All Chapters of I. Tulisan Untuk Orick: Dunia Merah Jambu: Chapter 61 - Chapter 70

87 Chapters

#61. Keibuan

Sesuai permintaan dua bocah tadi pagi, bahwa pulangnya mobil ini harus berbelok ke arah pusat kota. Langit berubah sangat kontras ketika kami berpisah bersama tim kru tadi di taman. Di kawasan alun-alun ini, warna lembayung yang nyata menyentrik di atas keriuhan sandiwara klakson. Tidak ada lagi suara tentram air terjun, kicauan burung yang cantik, atau langit biru muda seperti tadi. Jakarta sore terlihat lebih menyebalkan dengan segala hingar-bingarnya.Dua kancing kemeja teratasku kubuka dan sedaritadi aku sibuk mengipasi diriku sendiri. Suhu ac yang Orick putar sudah berada di puncak, namun kadar dinginnya tak menyentuh sekalipun kulit kami. Justru pening dan bau knalpot para pengendara motor di luar menyeruak lebih besar.Pukul 5 lebih 15 menit, jalan raya dari berbagai sudut diserang bubaran para pekerja. Entah fly over yang berisikan mobil-mobil mewah, atau underpass diisi oleh sekelompok truck yang menyeramkan. Sedangkan kendaraan roda dua sibuk menyempil di sela-sela ratusan m
Read more

#62. Belokan Di Sana dan Di Mari

Aku mengeluarkan satu kartu debit berwarna biru pada petugas kasir. Melihat jumlah uang yang harus dibayar mencapai jutaan, aku hanya bisa terkekeh. Aku sengaja memesan bermacam makanan sebab porsi makan Orick tiga kali lipat besarnya daripada aku. Dan itu bukan masalah yang perlu dibesar-besarkan. Toh saldoku juga cukup.Tidak butuh waktu lama aku sudah kembali ke meja. Di sana, Orick sudah asik membawa topik-topik menyenangkan yang membuat Erin dan Ratu antusias ikut berbicara. Di titik ini, aku cukup bersidekap dan melebarkan daun telinga. Bersiap untuk menyimak dan menampung."Eh pas pkkmb tuh ya, pas pos to pos kan hujan. Mana pas ngelewat fakultas lain kelompok gue dibentak kating farmasi anjir, monyet emang. Terus kampretnya buku panduan yang gue bawa tuh ilang gatau kemana. Alhasil waktu orang udah diarahin masuk ruangan, gue balik lagi nyari tuh buku. Gila ujannya lagi gede banget ya, meskipun udah pake jas ujan ya tetep dingin gitu loh, mana jam 12 malem. Eh tiba-tiba gatau
Read more

#63. Seperti Keluarga Bahagia

Tadinya jika hanya kami berdua saja yang jalan, aku akan langsung meminta Orick mengembalikanku ke rumah. Sebal sekali melihat banyak orang yang terus-menerus menatapi calon suamiku seakan-akan aku tidak nampak jelas. Pada akhirnya aku yang sedang merajuk, aku juga yang balik khawatir takut ia pergi dan berbalik mencari wanita lain.Dari lantai bawah, menuju lantai dimana timezone dan pintu bioskop tertera berada. Cukup panjang kami manaiki eskalator. Dan cukup panjang juga kesabaranku diuji saat banyak wanita entah yang tua atau yang muda berbisik berisik sembari memandang penuh harap pada calon suamiku. Jika tidak ada Ratu dan Erin, sudah kuseret Orick ke dalam mobil. Lalu ku-kunci pintu dan peluk ia erat-erat.Sekarang contohnya, saat dia pergi membeli koin, begitu lama aku menunggu di depan mesin basket. Sementara Ratu dan Erin sudah sibuk memasuki tempat karaoke. Dan begitu aku meneliti apa yang sedang ia lakukan, dengan santainya pria itu malah bercengkrama. Ingin sekali kulempa
Read more

#64. Kamala, Anak Kesayangan

Tiba di penghujung hari, akhirnya puncak gemintang yang pernah kucatat dalam sebuah kertas bukan lagi sebagai catatan, melainkan sebuah tindakan. Debar demi debar yang menurun, perlahan-lahan tak kurasakan lagi apa artinya bersemu dan malu. Segalanya telah berubah lebih kontras. Lika-liku perjuangan untuk menebas badai bersama. Jatuh dan bangun untuk selalu bergandengan. Atau halai-balai kehidupan yang rusak, berubah menjadi pulih. Di titik ini, aku lebih pantas berbahagia. Memandangi langit yang bersemu lebih ungu daripada biru.Semalaman, Kamala, Jeanne, dan Bella totalitas menemani tidurku dengan dongeng-dongeng indah yang mereka bawa. Tentang puteri dan pangeran di sebuah kerajaan yang berbeda kasta. Jatuh cinta terhalang restu. Tentang perjuangan-perjuangan Romeo untuk mempersunting Juliet. Tentang pertemuan-pertemuan tak sengaja yang membuatnya malu-malu. Dan entah darimana sumber dongeng itu tercatat, aku tidak perduli dan semakin tertarik mendengar racauannya."Menurut lo, bah
Read more

#65. Wedding Dress

Karena tim wo kami tidak menyediakan penginapan di dekat gedung pernikahannya, alhasil aku dan keluarga harus lebih awal berangkat dari rumah ke tempat tujuan. Sebetulnya tidak terlalu masalah, toh gedung yang mereka reservasi memang tidak menyediakan kamar. Jarak dari rumah ke tempatnya pun tidak terlalu lama. Tapi tetap saja, pukul 5 subuh kami semua sudah rusuh untuk mendatangi lokasi dan melakukan gladi.Sedari awal mobil yang aku tumpangi memasuki jalanan gedung, keadaan sekitar sudah banyak digerumbungi manusia berpakaian rapi yang sedang mengatur dekorasi. Entah para petugas kebersihan yang sibuk menyapu guguran daun, penjaga parkir yang telah menyambut kami begitu ramah, atau tim wo yang sedang bercengkrama sembari merokok di luar teras. Dan bertepatan aku keluar, entah apa esensinya tiba-tiba mereka bertepuk tangan. Apalagi Si bocah kameraman itu, sambil cengar-cengir menggodaku."Kiw, kiw, kawin kawin!" dengan gigi tonggosnya amat berani menyeletuk itu. Aku mengacungkan jari
Read more

#66. Barisan Para Mantan

Ini sudah pukul 1 siang, dimana telah berlalunya pengucapan ijab termasuk acara-acara lain seperti lempar bunga dan uang. Begitu gesit ketika segalanya selesai, aku juga telah berganti dengan warna dress yang lebih mencolok. Jika tadi berwarna merah muda, kini merah pekat menandakan keberanian. Begitu pula Orick yang menyamakan lambang keberanian denganku, blazernya berubah lebih gelap. Dan jika boleh kukatakan, auranya sangat pekat ketika dia mengenakan jas hitam alih-alih putih. Rasanya sedaritadi aku ingin meremas wajah pemuda itu.Sekadar mencurahkan, tadi saat pengucapan ijab air mataku tak bisa berhenti turun hingga ketiga sahabatku kerepotan mencari sekotak tissue. Sesudahnya apa? Ya apalagi jika bukan make-up-ku hancur berserakan. Tapi sayangnya, masalah tidak berhenti di situ saja. Aku hancur ketika bapak menyebutkan namaku sebagai tanda pelepasan diri ini dari kartu keluarga."Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya, Nararya Arina dengan maskawinnya berupa em
Read more

#67. Sebesar Apa Aku Mencintaimu

"Ak-aku sama Lisa cuman kagum doang, Nar. Bukan naksir yang gimana-gimana, serius deh. Beda waktu aku lihat kamu. Rasanya, aku ingin memiliki untuk jangka waktu yang panjang. Jadi, tolong bedakan mana yang sekadar kagum dan jatuh sesungguhnya."Itu adalah hal yang dia jelaskan ketika kami kembali berganti salin. Ada yang salah untuk hari ini. Yaitu saat kusadari aku tidak ikut andil melihat daftar tamu yang mereka undang. Setahuku, yang akan hadir hanya rekan-rekan Orick dengan pihak keluarga besarnya. Dia tahu aku hanya mengundang para rekan satu organisasi. Sangka-ku antrean tamu akan berhenti pada oknum Lisa yang merupakan mantan gebetannya. Tapi ternyata antek-antek macam Kaila, Clara, bahkan Archel Si mantan yang paling tak ingin kulihat--datang layaknya tamu vvip. Sekonyong-konyong saja mereka menyalami Orick, seolah-olah aku tak nampak dan bukan masalah yang berat.Batinku berkata untuk tidak menunjukan raut-raut yang bisa membuat mereka tertawa menang. Aku tidak minat merasa c
Read more

#68. Liontin Merah Rahasia

Satu malam yang sama, satu perasaan yang sama, dan satu atap yang serupa. Aku akan berdiri sepanjang malam bersama rembulan hias yang didekorasi oleh langit. Sejak Orick memutuskan masuk kamar mandi dan aku mengasingkan diri ke depan balkon, aku merasa kami tidaklah terlalu berwarna seperti satu malam setelah pernikahan. Orang-orang akan menganggapnya bahwa kami memiliki malam yang indah dan panas. Ingin kutertawai saja persepsi semacam itu. Cinta yang kumiliki untuk memiliki Orick lebih didominasi oleh sendu, alih-alih napsu. Dan karena hal itu, aku sedikit bersalah telah menghancurkan suasana yang seharusnya meriah, berubah jadi lemah.Meskipun penampilanku sudah sepenuhnya berubah, dan mungkin akan sedikit menggoda--tidak dengan wajahku. Sialnya, aku tak bisa mengatur mimik wajah yang begitu menawan untuk menarik kelemahan Orick. Aku tidak sepandai Jeanne yang sekali gerak bisa membuat kaum adam berlutut-lutut memohon padanya. Mengenakan lingering merah pekat yang entah ini ide sia
Read more

#69. Cantik-Cantik Galak

Berhari-hari setelah hari pernikahan, lebih spesifiknya di pekan tengah bulan Mei, aku duduk terpekur di depan jendela sembari mengusapi bunga dari vas. Umur pernikahan kami memang baru sekejap, tapi rasanya aku bisa abadi di sini. Tiap kali Orick menyentuhku, tiap kali Orick mengusap kepalaku, tiap kali pemuda itu berkata, teksturnya terlalu halus sampai aku terharu. Seakan-akan aku adalah barang yang berharga, dia menjagaku begitu handal.Berhari-hari setelah hari pernikahan pergi, semuanya kembali pada aktivitas semula. Kamala, Jeanne, dan suamiku yang tengah berkelana pada sebuah desa untuk penuntasan gelar S1-nya. Bella yang sudah menjadi bintang penyiar di salah satu siaran telivisi. Wajahnya semakin bersinar. Senyum lebar dan menenangkan yang dulu hanya tertuju padaku, kini dia sebar-luaskan untuk yang lain. Aku ingat betapa mulianya niat ia saat mengatakan bahwa dia ingin menjadi alasan semua orang berbahagia. Sekarang, aku melihat virus mataharinya terus bersinar. Dan berhara
Read more

#70. Samar-Samar

Dalam periode yang sempat terlalui, aku seringkali bertanya pada diriku. Mau bagaimana lagi caraku untuk mempertahankan kebahagiaan? Seperti menyikapi sikap-sikap Orick yang mulai sibuk, se-sibuk-sibuknya orang sibuk sampai bidadari sepertiku tak bisa mengganggunya. Apalagi yang harus kukatakan pada dunia merah jambu ini? Atas syukur karena berkah yang melimpah? Atau justru bersujud ampun sebab sudah keterlaluan batas?Orick tetap Manuangga Orick yang pertama kali aku kenal, walau waktu telah berlalu lebih jauh dari musim sebelumnya. Orick tetap Orick, pemuda patuh yang menjunjung ideologi "istri first, suami second". Orick masihlah Orick yang manja, selalu merajuk, dan lebih suka dimanja ketimbang memanjakan. Orick masih Orick yang sering jahil. Orick masih Orick dengan lapang dadanya dan pemaaf. Justru, tahun berganti, dia semakin melunak dan kepribadiannya membuatku guling-guling tak tahan. Dia sangat manis. Dia tidak pernah mempermasalahkan apapun. Justru aku yang sering mengeluh
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status