Semua Bab Gairah Nakal, Sugar Baby: Bab 111 - Bab 120
229 Bab
Aku harus berangkat.
"Apa Tuan ingin makan sesuatu?" tanya Mbok Inem yang membuat Ramel tersadar."Enggak Mbok," jawab Ramel dengan lembut."Tuan gak usah sedih, Taun besar dan Nyonya besar enggak lama kok. Lagipula Mbok kan ada untuk menemani Tuan dan Nyonya Bella," ucap Mbok Inem.Wanita paruh baya itu berusaha memberikan semangat untuk Ramel, tapi anak tampan itu tetap saja termenung. Bahkan tanpa terasa butiran bening ke luar dari kedua mata indahnya. Hal itu membuat Mbok Inem ikut cemas dan khawatir.Sudah beberapa kali Bram dan Amel meninggalkan Ramel karena perjalanan bisnis, tetapi baru kali ini anak tampan itu terlihat aneh dan tak bersemangat.Setelah dua jam duduk termenung, akhirnya Ramel tertidur di sofa ruang keluarga. Sedangkan Bella asik bermain dengan kelinci peliharaannya, ditemani oleh kakeknya sendiri yaitu James."Kring....kring...kring..." Suara nyaring itu menyadarkan Mbok Inem yang sedari tadi fokus menatap wajah Ramel yang begitu menyedihkan.Ia bangkit dari sofa melangkah untuk m
Baca selengkapnya
Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan anak ini.
Satu bulan telah berlalu, kediaman Wijaya masih diselimuti duka. Selama satu bulan ini juga Ramel tidak pergi sekolah, anak tampan itu hanya mengurung diri di dalam kamar. Entah apa yang terjadi kepadanya, sehingga ia membenci semua orang yang ada di rumah itu.Bahkan Bella ia jauhi, padahal mereka teman dekat, begitu juga dengan Bryan. Padahal selama ini ia selalu bersikap manja kepada kakaknya itu, namun satu bulan ini sikap manja itu berubah menjadi benci. Setiap ia bertemu dengan Bryan, Ramel selalu menatapnya dengan tatapan sinis dan benci. "Tok...tok...tok..." Suara ketukan pintu membuat Ramel tersadar dari khayalan, ia terpaksa bangkit dari kursi untuk membuka pintu."Selamat pagi adikku," sapa Bryan setelah pintu terbuka.Sapaan ceria itu tidak disambut Ramel sama sekali, anak tampan itu justru cemberut dan langsung memutar tubuh kembali duduk ke kursi yang terletak di dekat jendela. sementara Bryan hanya menarik napas dalam-dalam sambil melangkah mengikuti Ramel dari belaka
Baca selengkapnya
Tanyakan kepada Kakekmu.
Hari telah berlalu bulan pun silih berganti begitu juga dengan tahun, namun kondisi Bryan tetap memprihatinkan. Pria satu anak itu harus tinggal di rumah sakit jiwa akibat peristiwa waktu itu.Hari ini tepat 10 tahun ia tinggal di sana, selama ini hanya James dan Bella yang datang mengunjunginya. Sedangkan Ramel sama sekali tidak pernah melihat kakaknya, entah apa yang merasukinya hingga ia sangat membenci Bryan."Bagaimana perkembangan Papah, Dok?" tanya Bella.Dulu ia masih gadis kecil yang manja, tetapi saat ini Bella sudah menjadi gadis cantik yang mandiri. "Masih belum ada perubahan, justru Pak Bryan semakin pendiam," jawab sang Dokter Psikiater.Tentu jawaban itu membuat Bella meneteskan air mata, selama sepuluh tahun ini ia berdoa dan berharap Ayahnya bisa pulih kembali seperti yang dulu."Jangan menagis," ucap James sambil mengelus punggung Bella."Aku sedih Kek, sampai kapan Papah tinggal di sini," protes Bella, "Ini semua karena Ramel," lanjutnya.James menarik napas, "Suda
Baca selengkapnya
Aku harus menggagalkan pernikahan ini.
Bella langsung memutar tubuh, kaki mungilnya berlari menuju kamar James."Kakek," panggil Bella sambil membuka pintu dengan kasar."Kamu membuat Kakek terkejut," keluh James yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.Bella menghampiri James ke sofa, lalu duduk di sampingnya. Wanita cantik yang baru berusia 19 tahun itu, langsung melayangkan beberapa pertanyaan."Apa yang Kakek ketahuan tentang ayahku? Kenapa Kakek tidak mengatakannya kepadaku? Benarkah yang dikatakan Ramel, Kek?" James terdiam, ia sama sekali tidak terkejut dengan pertanyaan Bella. Sejak tadi ia sudah menunggu kedatangan cucunya itu, sebab Ramel pasti mengatakan yang sebenarnya kepada Bella. Dan benar saja, Bella datang ke kamarnya untuk menanyakan kebenaran."Jawab aku Kek," desak Bella."Iya, apa yang dikatakan Ramel itu benar," ucap James tanpa melihat Bella."Apa? Papah yang membunuh orang tua Ramel?" tanya Bella dengan rasa tidak percaya, "Itu tidak mungkin, Papah tidak mungkin melakukan itu semua," lan
Baca selengkapnya
Aku harus mengikutinya.
Namun kakinya tiba-tiba berhenti karena mengigat sesuatu."Jika aku menggagalkannya dan mengatakan yang sebenarnya, Ramel pasti menjebloskan aku ke penjara. Oh, ini tidak bisa terjadi," bisik dalam hati James.Bayangan tinggal di dalam penjara seketika terlintas di matanya, sehingga James mengurungkan niat dan kembali ke kamarnya. Ia harus merelakan cucunya menikah dengan Ramel, walupun sebenarnya ia tidak ikhlas.Pernikahan itu pun berlangsung singkat, tidak ada acara ataupun resepsi seperti pernikahan pada umumnya. Ramel dengar lancar mengucapkan ijab kabul di depan penghulu dan saksi.Kini Bella resmi menjadi istri Ramel Alexander Wijaya, yang tak lain musuh besarnya sendiri. Ia memasangkan cincin ke jari manis Ramel sambil tersenyum paksa. Begitu juga dengan Ramel, ia memasangkan cincin ke jari Bella sambil tersenyum seribu arti. "Jadilah istri yang penurut kepada suami," ucap Ramel dengan lembut sambil mengecup kening Bella.Bella mengangguk untuk merespon ucapan Ramel, kedua
Baca selengkapnya
Kamu harus melayaniku.
Setibanya di rumah sakit, Bella melihat mobil Ramel di parkiran. Ia segera masuk ke dalam rumah sakit sebelum Lukas melihatnya, sebab sopir kepercayaan keluarga Wijaya itu menunggu di parkiran.Tangan Bella yang tadinya bersiap untuk mengetuk pintu ruangan dokter, seketika terhenti karena mendengar suara Ramel."Aku ingin Pak Bryan Alexander Wijaya dirawat di rumah, siapkan satu dokter untuknya.""Baik Pak." "Kalau begitu aku pergi dulu."Bella segera meninggalkan pintu dan bersembunyi di balik tembok. Setelah Ramel tidak terlihat lagi, baru ia menemui dokter."Permisi Dokter," ucap Bella sambil menjulurkan kepala dari balik pintu."Eh Nona Bella," sahut sang dokter, "Silahkan duduk," lanjutnya mempersilahkan Bella untuk duduk di kursi tamu."Terima kasih." Bella menjatuhkan bokongnya di atas kursi, "Maaf Dok, apa aku bisa bertanya sesuatu?" lanjutnya."Tentu saja, silahkan," sahut dokter dengan ramah sambil tersenyum."Apa Tuan Ramel datang kemari?" Bella sengaja bertanya untuk mema
Baca selengkapnya
Aku tidak mungkin menyiksanya.
Tubuh mungil Bella terperosok ke lantai, ia memejamkan mata sambil menumpahkan butiran bening. Tanpa Ramel mengatakannya, ia sudah tahu kalau pernikahan mereka bukanlah sungguhan, melainkan hanya sebatas balas dendam. Dengan cara menikahinya, Ramel bisa menggantung nasib Bella. Malam telah berlalu, Bella membuka mata di pagi hari dan melihat tempat tidur kosong. Sepertinya satu malam ini Ramel tidak kembali ke kamar, sedangkan Bella tidur di atas sofa.Bella baru saja bangkit dari sofa, tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar. Siapa lagi kalau bukan Ramel! Hanya pria tampan itulah yang berani membuka pintu dengan cara seperti itu."Siapkan air hangat, pakaian dan sarapan," ucap Ramel saat muncul dari pintu.Tanpa menjawab, Bella segera menuju kamar mandi. Ia menyiapkan air hangat di dalam bathtub, setelah itu ia bergegas untuk meraih sepasang pakai formal dari lemari dan sepatu."Kamu mau ke mana?" tanya Ramel tiba-tiba saat Bella melangkah menuju pintu."Menyiapkan sarapan," jawab sing
Baca selengkapnya
Oh iya, ini putriku satu-satunya.
Ramel baru saja ke luar dari kamar, telinganya langsung mendengar suara keributan dari lantai satu. Kaki jenjangnya melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu.Benar saja, James sedang berdebat dengan seorang wanita. Keduanya terlihat beradu mulut sampai tidak menyadari keberadaan Ramel."Ayah macam apa orang sepertimu, kamu tega memfitnah anak kandungmu sendiri," ucap wanita itu sambil menunjuk James dengan satu jari tangannya."Fitnah apa Tania? Memang putra kitalah yang melakukannya," sahut James dengan nada yang tidak kalah tinggi dari Tania."Aku yang mengandung Bryan, aku yang melahirkannya dan aku yang membesarkannya. Jadi aku mengenalnya seperti apa, dia sangat menyayangi Bram, menghargainya dan menghormatinya. Bahkan Bryan lebih menyayangi ayahnya daripada aku, jadi tidak mungkin Bryan melakukan hal itu," bantah Tania."Kamu tahu apa Tania? Kamu selama 20 tahun ini terkurung di penjara, jadi kamu tidak tahu apa-apa," ucap James."Walupun aku terkurung di sana! Tapi aku
Baca selengkapnya
Enggak ada tapi-tapian.
Waktu menunjukkan pukul 12 malam, namun Ramel belum juga kembali ke kediaman Wijaya. Seharusnya Bella bahagia, setidaknya ia bisa nyaman dan tentram dari sikap kasar suaminya itu. Tetapi ternyata tidak, ia justru resah menunggu kepulangan pria kejam itu. Bahkan Bella tidak bisa tidur, ia duduk di balkon sambil memandang ke arah gerbang. Entah mengapa ia berharap mobil Ramel segera muncul dari sana.Saat Bella akan masuk ke dalam kamar, telinga tidak sengaja mendengar sesuatu dari balkon kamar sebelah."Aku tidak mau tahu, pokoknya bereskan wanita sialan itu." Kata-kata itu terdengar jelas di telinga Bella, yang membuat langkah kakinya seketika berhenti. Ia memutar tubuh mungilnya untuk melihat sang pemilik suara.Dan benar saja, di sana terlihat James sedang bicara dengan seseorang melalui sambungan telepon. Wajah pria tua itu terlihat kesal dan marah."Kakek bicara dengan siapa?" tanya Bella kepada dirinya sendiri.Rasa penasaran membuat Bella berniat untuk menemui kakeknya, namun
Baca selengkapnya
Bel, itu bukannya Kakek kamu?
Setibanya di kediaman Wijaya, dari gerbang Bella sudah melihat Ramel sedang duduk di balkon kamar. Jantung Bella langsung dak dik duk di dalam sana. "Bel, aku langsung pulang ya?" ucap Rara saat Bella membuka pintu mobilnya."Oh, kamu gak singgah dulu?" sahut Bella."Lain kali aja ya? Soalnya aku mau ke salon, persiapan untuk besok," ucap Rara sambil mengedipkan mata, "Oh iya, jangan lupa untuk meminta izin sama sepupu kamu yang gila itu," lanjutnya."Iya, iya," jawab Bella sambil tersenyum."Dah..., aku pergi dulu ya." Rara melambaikan tangan dan dibalas oleh Bella.Setelah mobil Rara ke luar dari gerbang, Bella bergegas masuk ke dalam rumah. Kaki mungilnya melangkah menaiki anak tangga, setibanya di depan pintu kamar! Bella menarik napas dalam-dalam sebelum membukanya."Kamu dari mana? Ini sudah jam berapa?" Pertanyaan itu menyambut Bella saat menjulurkan kepala dari balik pintu. Ia sudah mendung pertanyaan itu pasti ke luar dari mulut Ramel."Maaf, tadi aku menemani Rara belanja,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
23
DMCA.com Protection Status