Satu kali, dua kali, mungkin aku merasakan khilaf yang harus semua orang sebut itu hal wajar. Ya, tentu saja aku ingin dipahami balik. Bukankah hal semacam lupa-melupa terjadi karena runtunan ingatan dalam benak kita terlalu banyak? Oleh sebab itu, saking bertumpuknya apa yang sedang kita pikirkan, membuat hal-hal yang semula tersemat terjuntai begitu saja.Ini masih tentang lupanya aku untuk bertukar informasi pada kekasihku di seberang. Ini masih tentang kami, yang mungkin sebagian orang bisa menyebutnya hal lumrah. Namun aku, tidak ingin hal lumrah itu kembali berlanjut yang bisa memicu perseteruan di antara kami muncul. Tenang, aku tidak lupa bagaimana kesepakatan kami di awal. Untuk menjaga hubungan, memang keduanya harus saling berkorban. Hingga, mau sesibuk apapun yang ku-lalui, alur komunikasi dengan Orick tidak boleh lepas.Kemarin, hal pertama ketika aku bangun tidur, yang ku-ingat adalah mengirim pesan singkat barang hanya mengucapkan selamat pagi dan menyemangatinya. Setela
Read more