Semua Bab Assalamualaikum, Ex-Husband!: Bab 91 - Bab 100

158 Bab

Keping 51a

Di dalam hall, kami berdampingan berbaur bersama tamu-tamu undangan lainnya. Sesekali menuju meja prasmanan untuk mengambil kue ataupun makanan kecil yang ringan. Menyapa tamu-tamu undangan. Biru membawaku menyapa saudara-saudaranya. Mengenalkanku sebagai kekasihnya, lalu disambut dengan wajah terkejut dan kaget. Seperti melihat hantu. Apakah aku berwajah kuntilanak? "Jani, ini tanteku, adik dari papaku. Tante Ima ini Jani." Begitulah, berputar-putar ke sana ke mari. Menghabiskan seluruh saudara dan kerabat yang datang. Biru mengetatkan tangannya melingkar di pinggangku. Terkadang, jemarinya merambat di sekitar punggungku. Menautkan jemarinya di jemariku yang dingin karena gugup.Ia memandangku. Menatapku, bahkan ketika Melani mantannya datang untuk menyapa—atau untuk meneror mungkin—Biru masih memandangiku. "Kukira hubungan kalian hanya sebatas rekan kerja," Melani mengibaskan rambutnya yang digerai. Rambut yang masih cokelat, make up full cover, kulitnya sedikit gelap, berbeda d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 51b

"Mas, ngomong dong." Bisikku panik, ketika seorang tamu seperti ingin menghampiri kami. Padahal aku dan Biru sudah nyempil di pojokan. "Apa? Kenapa?" "Lha, maksudku kenapa mereka begitu penasaran tentang aku?" "Kau kan cantik." "Bukan itu, sepertinya mereka heran aku bisa bersamamu." "Ya, karena aku ganteng." "Duh, jangan berlagak dong, Mas. Biru mengusap lenganku, jemarinya bergerak mengelus punggungku. Aku jadi merinding. Aku tahu, dia ingin membuatku memecah konsentrasi saat ini. Tapi, aku kan mengerti. Aku reporter kan? Seringkali disemprot narasumber atau diajak berlari-lari dalam putaran narasi mbulet. "Mas, jangan bikin aku kurang fokus dong. Kenapa? Kenapa orang-orang sepertinya memandangku seperti pengantin kuntilanak?" "Mereka mungkin heran, kalau aku sudah move on Jani." "Kan bagus? Memangnya mantanmu itu selalu hidup di sekelilingmu?" "Aku sudah lama tidak ke Jakarta, maksudku tidak ke lingkungan keluarga besarku. Sangat lama." "Apa mereka mengasihanimu karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 52a

Aku, Biru, dan Mama Eva, memasuki ruang makan hall yang terletak di sayap kiri hotel. Ketika kami baru melangkahkan kaki, tiba-tiba semua pandangan orang yang berada di sekitar meja makan terpaku pada kami. Aku menelan ludah, canggung. Mungkin aku sedikit gugup. Tapi, aku harus menguatkan diri. Ini keluarga Biru, keluarga mantannya, juga keluarga iparnya. Duh, sinetron banget nggak sih hidup ini.Aku meringis, dan melempar senyum seolah tidak terjadi apa-apa. Aku duduk di sebelah Biru, dan kulihat semua mata memandangiku, memandangi Biru begitu secara bergantian. Beberapa detik yang menyiksa. "Nah, sekarang semua sudah lengkap," Mama Eva berkata, memecah keheningan. Tiba-tiba saja terlintas di benakku, bukankah ini pernikahan Samu dan Melissa? Kenapa aku yang hanya serpihan kerupuk ini tiba-tiba terasa penting dan menyedot perhatian? Kamu cantik, Jani. Rasanya aku ingin menendang kalimat itu ke ujung dunia sana. Aku sama sekali tidak percaya. Aku jurnalis, instingku cukup tajam.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 52b

Dunia sungguh aneh. Aku hanya nyengir, dan menyenggol sepatu Biru. "Dia lucu dan senyumnya sangat manis," jawab Biru tanpa tedeng aling-aling. Aku merasa semua orang di meja memandangku. Lalu mereka memandangi Biru, yang tersenyum begitu yakin. Seolah itu adalah jawaban dari sebuah pertanyaan paling horor sedunia. Seperti biasanya, aku merasa pipiku menghangat seperti duduk di dekat api unggun super romantis di atas gunung. Gunung Bromo, satu-satunya 'gunung' yang pernah kudaki. Ya. Memang sih, bukan kudaki. Tapi, mirip-mirip pendakian lah. Walau aku harus sempoyongan di tangga kesekian saat hendak mencapai bibir kawah. Aku sungguh payah memang. Namun, aku yang ingin sekali tahu apakah itu benar atau hanya sekadar kelakar Biru saja, tiba-tiba bertanya, "Itu benar kan?" tanyaku padanya perlahan. Mataku membulat penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba aku merasa berendam di sebuah tempat yang dingin dan lembut. Baiklah, kalau dia berbohong. Aku pasti bisa melihat perubahan itu padanya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 53a

Aku menatap sekelilingku yang masih begitu berkilau, gemerlap oleh cahaya putih cemerlang yang dipadu dengan pendar-pendar kilau lampu-lampu kristal di langit-langit bergaya Mediterania.Sementara itu, para pramusaji datang kembali mengambil piring-piring setelah hidangan utama disajikan. Kulihat dua keluarga besar ini mulai tampak bersiap untuk memberikan pidato perwakilan. Sebagaimana lazimnya di resepsi pesta pernikahan.Aku menyandarkan kepalaku pada dada Biru, rasanya aku amat tolol, namun aku tidak bisa menahan godaan tersebut, manakala mata Melani beberapa kali mengkonfrontasi pandanganku. Aku ingin sekali dia tahu, kalau Biru sudah move on. Aku tidak ada masalah dengannya, jika dia tidak mengobarkan peperangan dingin di atas meja makan ini.Aku mendesah ringan, beginilah salah satu risiko jika kau menikah dengan duda/janda. Kau tidak bisa begitu saja melepas dan mengupas masa lalu pasanganmu. Karena itu sudah menjadi bagian hidupnya. Sama seperti masa laluku, yang masih terasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 53b

"Saat Samu masuk fakultas kedokteran, menjadi yang terbaik selama ia di sana. Saya merasa Samu telah bekerja begitu keras. Ketika ia kemudian, lulus dan mengabdi, saya masih melihat Samu total di dunia kemanusiaan. Samu seperti penjelmaan saya di masa muda dulu. Saya bersyukur, dia berhasil melanjutkan dinasti kedokteran di keluarga kami," hadirin kini bertepuk tangan.Aku menatap Biru, dengan iba. Rasa-rasanya hatiku seperti diremas-remas. Aku baru tahu, jika Papa tidak begitu menyukai pilihan Biru.Aku itik buruk rupa, yang harus disingkirkan dari keluarga sempurna Jani.Ah, aku baru mengetahui maksud Biru saat itu. Sesungguhnya aku bingung, keluarga Biru adalah keluarga yang sempurna. Terhormat, kaya, berpengaruh, dan hanya diisi oleh-oleh orang-orang sukses serta good looking. Tapi, kurasa itu hanya cangkang luarnya saja.Rasanya aku merindukan Bapak di kampungku yang sederhana, yang tidak pernah merasa keberatan atas pilihan-pilihan pribadi anaknya, tentu saja dalam hal-hal yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 54a

"Pah, ini kan hanya kudapan saja, nggak perlu diributin begitu dong, Pah." Mama menatap penuh harap pada suaminya yang sedang dengan begitu tajam memandangiku.Aku meletakkan garpu di pinggir piring kue mungil yang akan kumakan. Sementara Biru, tampaknya sedikit acuh dan ia malah melahap kue mungil yang mungkin memiliki ribuan kalori di dalamnya.Itu seperti memberi isyarat kalau omongan papanya tadi tidak perlu didengar, lagi pula siapa yang menyajikan racun setinggi langit di sini? Bukankah mereka ini tuan rumah?"Saya reporter Pa. Saya juga dulu announcer di sebuah radio swasta terkenal di provinsi. Tapi, saya tak perlu mengucapkan itu ke semua orang," jawabku dengan cara semanis mungkin, "terima kasih sarannya, tapi rasanya Melissa dan Samu akan bahagia kalau saya menghabiskan sajian kecil ini."Yah, resmi sekali cara bicaraku seperti sedang mewawancarai seseorang. Maafkan aku yang seperti ini.Mama memandangiku, dengan senyumnya yang tersembunyi. Wajahnya tampak geli, sedangkan B
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 54b

Melani berdiri sempoyongan, dan ia menekankan tangan di sisi badukan toilet yang tampak bersih, kering, dan wangi tentu saja. Kini kami berdiri bersisian. Sama-sama menghadap cermin.Aku membuka tasku, mencari kotak kecil kosmetik. Aku memulas lipstick, dan sedikit merapikan riasan."Akhirnya, kita bisa berdua saja Anjani," ia berkata namun masih terdengar gumaman tidak nyaman.Aku memandanginya dengan rasa iba, aku juga perempuan omong-omong. Aku tahu, mungkin melihat mantan move on, itu terasa mengganggu."Ya, dan kau banyak minum, Melani," sahutku."Aku minum karena ingin lupa, kau tahu Anjani. Melihatmu dan Biru, membuatku sakit hati," ia berkata datar. Sembari menatap wajahnya di cermin besar."Kamu juga bisa move on, Mel.""Aku—aku tidak akan bisa seperti Biru. Dia brengsek, dan sudah menghancurkanku."Aku menangkap rasa cemburu dalam kalimatnya, aku berusaha menyingkirkan emosiku, "Aku tidak mau mencampuri urusanmu. Kamu dan Biru sudah selesai."Ia tertawa keras, mendengarku bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 55a

Saat kecil, karena aku hidup di kampung sederhana dan masih begitu jauh dari dunia modern yang hiruk pikuk—aku sering bermain di alam. Di pekarangan atau padang rumput hijau. Mencari-cari bunga-bunga kecil, dan memilinnya sehingga membentuk bando. Aku mencoba sekali mengingat. Bunga apakah itu? Karena aku tidak ingat namanya apa. Bentuknya kecil, mungil, seperti rumput, dan berdahan panjang. Bisa dijalin seperti anyaman. (Setelah besar kemudian, aku mulai mengerti kalau namanya gletang). Mas Seno membuatkanku bando bunga, di sore hari. Aku dan teman-teman berlarian di padang rumput yang luas. Wajahku penuh dengan bedak berwarna putih, selaiknya anak-anak kecil lainnya. Begitu penuhnya, hingga aku masih melihat taburan-taburan bedak itu melayang-layang di antara helaian napasku. Lalu aku bersin berkali-kali. "Kamu flu ya?" itu suara Biru, dekat sekali denganku. Ia melongok menatapku dengan wajah riang, ada senyum di wajahnya. Ia tampak begitu ganteng seperti tokoh kartun di film an
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya

Keping 55b

Rasa-rasanya semuanya terasa semakin jelas. Bagaimana Biru enggan datang ke pernikahan ini. Bagaimana Samu membujuknya. Raungan Melani dan bentuk 'teror' kecilnya. Kemudian, sikap orang tuanya. Bukankah seorang ibu akan selalu membela anaknya, walaupun ia melakukan hal yang salah? Berbeda dengan seorang ayah yang bisa saja mengoreksinya, atau mengingatkan dengan keras. Apa itu yang terjadi pada Biru?Tapi, aku menyukai Mama Eva. Aku suka kehangatannya. Sungguh. Rasa-rasanya pandanganku mengabur, dan tiba-tiba mengembun. Semakin lama, pesta ini semakin ramai. Aku seperti terhimpit di antara banyak orang. Aku memandangi semua orang asing yang lalu lalang di sini. Pantas saja, semua orang memandang iba pada Biru, seolah-olah mengatakan, 'Jangan sedih, Bung.' Lalu, Biru menjawab, 'Aku baik-baik saja, lihat! Aku punya istri kok sekarang.'Aku seperti berdiri di atas ombak. Terayun ke sana ke mari. Jadi, itu yang dirasakan Biru? Itu ketika kau hadir di pernikahan mantan terindahmu. Ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status