"Kakak tanya dulu ya.""Ih fotonya lucu. Ini waktu kapan, kak?" Aku menoleh hanya untuk menemukan raut antusias Ratu menunjuk polaroid."Itu di Subang, tahun lalu. Kakakmu itu ngebet banget pengen nyari penangkaran kuda, terus anehnya malah ngebelokin motornya ke arah curug. Jadilah kita pulangnya basah-basahan karena lupa bawa salin." ungkapku ikut melihat foto tersebut. Tersenyum hampa jika mengingatnya.Dahulu sekali, sebelum ego masing-masing menyerang hubungan kami, segalanya terasa amat bahagia. Dia pernah menjadi pria yang paling cukup untuk ku-pertahankan. Dia yang lucu, dia yang selalu tebar pesona, dia yang selalu melakukan sesuatu sebelum ku-perintah. Orick yang usil, Orick yang pengertian, Orick yang menjadi penasehat. Pokoknya, segala yang dia lakukan tak lepas dari tawa recehku."AHAHAHA! OH, YANG TIBA-TIBA PULANGNYA KALIAN BAWA DODOL? KATA KAKAK OLEH-OLEH DARI SUBANG ITU DODOL, AKU LAGI MALAH PERCAYA!" gelak tawa Ratu memenuhi seisi ruangan. Perempuan itu menepuk jidatny
Read more