All Chapters of Assalamualaikum, Ex-Husband!: Chapter 71 - Chapter 80

158 Chapters

Keping 41a

Aku menjauhkan kartu berwarna kuning itu, ketika melihat Bos Tissu datang dan memberi isyarat pada kami. Iya, aku tidak terlalu penasaran siapa yang mengirim bunga ini, jangan-jangan malah Argo."Perhatian," begitulah Bos Tissu kalau sedang mengintruksikan sesuatu yang penting, "ada orang kah di sini?" ia bertanya lagi. Mungkin, ia lupa kalau ia sendiri adalah orang, bukan orang utan.Aku mengernyit melihat tampilan Bos Tissu kali ini, ia berdiri di depan menangkap semua pemandangan divisi Aneh Tapi Langka, yang mungkin baginya sedikit terlalu riuh, jika ia berbicara. Ia berdehem, terbatuk-batuk. Lalu semua orang di ruangan ini terdiam."Baik. Rekan-rekanku, aku sudah mendapatkan perhatian kalian semua. Begitu kan?"Aku menoleh, ada Mbak Tina yang mengedipkan matanya padaku. Lalu di ujung ruangan Bang Napi setengah berdiri melihat Bos Tissu di depan."Begini," ia membuka catatannya, lalu memakai kacamata. Perutnya bergerak-gerak saat ia bicara, perut lima bulan Bos Tissu. Baguslah,
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Keping 41b

"Iya, Mbak?""Kau tidak apa-apa kan? Kau seharian murung lho. Tumben sekali," ia tersenyum manis. Senyum Tina Toon.Aku tertawa kecil, sedikit pahit. "Nggak apa kok Mbak. Biasa baru pulang dari kampung jadi bawaannya ingat rumah.""Gitu ya?"Aku mengangguk. Tanganku melambai ke tempat sampah yang berada di sisi kanan ruangan."Jangan dibuang, An.""Aku nggak suka Aster Mbak." Itu seperti berkata, 'Aku nggak suka Argo.' Begitu."Tadi, yang mengantar sekretaris Pak Langit. Entah aku lupa namanya siapa? Biasa perempuan-perempuan cantik di sekeliling CEO ganteng. Klise sekali kan, An?"Apa?Wajahku terasa pucat pasi, dan jemariku gemetar. Rasa-rasanya badanku akan terhuyung."Kenapa, An?""Belum makan, Mbak."Duh, aku jadi klise juga. Tapi sepertinya Mbak Tina percaya."Pak Langit itu banyak skandalnya, An. Jadi, kamu harus hati-hati ya. Sepertinya dia sering mandangin kamu kalau lagi berkunjung ke divisi ini." Ia mewanti-wanti dengan penuh ketulusan, seolah Biru adalah monster naga yang
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Keping 42a

Athena Palace. Terus terang nama apartemen ini membuatku sedikit geli, mengingat mitologi Yunani kuno kurang cocok dengan suasana Surabaya yang njawani, metro, dan tentu saja padat. Tapi, taksi online ini membuatku sampai ke tempat ini. Apartemen dengan 100 lantai, taman-taman hijau membentang, dan jalanan indah berkelok layaknya di Yunani. Putih, hijau (mungkin—karena sekarang sudah sangat malam), dan tentu saja penuh kilau lampu. Menyilaukan tentu. Tapi, terasa sekali suasana royal dan klasiknya. Mungkin, pemilik hunian ini ingin sekali memberi kesan bangsawan, mewah, klasik, dan artistik. Sungguh memang tidak cocok denganku. Aura rakyat jelata yang semena-mena. Pakaianku mirip sekali dengan setelan yang dipakai sales asuransi. Tinggal membawa tas sedikit besar, dan gaya bicara meyakinkan serta penuh janji manis, maka siapapun akan curiga aku adalah salah satu marketing perusahaan asuransi. "Sudah sampai, Mbak." Mobil kami yang terkesan biasa saja dan tampaknya bukan di sini t
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Keping 42b

Lift berhenti, dan ia keluar. Aku bersyukur sekali, dan tertawa-tawa riang. Boleh juga mengerjai orang di sini. Rupanya aura iblisku serta merta menguar. Tring!Lift berhenti, dan aku keluar begitu saja dari kotak kaca ajaib. Aku menoleh ke sana ke mari, ada koridor panjang. Ada beberapa pintu berjauhan. Ini sungguh asing.Aku berjalan sedikit perlahan, karena rasanya sungguh tidak menyenangkan. Aku seperti menguntit Biru, dan kehidupannya."Hei, Cantik. Hendak ke mana?"Deg.Aku menoleh, dan mendapatinya sedang berdiri dengan jas kusut dan wajah lelah. Rambutnya yang lembab terasa basah. Sedikit titip keringat terlihat di wajahnya."Aku hendak menguntitmu," aku berkata dengan nada ringan. Aku menatapnya, dia suamiku kan?"Hem, aku juga. Ada penyusup cantik yang mau menerobos apartemenku." Ia nyengir.Aku bertanya-tanya dalam hati. Apa ia melakukan semua ini pada perempuan-perempuannya dahulu?Aku mendekat tujuh langkah padanya. Suara ketukan heelsku menggema di korodidor mewah dan k
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Keping 43a

Otot-otot di lenganku terasa gemetar dan menyedihkan. Aku membelit lehernya dengan tangan mungilku. Ia memelukku lebih erat lagi. Ia menarikku seperti sebuah magnet. Tubuhnya terasa kuat sekali menyanggaku.Jemariku menyusuri rambutnya yang basah. Aku memainkan helai-helai rambutnya yang lembab. Rambutnya wangi dan tebal, seperti hamparan sutera. Dia seperti mengerang, aku tertawa kecil.Ia mendekatkan hidungnya, menatap mataku."Apa kau ingin masuk sekarang?""Ke apartemenmu?""Tentu."Aku menggeleng, "Kau tahu yang terjadi jika kita masuk ke sana, Mas.""Oh, bahkan saat seperti ini kau masih ingat prinsipmu itu, Jani." Dia menciumku lembut, dan aku tenggelam. Seperti menaiki kapal yang besar di lautan luas. Ada ombak, ada embusan angin, ada nyanyian camar yang indah, ada warna langit biru di atasku.Jantungku seakan berpendar di dada seperti mesin sebuah kapal, semakin keras, cepat, dan menegangkan. Aku seperti mengarungi lautan tanpa batas. Aku tidak melihat batas lautan biru ini.
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

Keping 43b

Wajahku kentara sekali menghangat dan panas. Pastinya memerah sekarang."Bukan—bukan itu. Baju tidur. Baju santai, Mas." Kataku tajam."Oh, begitu. Aku lupa." Ia terkekeh, "Pakai saja bajuku. Banyak."Ya, Tuhan."Aku mau ke toilet," kataku lagi."Yang mana, yang di kamar utama, atau yang dekat dapur?"Aku berpikir, kalau di kamar utama, bisa-bisa dia nanti menyergapku di sana. Duh, aku jadi suudzon."Dekat dapur saja, aku haus."Ia berjalan di sisiku, tergelak. Ia melepas jasnya. Matanya bersinar-sinar menunggu reaksiku, "Duh, panas sekali. Iya nggak sih?" ia juga membuka kemeja kremnya, sekalian saja deh semuanya Mas.Aku ingin memalingkan wajah, atau memejamkan mata. Tapi sungguh sulit.Ia hanya memakai kaos putih pendek, dan tampaknya ia begitu nyaman. Oke, tadi aku salah menyangka kalau Biru mau menari di sini. Menari gemulai dengan pakaian minim. Wajahku menjadi hangat lagi. Aku sedikit tertawa."Apa yang lucu?" ia mendekatiku.Aku kembali mengirup aroma tubuhnya, aku mengendusny
last updateLast Updated : 2023-01-06
Read more

Keping 44a

Aku memandangnya, sedikit takut. Terasa gemetar. Ia seperti merunduk, jemarinya memainkan rambutku. Punggungku terasa dingin, badan kulkas ini begitu dingin. Mungkin karena pendingin ruangan yang seperti disetel rendah. Aku waspada, dan melihat celah, aku merunduk dan melewati merendahkan kepalaku dari tangan Biru. Lepas begitu saja, seperti kuda buruan yang tunggang langgang. Aku mendengar tawanya di kejauhan. Tawanya masih terasa merdu. Kakiku memantul-mantul seperti bola bekel. Aku seperti mengelili playground. Tempat bermain ini adalah miliknya. Tempat aku memandang dengan takjub ke sekeliling jendela besar-besar, yang terlihat begitu dekat dengan langit yang berkilauan bintang. Ada kerlip-kerlip lampu metropolis di sana. Ada kilau yang sempurna. Warna-warni.Aku menoleh, dan aku memasuki ruang kerjanya. Bagus benar, jika kakiku tidak lepas dari sepatu berhak setinggi langit itu. terasa lincah, ya kan? Aku tertegun, dari kelokan ke bagian dinding lainnya. Kubuka pintu kaca hi
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Keping 44b

Aku berdiri, berjalan keluar dari kamar. Menjauh dari ruang kerja tersebut. Aku kembali meneliti apartemennya. Lalu aku melihat kamarnya. Kamar utama. Karena ada dua kamar besar di apartemen ini. Aku melihat kilau yang indah dari kamar itu. "Kau mau tidur?" tawar Biru terasa begitu manis. Ia tampak seperti bocah sekarang, bukan layaknya laki-laki yang menakutkan. "Kenapa kau tampak begitu ragu datang ke pernikahan kakakmu dulu?" tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja. Begitu jelas dari mulutku ini. Ia mengedikkan bahunya, "Kau masih penasaran denganku, Jani?""Iya," jawabku seketika, "aku istrimu, kan?""Yang belum boleh kusentuh.""Benar, tapi kan ada alasannya, Mas.""Baiklah. Mari kita bermain," ia mendesah dengan kalimat itu. Aku menyipitkan mataku. "Masuklah ke kamarku. Aku akan bercerita tentang Samu." Lalu dengan tololnya, aku masuk ke dalam ruangan besar, mewah, kekuningan, dan berpendar lampu-lampu indah. Ada banyak kilau redup di sana. Tempat tidur itu terasa luas. S
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Keping 45a

Selesai shalat Subuh, aku berganti pakaian. Kulihat Biru masih terkapar di atas tempat tidur. Ia tampak kelelahan. Kamu pasti bertanya kan, ada apa tadi malam?Ada aku, Anjani yang cantik (itu kata Biru lho) dan absurd ini di atas sofa tertidur sampai terdengar azan Subuh di kejauhan.Biru tidak memindahkanku, padahal aku sudah berharap sekali terbangun di atas ranjang dengan baju-baju berhamburan. Duh pikiranku kok begini. Sungguh memprihatinkan.Ia tampak masih ganteng walau tidurnya lelap. Aku baru tahu kalau Biru sesekali mengigau. Sesuatu yang kurang jelas. Ia tidak bisa tidur nyenyak rupanya. Tubuhnya bergerak ke sana ke mari.Apa ia membutuhkan belaianku?Hus.Aku menggelengkan kepalaku. Merasa kasihan padanya. Kenapa aku harus iba pada Biru sih? Harusnya aku tidak begitu. Dia tampan, dia kaya, dia suamiku, ya kan?Aku mengembuskan napas panjang.Lalu mengelilingi kamar, dan membuka semua lemarinya. Aku ingin menemukan sesuatu yang berbau skandal, misalnya baju perempuan atau p
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Keping 45b

"Argo?" wajahku terasa pucat begitu tahu ia ada di sini.Sore ini aku meliput pembangunan mal di pusat kota, dekat sekali dengan Athena Palace dan juga beberapa apartemen mewah lainnya.Dia tertawa, ia tampak memukau dengan baju dan penampilannya. Tapi, aku tidak silau. Aku sudah memiliki Biru. Kenapa dia di sini?"Hai, Jani. Kau sedang meliput proyek ini kan? Kau bisa tanya-tanya aku, ini proyek perusahaan rekanan kami."Oh, begitu.Aku menggeleng, "Tak perlu, Go. Aku—aku punya narsum sendiri kok.""Hai, kau ini kenapa? Kita masih berteman kan?""Ya. Tapi berteman dengan mantan itu rasanya mustahil.""Kenapa Jani?""Aku—aku sudah—""Hai, Pak!" Bang Napi tiba-tiba saja ada di depanku, lalu bergegas menyalami Argo. "Bapak tahu proyek mal ini?""Saya salah satu rekanan perusahaan ini, dan iya ini proyek kami juga.""Wow, keren sekali. An, kau bisa mewawancarai dia. Kita tidak perlu pusing-pusing mencari narasumber lagi. Lalu kita bisa pulang lebih awal nggak kemaleman," Bang Napi berser
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status