All Chapters of I. Tulisan Untuk Orick: Dunia Merah Jambu: Chapter 21 - Chapter 30

87 Chapters

#21. Kakak Ingin Se-ceria Kamu, Erin

Langit berubah mendung sejak kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Sekitar saat maghrib selesai, aku dan Kamala langsung sepakat berpisah sebab masih ada urusan yang harus kami urus. Bukan apa-apa, dia yang memiliki tugas, aku jua memiliki penyelesaian akhir alias skripsian yang harus ku-urus buru-buru.Datang ke pekarangan rumah, ketika aku memasukan mobil ke depan garasi, terpantau bapak seperti biasa nangkring di depan teras bagai satpam. Dengan koran yang menutupi wajahnya, secangkir kopi tergolek di sisi meja, lantas lampu teras dan taman sudah berjajar menyala. Pemandangan ini bisa disebut sebuah hal wajib. Makanya jika sekali-kali bapak tak nampak di sana, aku selalu merasa aneh.Suara pintu yang kubanting cukup mengalihkan atensinya hingga empat mata itu menoleh ke arahku. Bila bapak lelah memulai sebagai yang pertama, aku yang akan memberikannya senyum sebagai pembuka. Kadang kala jika kuingat bagaimana pandanganku dahulu terhadap keluarga, selalu membuatku sed
Read more

#22. Saling Asah, Saling Asih, Saling Asuh

Aku tidak mengambil apapun selain memindah alihkan laptop dan handphone pada kamar Erin. Tapi di sana, tiba-tiba saja meja yang semula berserakan cat sudah bersih tergantikan makanan dan ia-pun berganti tugas."Kakak makan dulu kata Ibu, pasti di luar belum makan nasi." ujarnya. Melihat sepiring nasi yang dia bawa saja membuatku begah."Kakak udah makan mie di luar." jawabku sembari menurunkan laptop dan handphone di atas ranjang, sementara Erin masih duduk anteng di atas kursi belajar."Belum makan nasi itu.""Sama-sama karbohidrat.""Orang Indonesia kalau belum makan nasi belum disebut makan."Aku geleng-geleng kepala dengan tawa kecil. Memang ya, negara ini sedikit unik ketimbang negara lain. Segala apapun yang bersangkutan dengan makan berat harus ada nasi. Padahal kan semacam gandum, jagung, mie, tepung, sama-sama bisa menyokong energi. Tapi sepertinya tingkah Orick yang selalu makan indomie pakai nasi membuktikan bahwa Indonesia tanpa nasi bagai ambulan tanpa uwiw."Makan dulu k
Read more

#23. Anak Perempuan Yang Bisa Diandalkan

Oke, jadi begini. Aku seringkali ditanya apa hobi yang bisa aku lakukan tiap kali merasa bosan? Dan tanpa ragu kujawab, mencuci serta menyetrika baju. Namun setelah mendengar itu, rekan-rekan yang bertanya padaku wajahnya berubah mupeng. Aku tidak tahu apa yang salah dengan jawabanku kala itu, akan tetapi--memangnya salah, ya?Pagi sedari pukul 4 lebih 30 menit, aku berbalap lomba dengan ayam berkokok. Karena jadwal tidurku semalam cukup teratur, berakhir bangunku juga sesuai jadwal. Dan terlalu pagi untuk memulai hari dengan skripsi, aku merasa penat-penatku ini perlu ditaburi deterjen terlebih dahulu. Disikat, dibilas, dicelupkan. Oreo ✌.Sudah lama sekali semenjak aku mulai sibuk pada dunia perkampusan, aku lupa bagaimana suasana keluarga dengan pagi-pagi yang tentram. Yang biasa kuhadapi adalah gubrahan Sadan untuk mengerjakan susunan laporan, proker-proker bersama, atau bawelnya para adik-adik di bawah tingkatku. Aku lupa bahwa duniaku saja perlu dibenahi sebelum memperbaiki yang
Read more

#24. Benarkah Kita Akan Menikah?

Sudah cukup lama setelah aku mengerjakan ibadah, langit berubah lebih terang lagi dan perlahan bukan lagi seberkas fajar yang muncul, melainkan hidung matahari tampak menyapa seluruh rakyat di bumi. Aku tidak tahu korelasi apa yang tepat, tetapi bagai badai yang disapu angin, seakan-akan mendung tadi malam tak pernah hadir, pagi ini langit biru berkilau tanpa eksistensi awan yang menghalangi intensitas cahaya.Bukan lagi suara ayam yang menguasai wilayah, melainkan kicauan burung di atas kabel listrik sedang berjajar bersama. Tidak lagi suara motor yang begitu ribut saling melesat, hening di kamis pagi menjelaskan bahwa hari kerja masih berjalan. Riuhnya pusat suara hanya dari penggorengan dapur kami.Seperti janji kami untuk memasak bersama, dengan menu kuliner kota lain. Hari ini kami sepakat memasak bebek goreng sinjay Madura dengan Mie aceh.Untuk perihal bumbu ulek, kami menguleknya pribadi. Dan tentunya aku bagian membejek rempah-rempah itu. Mulanya aku sudah mengambil blender,
Read more

#25. Tenang, Pasti Aku Kabulkan!

Emotikon yang Orick beri di akhir pesan tadi yaitu motor vespa. Sedangkan yang kutahu dia hanya punya motor klasik yang jok motornya itu seumprit sekali, aku seperti duduk di ujung besi. Tapi hebatnya, entah bagaimana caranya saat ini aku duduk di atas vespa biru yang begitu cantik, sampai-sampai aku jatuh hati dengan Orick karena motornya.Suaranya memang tidak trenteng-trenteng, namun nikmatnya suasana yang kita lewati sedaritadi seperti dunia milik berdua. Tumben-tumbenan jalanan Jakarta bebas polusi sekaligus tanpa macet. Hebat, aku memang penguasa dunia ini.Entah akan dibawa kemana, namun kubiarkan saja tanpa digubris. Dua tanganku yang memeluk erat perutnya, sesekali kepalaku mendekat ke arah pundaknya hanya untuk menangkap ucapan yang keluar dari mulutnya. Di bawah terik pukul 2 siang--bayangkan sepanas apa anomali dzat yang menyentuh kulitku."Karena ini mendadak, aku bawa kamu ke tempat-tempat yang ada di sini aja ya." ujarnya, langsung diangguki aku."Iya, kemana aja yang p
Read more

#26. Benalu Pengganggu

"Orick?"Senda-tawa senang kami yang sedang mengudara praktis terhenti ketika sebuah suara menginvasi dari belakang tubuhku. Begitu aku memutar leher, aku menemukan sosok perempuan dengan rambut sebahu--setelannya cerah--menyapa kekasihku sama cerahnya seperti cuaca di luar.Sudah sekitar 2 jam dari kami datang, pengunjung yang hadir hanya sekadar pelanggan dengan pesanan take away. Itu artinya sedaritadi memang hanya aku dan Orick yang menjadi penguasa kedai. Topik demi topik, dari atmosfer sendu karena pembahasan masa lalu, sampai berubah elok karena Orick menceritakan cerita-cerita lucu yang terjadi selama di kampus, dan endingnya---begini."Hai?" Lelaki-ku sadar dengan perubahan raut wajahku. Ketika aku memandangnya tajam, dia kelihatan ragu-ragu untuk tersenyum pada Si Clara-Clara itu."Hai, sendirian?"BRENGSEK!SENDIRIAN KATANYA?KACA MANA KACA? AKU SEMUNGIL APASIH BAJINGAN? SAMPAI-SAMPAI DIA TIDAK MELIHAT MANUSIA MACAM BIDADARI INI DI SAMPINGNYA!"Ekhm." Aku berdeham cukup ker
Read more

#27. Badmood

Orick ini bosan hidup atau bosan menjadi manusia atau memang hidupnya hanya berputar pada gurauan semata sih? Aku tidak paham apa korelasi amarah dan orang-orang ramai di sekitarku. Aku juga tidak mengerti otak Orick bekerja secara apa, masa iya keadaan hati yang sedang buruk dia lombakan dengan suasana bioskop yang ramai?Iya, panas matahari di luar memang tidak lagi menghalau kulitku. Kini berganti menjadi atap xxi yang penuh ac dari penjuru ruangan. Wangi pengharum jeruk yang amat kubenci, aku lebih baik mencium wangi bajuku sendiri. Tanpa kuwanti-wanti untuk tidak membawaku pergi jauh, aku kira dia mengerti kalau suasana hati yang sedang buruk perlu ditenangkan. Atau pikirku, mentok-mentok dia betulan mengembalikanku ke rumah. Apa-apaan ini? Aku malah dimasukan ke dalam bioskop? Rasanya ingin sekali ku-mengamuk. Namun melihat banyaknya orang di wilayah bioskop ini, ditambah wajah Orick yang tersenyam-senyum tidak bersalah, membuatku lelah lebih dulu.Kalau perlu digambarkan bagaim
Read more

#28. Hidup Tak Selamanya Bahagia

Begitu suara tubuhku dan ranjang beradu, di tempat yang sama air mataku kembali menyeruak. Tidak perduli bagaimana akhirnya, di sini aku bisa menumpahkan segala gundah yang semula menancap di hati. Bukan hanya karena Orick, melainkan rahasia-rahasia tentang kesakitan yang diam-diam masih kubawa kemari tanpa siapapun tahu.Sebuah dunia janji setipis kertas yang sekali ku-gores mungkin bencara dari luar akan meniban segalanya sampai tak tersisa. Ketika seringkali ku-dongakan wajah bersama dua tangan terangkat, ucapan yang keluar dari mulutku seakan berbusa tak berguna. Aku selalu dihadapkan dengan gerbong hitam atau putih. Sebuah cahaya yang kubutuh, namun kegelapan adalah teman sepi paling nyaman.Ketimbang melepaskan sesuatu dengan kejujuran, aku lebih suka kefanaan namun menyediakan segala warna-warni di dalamnya. Sebab di sana, aku bisa berlarian tanpa takut hari esok akan tiba. Hanya di sana aku bisa menjadi apa yang aku impikan tanpa takut takdir mencelanya. Lantas, untuk apa aku
Read more

#29. The Same Feeling

Tadi di kamar mandi, aku sempat merenung di bawah guyuran shower air mandi. Mengikuti kemana arusnya berlalu dan terserap sampai yang tersisa hanya rintik-rintik air dari atas rambutku. Sekala, setelah berjalan cukup jauh, yang aku pikirkan; akan dibawa kemana muara ini? Namun untuk memikirkannya, aku selalu tenggelam dengan arus yang lain. Sehingga kuputuskan untuk menikmati muara yang akan membawaku pada ujung cerita ini. Agar aku tidak perlu tersakiti dengan praduga-pradugaku sendiri.Lalu untuk sejenak aku mematut bayanganku di depan wastafel layaknya aktris-aktris dalam serial drama. Aku membuang napas kencang-kencang di sana, berniat melupakan apa yang tidak seharusnya aku pikirkan. Dan nampaknya cermin bukan hanya memantulkan diri, melainkan isi hati serta pikiran. Aku tersenyum sendu, membayangkan jika aku terjatuh serius dari atas gedung, dan melihat gulungan perban melilit kepala. Bagaimana jika aku sungguh-sungguh pergi? Apakah Orick akan mencari penggantinya?Apakah aku ak
Read more

#30. Disuruh Putus

Perasaan yang sama.Perasaan yang sama...Ucap Erin malam itu.Benar. Untuk persoalan hati, seharusnya aku tak meragu karena satu kali ucapannya. Betapa nelangsanya kemarin ia memohon padaku untuk mempercayainya, hingga jumlah notifikasi yang begitu panjang membombardir ruang pesanku. Aku tidak ingin menyalahinya, termasuk aku yang tidak ingin menyalahkan diriku sendiri. Dalam suatu kejadian dimana patah hati terjadi, di situlah satu kepala wajib mengalah.Orick, aku sedang tidak meragukanmu. Aku hanya perempuan biasa yang bisa termakan cemburu serta terluka karena hal kecil. Namun aku terluka karena aku mencintaimu. Seperti katamu, tidak perduli berulang kali perselisihan mendera hubungan ini, jangan pernah lepaskan genggaman yang telah terpaut. Seujung kuku-pun aku tidak akan membiarkan tangan lain mengisi ruang di antara kita berdua."Heh, Arin!"Pagi lewat pukul 8 aku berjalan di jalanan kampus yang sudah ramai oleh segala aktivis di segala penjuru. Petugas kebersihan yang sedang
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status