All Chapters of I. Tulisan Untuk Orick: Dunia Merah Jambu: Chapter 51 - Chapter 60

87 Chapters

#51. Atas Terimakasih Yang Terasa Duka

Langit terlihat cerah ketika aku keluar dari rumah. Berbagai macam transportasi di jalanan riuh memadati, entah akan kemana manusia panas-panas begini sibuk berkeliaran. Kelompok awan cumulus membentuk ledakan tak jelas bentuk di atas jendela matahari. Hari ini, tidak ada yang berubah dari polusi Jakarta, tetap sumpek dan lusuh. Lalu lintas dan para polisi tetap bersandiwara. Termasuk para masyarakatnya yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Contohnya ketika aku menyisi ke alfamart depan gapura perumahan, kasir prianya dengan ramah menanyakan nomor whatsapp-ku. Sungguh bintang 5.Suara penyanyi dari radio set tak pernah lupa menjadi penghempas sunyi di mobil ini. Dan ngomong-ngomong tentang pemuda, aku belum sempat mengabari Orick kalau aku sedang menuju rumah sakit. Atau barangkali Orick sendiri tidak tahu bila Kamala tengah dirawat? Bagus, aku jadi tahu hal pertama apa yang harus kulancarkan ketika bertemu wanita itu.Satu keranjang buah dan sekantung camilan ringan sepertinya c
Read more

#52. Celetukan Para Bangsat

Entah harus bersyukur atau kembali merenung, akhir tahun ini aku banyak sekali menemukan hal-hal yang mulai memulih dengan sendirinya. Contoh besar dan dekatnya yaitu hubunganku dengan Orick. Semakin berjalan hari, semakin sedikit teks yang bisa memisahkan kami. Sokongan waktu dan afeksi membuat kepala kami perlahan-lahan melunak, lantas begitu mudah untuk menyatukan paham. Kemudian keadaan hatiku yang berjalan selaras dengan harmonisasi rumah, membuat keadaan keluarga terlihat lebih manis ketimbang tahun sebelumnya. Termasuk ikatan tali Kamala bersama saudara kandungnya, retakan luka-luka itu menyatu dan terolah kembali menjadi sesuatu yang lebih megah dari sebelumnya.Segudang resolusi atau wishlist tentang kebajikan meruntun dari hulu ke hilir. Orang-orang menengadah pada langit natal yang berkerlap-kerlip, memohon pada bintang dan menunggu santa claus hadir sembari menaburkan berkah. Pada sesuatu yang bisa mereka genggam, aku menghadap sebuah lapang yang luas dengan berandang padi
Read more

#53. Dilamar

PemudaKu🖤Nar, cepet pulangAku di rumah kamu"Kalau untuk organisasi macem hima, bem, atau kepanitiaan khusus pkkmb gue undur diri. Bukannya sok sibuk, tapi kemarin tuh jadwalnya bentrok sama event lomba.""Dari ukm?" tanyaku tanpa menoleh pada Jeanne."Iya. Belum lagi gue ini penanggung jawab buat acara kumpul-kumpul angkatan. Bayangin, seangkatan dari semua fakultas ngadain liwetan! Terus semena-mena pacar lo tuh--nunjuk gue sama Kamala jadi panitia!"Barulah setelah mengetikan balasan pada Orick, aku mendongak untuk menemukan wajah misuh-misuh Jeanne disambil menyuap waffle. Aku terkekeh sejenak, meresapi terlebih dahulu curhatan yang keluar dari mulutnya. Ngomong-ngomong ketua angkatan, aku jadi teringat masa-masaku dahulu. Betapa repotnya meraup berbagai tugas oleh sendiri."Lo nggak ada kelas lagi, kah?" tanyaku mengalihkan."Ada, 15 menit lagi." jawabnya."Yaudah gih, ke kelas aja. Gue juga mau pulang." ungkapku.Ini masalahnya, entah ada angin apa Orick ngotot menitahku pula
Read more

#54. Will You Marry Me?

"APA? LO DILAMAR?!Adalah hal pertama yang Bella laungkan ketika kami kumpul melingkar di dalam kamar. Pukul 7 malam tepat, setelah adzan isya berkumandang, sesuai janjiku pada Kamala serta Jeanne tadi di kampus. Berakhir-lah tiga cicak ini menangkrak di atas ranjangku.Aku meringis sakit mendengar jeritan itu. "Volume lo anjir, sepaket amat ama toa masjid.""EH BANGKE, GUE NANYA TUH DIJAWAB YA!""IYA MONYONG, GUE DILAMAR!""SEKATE-KATE ANJIR NIH SI ORIK KALAU NGELAMAR CEWEK, SAT-SET-SAT-SET LEBIH CEPET DARI ROSI! UNTUNG LO BILANG YE, KALAU NGGAK GUE GAAKAN BISA NIKUNG NIH! MUMPUNG JANUR KUNINGNYA BELUM MELENGKUNG!"Aku langsung terpaku pada ucapannya. "Maksudnya?" Bella tidak mungkin menyukai Orick, kan? Aku dan Bella tidak sedang mencintai lelaki yang sama, bukan? Tidak lucu jika tiba-tiba selama ini dia menyimpan perasaan pada kekasihku."Lo mau nikung Orick? Gabisa, Bel. Gabisa." Kamala tersenyum remeh, seakan dia adalah pemenang. Tunggu---Kamala juga mencintai Orick?"Yaelah, gau
Read more

#55. Satu Hal Yang Mutlak

Dalam papan pencarian teratas, aku mengetik kata "menikah" hingga muncul banyak sekali catatan-catatan tentang pernikahan. Entah tata pelaksanaan, hukum ibadah, definisi, syarat-syarat, termasuk peringatan. Entah maksud peringatan berumah tangga yang tak mudah, peringatan akan hal-hal yang perlu kami hindari untuk terjauh dari perceraian, dan masih banyak catatan lain yang mulai membenam di kepalaku.Beberapa hari sebelum tanggal dimana kami memutuskan untuk mempersiapkan segalanya, semalam aku pernah merenung. Seumpama aku adalah kepala batu, dia adalah kapas sasaran yang empuk. Seumpama aku adalah api, dia adalah air. Seumpama aku kutub negatif, dialah kutub positif. Seumpama aku pembicara, dia adalah pendengar. Seumpama aku anak-anak, dia adalah orang dewasa. Seumpama aku ratu, dia adalah pangeran. Tapi, pernahkah aku mendengar bahwa kehidupan bersifat mutlak? Mungkin yang mutlak hanya cintaku di sini.Sejumpun seumpama itu bisa saja berubah dan berbalik lebih kontras lagi ketika s
Read more

#56. Tempat Dimana Aku Bisa Mencintaimu

Acara tidak selesai di situ saja. Ini mungkin kesebut acara pembakaran uang, namun Orick maupun aku sendiri sudah sepakat untuk menghabiskannya untuk sekali dalam seumur hidup. Siangnya, bertepatan pukul 2, aku dan Orick sudah berada di sebuah ruangan dengan power-point yang dijabarkan oleh pihak berwenang.Dimulai dari runtunan acara, pilihan make up, termasuk gaun yang mereka bawa membuatku pusing kepalang. Terlalu banyak pilihan warna dan desainnya, manalagi aku paling lemah melihat yang lucu-lucu. Putih bagus, kuning pudar membahana, merah mencolok, biru langit menggugah, lalu apalagi? Apa ini? Apakah aku sungguhan seorang puteri? Aku tak bisa menutup kagumku. Sedaritadi kulampiaskan rasa gemasku pada pundak Orick. Kuremas kuat-kuat bahkan sampai pria itu mengaduh dan kru di samping kami tertawa-tawa."Sejauh ini, ada pertanyaan atau masukan dari calon pengantin kami?" Sialan, bisa-bisanya mereka menggodaku."Hmm, untuk rundown acara weddingnya saya setuju. Tapi untuk prewed itu..
Read more

#57. Kakak Sayang Erin

"Kak?"Nyawaku terasa disendat ketika suara itu memanggilku. Saat aku mengerjap, setetes air mata langsung kusembunyikan sebelum Erin menangkapku dan meledekku dengan embel-embel calon pengantin yang nelangsa."Hm?" dehamku singkat."Cieeeee mau nikah.. cieee mau buka praktek di rumah.. cieee ambil S2. Cie, cie, cie!" Dia tiba-tiba menyerang sisi perutku."Erin, diem! Geli!""Cieeeee!""BU, ERIN NYA NIH AH!""Masa mau nikah masih aduan, hahaha!"Aku mendorong tubuhnya menjauh dariku, yang langsung tertera muka bebeknya membuatku menghela napas. "Udah gede, gausah kayak anak kecil." sambarku. Heran, sudah dewasa, bahkan sekarang dia sedang menjalani masa pkkmb, tapi tingkahnya tidak pernah sadar umur."Jahat! Pokoknya udah nikah ntar aku mau ngikut kakak!""Dih, gaboleh! Dosa!""Mana ada hukumnya dosa! Hukum darimana itu?!""Dari gue!""Cih, gatau diri.""BILANG APA LO?!""HEHEHE, AAAAAA IBU, PADAHAL AKU BERCANDA!" kali ini giliranku menyerang dirinya. Tapi menyebalkannya Erin, dia sen
Read more

#58. Salah Tingkah

"KAKAK!!!""BERISIK!!""ELU LAMA BANGET ANJRIT, GUE PEGEL INI NUNGGUNYA!""YA ELU NGAPAIN NUNGGU GUE?!""MAU NIKAH KAGAK LU?!""MAU LAH!""ATAU GUE AJA YANG FOTO PREWEDNYA AMA KAK ORICK?!""GUE LINDES LU!""AW, SEREM!!"Aku menggebrak meja dandan cukup keras. Sebetulnya tidak perlu rapi-rapi amat sebab petugas sudah ada yang stay di lokasi. Tetapi, naasnya hatiku sudah ingin lompat dari tempatnya. Sedaritadi mobil camry milik Orick sudah menjantung di luar tanpa berniat dirinya hadir. Hanya Ratu dan Erin yang terus mondar-mandir bagai setrikaan di luar kamarku. Memanggilku sampai mereka kesal. Sialnya, aku saja mendadak tak berani turun. Rasanya ingin hari segera berlalu."KAK IH!!""Iya Erin, iya." Aku menghembuskan napas dengan perlahan, selaras dengan langkah yang kubawa pergi dari depan meja rias."Lama amat buset, lo ngapain aja sih di dalem? DANDAN LAGI?!" Aku praktis membekap mulut sialan itu. Sedangkan Ratu di gigirnya sudah tertawa-tawa melihat kami."Cantik banget tau, udah
Read more

#59. Pangeran Kuda Putih Dari Kerajaan

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, aku betul-betul mengunci mulut dan hanya sesekali membalas pertanyaan dari Ratu. Jam menunjukan pukul 11 siang, area parkiran yang kami kunjungi hanya diisi sejumlah mobil yang mana kutahu, itu milik kru kami. Tidak ada sepeda motor, tidak ada pengunjung lain, bahkan penjaga di depan gerbang sana terlihat bosan sebab hari ini pemasukannya mungkin tak seramai sebelum direservasi.Pohon-pohon dari dalam sana terlihat batang lehernya memanjang beberapa meter. Dedaunan yang rindang begitu hijau menyiur-nyiur. Bunga-bunga kecil dari awal parkiran ini seperti dirangkai mengikuti jalanan setapak, seolah-olah dapat mengantarkan menuju dunia yang indah. Ketika sebelah kakiku turun dari dalam mobil, angin sejuk dan wangi jeruk menyeruak begitu kuat. Anak-anak rambut dari balik telingaku berterbangan.Aku tertegun sejenak, melihat batang-batang pohon merambat sampai ke pembatas pagar di belakang. Di samping indahnya siang ini, bagian berandang rumput yang leba
Read more

#60. Jangan Kesepian

Mimpi apa aku semalam sampai bergandengan dengan pangeran berkuda putih seperti ini. Berulang kali aku membangunkan diriku untuk tersadar, tapi rupanya aku sudah berada di daratan yang nyata dengan segaris air laut yang kontras. Berulang kali aku menarik-buang napas disaat proses pemotretan berlangsung. Mencoba untuk mengesampingkan kecamuk perasaan yang datang.Tadi di awal, aku mengira taman ini berkisar 3 hektar luas dan panjangnya. Ternyata ketika kami susuri lebih dalam, luasnya berlebih-lebih lagi. Lebar taman sampai ke belakang bagai kayangan tempat bidadari tinggal. Bermacam-macam bunga berjajar dengan sejumlah kuda lainnya yang sedang anteng makan rumput. Lalu entah dari mana asalnya, air terjun tumpah. Lalu sebundaran bebatuan di pinggirnya disinggahi banyak merpati.Entah berapa kali jepretan yang mereka dapat, pasalnya sedaritadi kami tak diam untuk terus berlalu-lalang mengitari taman. Sementara dua bocah Erin dan Ratu sama sibuknya berpose di depan sana. Sesekali aku men
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status