yuan tertawa puas. “Jawab aku, siapa saja orang-orang yang ada di belakang kamu? Sebenarnya apa tujuan, dan berapa banyak anggota kalian?”Yuna sudah tahu dia pasti tidak akan menjawab dengan jujur, tetapi Yuna tetap menanyakannya.“Organisasi kamu ini jauh di luar bayangan kalian. Memangnya kalian tahu apa, mengira diri sendiri yang paling benar dan hebat, tapi ketika berhadapan dengan kenyataan dan uang, nggak ada seorang pun yang lebih hebat!”“Cukup omong kosongmu!” ucap Shane esa, lalu dia berjongkok aga
“Sudah berapa banyak virus yang kamu lepas?!” tanya Frans.“Frans … oh, bukan, harusnya kupanggil kamu R16!”Frans sempat tertegun sesaat mendengar itu dan raut wajahnya juga langsung berubah, lalu dia menendang perut pria itu dengan sangat keras.“Ugh ….”Tendangan Frans yang amat keras membuat pria pendek itu muntah darah, tetapi dia masih tertawa seakan begitu bahagianya dia membuat Yuna dan yang lain kesal. Yuna juga menatap Frans kebingungan. Dia tidak tahu jenis virus apa yang disuntikkan ke dalam tubuhnya, tetapi hanya mendengar dari kode namanya saja Yuna sudah tahu kalau Frans juga pasti dijadikan bahan percobaan oleh mereka. Eksperimen ini sungguh membuat umat manusia berada dalam bahaya.Meski Yuna sejak awal sudah tahu mereka menggunakan manusia sebagai bahan percobaan, setiap kali mendengarnya, Yuna merasa begitu sedih, apalagi ketika yang menjadi korban adalah orang-orang terdekatnya. Dan bagi Frans yang menjadi bahan percobaan itu sendiri tentu saja lebih menyakitkan lag
Ketika topengnya terbelah dan memperlihatkan wajahnya separuh, semua yang ada di sana tercengang. Spontan Yuna langsung menutupi perutnya khawatir syok yang dia alami membuat kedua anaknya ikut ketakutan.Wajahnya itu … sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Memang seharusnya mereka tidak menghakimi siapa pun hanya dengan penampilan luar saja, tetapi wajahnya itu benar-benar mengerikan. Tak hanya dipenuhi dengan bekas luka yang memenuhi satu wajah, tetapi mulut dan hidungnya pun miring tak beraturan, membuat seluruh wajahnya terlihat seperti tak berbentuk.Sebagian besar adalah luka bakar, tetapi ada juga beberapa yang terlihat seperti luka sayatan. Semua luka berkumpul di satu titi sehingga wajahnya terlihat begitu menakutkan.Dengan wajah seperti itu saja sudah cukup untuk membuat orang lain takut, ditambah pula dengan tatapan matanya yang aneh dan hatinya yang busuk membuatnya tak beda dengan iblis.“Aaaaakh ….”Dia yang dari tadi tertawa dengan congkak tiba-tiba berteriak keras
Pria pendek itu menggigit kaki Shane dengan sekeras mungkin seperti anjing rabies. Jelas sekali wajahnya yang buruk rupa itu menjadi sesuatu yang dia benci.“Lepasin, dasar gila! Lepasin!” bentak Shane sambil memukuli kepalanya. Akan tetapi sekeras apa pun dia memukul, pria itu tidak mau melepaskan gigitannya. Darah sampai merembes keluar dari celananya, memperlihatkan betapa dalam gigitannya.Yuna segera memberikan isyarat kepada Frans dengan matanya. Shane lalu memukul belakang kepala pria pendek itu hingga dia pun pingsan. Namun bahkan setelah pingsan pun, dia masih tak melepaskan gigitannya.“Cih, dasar orang gila!” ujar Shane memaki sambil berusaha untuk menarik kakinya keluar dari gigitannya. Frans juga ikut membantu dengan menekan kedua pipi pria itu sekuat tenaga, barulah kaki Shane bisa keluar.“Benar-benar, sudah gila orang ini,” kata Frans.Yuna menghampiri Shane untuk melihat luka di kakinya, lalu dia mengambil sehelai kain untuk membalut lukanya, kemudian dia berkata, “Kan
Pertanyaan Yuna membuat Frans seketika itu juga langsung terdiam. Frans mengepalkan tangannya dengan erat, kemudian melepaskannya. Dengan suara yang seperti tertahan dia berkata, “Aku … nggak peduli dengan mereka.”Ya … Frans tidak peduli perbuatannya itu akan memberi dampak yang sangat besar, bahkan hingga ke orang-orang yang tidak bersalah. Meski di tempat ini masih banyak pekerja yang tidak bersalah, tetap masih lebih banyak orang jahat yang secara sadar meneliti virus untuk tujuan yang buruk. Mau tidak mau harus ada beberapa orang yang dikorbankan.“Kenapa? Kita belum seputus asa itu! Lagi pula perkara sebesar ini kenapa kamu nggak diskusi dulu sama kami? Apa kamu sudah pernah bilang ke Brandon? Pasti belum, ‘kan?!”Sejujurnya Yuna tidak ada maksud untuk menyalahkan Frans sedikit pun, dia hanya sedikit kesal saja. Jangankan dengan Yuna, bahkan dengan Brandon yang sudah bekerja di bawahnya selama bertahun-tahun, di mana Brandon sudah menganggapnya sebagai adik sendiri saja, Frans ma
“Dengar aku. Kesampingkan dulu semua rencanamu. Pokoknya jangan melakukan hal bodoh! Kamu pikir kami nggak bisa menangkap dia? Menangkap dia itu gampang, yang jadi masalah adalah orang-orang yang ada di belakangnya.”“Jadi … apa selama ini aku salah?”Frans mulai meragukan keputusan yang dia ambil. Sejak dia sadar sepenuhnya, dia sudah yakin akan melakukan ini, tetapi sekarang dia baru sadar bahwa sepertinya jalan yang dia tempuh salah.“Masih belum terlambat untuk mundur, toh belum terjadi,” ujar Yuna menghiburnya. “Tapi ….”Yuna terdiam sejenak melihat pria pendek yang pingsan itu dan menghela napasnya. Rencana mereka jadi berjalan di luar perkiraan. Yuna tidak menyangka akan bertemu dengan Frans di sini, dan lagi dia sudah selangkah lebih cepat.Shane sudah lemas tak bertenaga. Sakit di kakinya terasa begitu menyengat hingga wajahnya pucat pasi. Dia pun duduk untuk mengambil napas seraya terus memantau bosnya itu dengan mata yang ganas. Wajah pria itu sungguh tak enak dilihat, apala
Setelah rak bukunya tertutup, ruangan rahasia itu menjadi sebuah ruangan kecil yang tertutup dan sumpek. Bahkan jendela saja tidak ada, membuat orang yang berada di dalam ruangan itu sesak napas. Namun begitu orang seperti pria pendek ini memang cocoknya bersembunyi di tempat ini.Yuna menatap Frans, dan Frans juga menatap balik. Mereka berdua diam tak berbicara, lalu tak lama mereka mendengar dari luar ada orang yang berbicara.“Bos, Bos!”Sepertinya ada orang yang menyadari keempat pengawal itu tumbang di depan, tentu mereka jadi curiga jangan-jangan terjadi sesuatu di dalam dan langsung masuk untuk memeriksa keadaan. Di situ Yuna mulai merasa sedikit tegang. Dia memegang erat ujung meja dan memfokuskan pendengarannya.“Kalian kenapa baru datang?!” seru Shane marah-marah.“Pak Shane?!” tanya orang itu terkejut.“Dasar nggak berguna. Terlambat kalian datangnya!”“Ada apa ini?!”Shane pun coba untuk menjelaskan dengan seserius mungkin,”Ada orang yang menyelinap masuk dan menyandera bos
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta