All Chapters of Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan: Chapter 441 - Chapter 450

525 Chapters

S3| 129. Lanjutkan Peran

Udara dalam paru-paru Eva bergemuruh. Hatinya panas, terpanggang cemburu. Bagaimana mungkin Ava bisa mendapatkan pria sesempurna Jeremy Harper? Ia merasa dunia sungguh tidak adil. "Lagi?" Ia mengulang kata terakhir dari Jeremy. Alisnya terangkat sinis. "Apakah maksud Anda, selama ini saya selalu menyakiti Ava?" Belum sempat Jeremy menjawab, Eva mendengus kesal. Matanya melirik sang Ibu seolah meminta pertolongan. "Mami, bagaimana ini? Ava telah berhasil membalikkan kebenaran. Padahal, selama ini Mami tahu sendiri kalau dialah yang menyakitiku. Pantas saja Tuan Harper menaruh hati dan berpihak padanya. Dia membuat Tuan Harper merasa iba dengan menjadikan aku penjahatnya." Mendengar pengaduan tersebut, mata Jeremy terbuka lebih lebar. Ia salut pada kegigihan Eva dalam menjatuhkan Ava. Gadis itu ternyata berkali-kali lipat lebih buruk dari Barbara zaman dulu atau bahkan Isabela. "Tuan Harper," suara Nyonya Connor menarik perhatian semua orang, "tolong jangan membuatku menjadi orang t
Read more

S3| 130. Paman Jeremy Romantis

"Ada apa, Papa?" "Apakah ada tugas baru untuk kami?" Si Kembar memasuki ruang CEO dengan penuh semangat. Namun, begitu mereka menoleh ke sofa tamu, mulut mereka ternganga lebar. "Ava?" Gadis pucat itu tersenyum kecil. "Halo, Kembar." Dua balita itu langsung menghampiri. Emily menggamit tangannya, sedangkan Louis berjalan mengitarinya. Bocah laki-laki itu sudah seperti pengamat yang berusaha menemukan keretakan pada sebuah patung. "Apakah kamu baik-baik saja, Ava? Aku dan Louis sangat mengkhawatirkanmu." Emily mendongak dengan alis berkerut. "Kurasa Ava tidak apa-apa, Emily. Dia terlihat sempurna." Louis meruncingkan telunjuk mungilnya hingga menusuk pinggang Ava. Ava menutupi tawa kecilnya dengan sebelah tangan. "Aku baik-baik saja. Terima kasih telah mencemaskan aku." "Sama-sama, Ava." Si Kembar memeluk Ava. Mata mereka terpejam selama pipi mereka memberi sang gadis kehangatan. "Jadi, kenapa Paman mengajak Ava kemari? Siapa yang menjaga Nenek Melanie dan Nyonya Connor?" Loui
Read more

S3| 131. Make Over

Jeremy sesekali mengalihkan pandangannya dari jalan. Wajah gadis di sebelahnya tampak sangat menyejukkan. Ava memang diam seperti biasanya. Namun, bibirnya melengkung kecil, menjadi candu bagi Jeremy. "Bagaimana tur singkatmu tadi?" Ava melirik dengan senyum yang lebih lebar. "Sangat menyenangkan. Louis dan Emily begitu pandai bicara. Mereka menjelaskan semuanya dengan sangat rinci, tapi tetap menyenangkan. Dan orang-orang di Savior ...." Ava menarik napas lebih dalam. Alisnya terangkat lebih tinggi, sama seperti pundaknya. "Ternyata, para karyawan sangat ramah. Mereka menyambutku dengan antusias. Memang ada beberapa orang yang berbisik-bisik. Tapi kata si Kembar, itu karena mereka mengagumiku. Mereka salut karena seorang perawat sederhana sepertiku bisa menaklukkan hatimu." "Jadi sekarang, kau sudah tahu bahwa yang kukatakan itu benar?" "Ya, aku tidak seharusnya berburuk sangka. Tidak semua orang memperlakukanku seperti Eva dan Ibu. Aku seharusnya lebih menghargai diriku sendiri
Read more

S3| 132. Yang Terindah

Jeremy tidak pernah tahu bahwa menunggu bisa jadi semenyenangkan ini. Meski tangannya memegang tablet, matanya terus tertarik pada Ava. Ia penasaran bagaimana penampilan akhir sang gadis setelah selesai dipoles—gadis yang dulu disebutnya kaku dan tidak menarik itu. Tiba-tiba, sebuah pesan masuk dari Kara. "Paman, apakah Ava sudah selesai di-make over?" Membaca itu, Jeremy mendengus kecil. "Ini ulah Louis atau Emily? Atau keduanya?" Namun, jemarinya mengetik balasan. "Belum. Ada apa, Emily?" "Ini Louis, Paman. Kenapa Paman menduga aku Emily? Emily mana berani membajak ponsel Mama?" Jeremy menggeleng kecil. Hatinya tergelitik. Entah bagaimana, suara Louis terngiang dalam telinganya, seperti mengomel. "Maaf. Kukira kau Emily karena menggunakan kata make over." "Memangnya Emily saja yang tahu kata itu? Aku juga, Paman. Aku ini juga cerdas." Belum sempat Jeremy memikirkan balasan, pesan baru masuk lagi. "Apakah Paman tegang?" Alis Jeremy meninggi. "Kenapa kau bertanya begitu, Lou
Read more

S3| 133. Lamaran Semanis Cokelat

Alis Ava terangkat tinggi. Kedipan matanya menyiratkan rasa malu. "Kenapa kau menanyakan itu? Bukankah yang penting, sekarang kita sudah bersama?" Jeremy menggeleng kecil. "Aku sudah mengaku kapan aku mulai memperhatikanmu. Sekarang giliranmu. Kalau kau tidak mau, berarti jelas, kau yang lebih dulu memperhatikanku." Ava meloloskan tawa kecil. "Rasa percaya dirimu tidak berubah, hmm?" "Justru bertambah karena kau bersedia menerimaku. Jadi, kapan? Apakah saat pertama kita berpas-pasan di lorong itu?" "Pertama kalinya aku melihatmu?" Ava menghela napas cepat. "Tentu saja tidak." "Tapi kau diam-diam melirikku." "Itu karena aku mengira kau bodyguard mereka. Aku harus waspada padamu. Saat itu, kita bermusuhan, ingat?" Jeremy menyipitkan mata. "Lalu? Apakah saat aku membekukmu?" Ava menggeleng. "Saat itu, aku malah kesal setengah mati padamu. Bahkan sampai aku harus tinggal di rumahmu, aku masih menganggapmu menyebalkan." "Saat tahun baru itu?" Ava mengerutkan bibir. "Aku juga masih
Read more

S3| 134. Layak Dirayakan

Ava tersedak oleh keharuannya yang membeludak. Sambil menyeka sudut matanya, ia mengangguk. "Ya, mari menyatukan cerita kita dan membuat bagian baru yang lebih seru." Jeremy tak bisa menahan tawa. Sekalipun ia telah yakin akan mendapatkan jawaban itu, sensasinya tetap tidak bisa dipungkiri. Mereka sudah seribu kaki di atas bumi. Siapa sangka, hatinya masih bisa melambung lagi lebih tinggi. "Terima kasih, Ava. Terima kasih telah menerimaku." Jeremy pun memasangkan cincin ke jari manis Ava—cincin yang nyata. Kemudian, ia menyegelnya dengan kecupan. "Jangan pernah melepas ini sampai cincin baru datang nanti." Ava mengangguk tipis. "Ya, pasti. Aku akan menjaganya dengan baik." "Dan aku akan menjagamu dengan baik." Jeremy berdiri dan mengecup Ava dengan penuh cinta. Para pelayan tidak bisa lagi menahan gemas. Mereka meloloskan tawa, berbisik-bisik mengungkapkan kekaguman. Lalu, di sudut lain, dua balita melompat keluar dari persembunyian. Mereka mengenakan tuksedo dan gaun mungil. W
Read more

S3| 135. Aturan Ketat

"Pertama," Jeremy menegakkan telunjuknya sekilas, "kau tidak boleh pergi ke dapur. Khusus untuk ruang makan, kau boleh memasukinya jika ada kami." Alis Eva meninggi. "Kenapa?" "Sekalipun kau adalah adik dari Ava, kau tetap orang asing bagiku. Aku baru mengenalmu, jadi tentu aku harus waspada. Aku tidak mau seseorang memasukkan racun ke dalam makananku." Eva mendengus cepat. "Apakah wajah cantik seperti ini memiliki aura pembunuh?" Jeremy berkedip kaku. "Aku selalu waspada. Zaman sekarang, seorang ibu saja bisa membunuh anaknya sendiri, apalagi orang lain?" Eva menggeleng-geleng. "Aku tidak mungkin melakukan itu. Apa untungnya bagiku?" "Kau iri kepada Ava. Bisa saja kau gelap mata dan berniat mencelakainya. Atau mungkin, kau menyimpan dendam terhadapku. Aku tidak pernah berpihak padamu." Eva tertawa sinis. "Aku tidak sejahat itu, Tuan Harper." "Kalau begitu, kau seharusnya tidak keberatan dengan aturan tersebut." "Bagaimana kalau aku lapar dan mau makan?" Eva mencari alasan. "
Read more

S3| 136. Pikiran Ava Kotor

Jeremy mengangkat tangan kiri Ava, menunjuk cincin di jari manisnya. Melihat berlian yang tertaut di sana, mata Eva nyaris melompat keluar. "Kau masih mau menyebut hubungan kami salah?" Jeremy memiringkan kepalanya sedikit. Sebelah alisnya mendesak dahi. "Sudah kubilang, Ava adalah calon istriku. Aku melamarnya tadi. Jadi, sudah menjadi tugasku untuk melindunginya. Kau bersikeras untuk tinggal di rumah ini. Jadi, aku tidak punya pilihan selain menyatukan kamar kami. Hanya dengan begitu, kau tidak akan menyentuhnya tanpa sepengetahuanku." "Tapi Mami—" "Tidak akan keberatan," sela Jeremy tegas. "Kalau dia sungguh menginginkan putri kesayangannya tinggal di sini, merawat dan menemaninya, dia pasti menyanggupi syarat apa pun.""Bagaimana kalau kabar ini bocor? Kau tidak takut reputasimu hancur?" Nada bicara Eva semakin melangit. Namun, Jeremy sama sekali tidak terintimidasi."Bahkan kalau seluruh dunia tahu bahwa kami tidur bersama, aku tidak keberatan. Aku seserius itu ingin memiliki
Read more

S3| 137. Mendidih

Vivian menyambut pagi dengan wajah semringah. Pesan dari pelayan telah membuat hatinya berbunga-bunga. Ia tidak pernah menduga bahwa progres putranya bisa sangat pesat. "Kalau seperti ini, aku bisa segera menimang cucu. Dia pasti sangat lucu. Oh, aku sungguh tidak sabar." Sambil membayangkan bagaimana wajah buah hati Jeremy dan Ava nanti, ia melangkah ringan. Namun, begitu melihat Eva di pintu menuju ruang makan, keceriaannya memudar. "Selamat pagi, Nyonya Harper. Anda tampak bersinar sekali. Apakah Anda sedang gembira?" Alih-alih menjawab, Vivian menyipitkan mata. Telunjuknya teracung ke depan. "Kau ... apa yang kau lakukan di sini sepagi ini?" Eva mengerutkan senyum. "Maaf kalau saya belum sempat meminta izin kepada Anda. Mami meminta saya untuk tinggal di sini agar dia tidak kesepian. Jadi, ya ... saya memutuskan untuk menginap di sini merawat Mami sampai pulih benar." Dengan lengkung alis yang tinggi, Vivian mengangguk-angguk. "Apakah Jeremy sudah tahu?" "Ya, saya sudah memi
Read more

S3| 138. Darah Eva Meletup-Letup

Melihat Jeremy dan Ava kebingungan mencari jalan keluar, Vivian akhirnya menyudahi kegeliannya. Sambil berdeham, ia mengibas-ngibaskan tangan. "Baiklah, kalian tidak perlu menjawab itu. Ayo duduk. Kita sarapan dulu. Ava, jangan malu-malu. Kau harus makan yang banyak agar kandunganmu nanti sehat." Ava tidak bisa membuka mata lebih lebar. Ia megap-megap, tidak tahu harus membalas apa. Sementara itu, Jeremy duduk dengan punggung yang sangat tegak. Rautnya kaku. Tangannya harus berjuang ekstra untuk bisa meraih jemari Vivian. "Bu, tolong jangan meledek Ava lagi. Kasihan. Dia sudah seperti tomat. Dia bisa meletus kalau Ibu terus berbicara begitu." Vivian tersenyum simpul. "Baiklah. Ibu tidak akan menyinggung masalah itu lagi. Tapi Ava memang harus makan yang banyak." Sedetik kemudian, tangannya menutup dan membuka. "Ayo, kemarikan piring calon istrimu. Biar aku yang mengatur porsi makannya." Ava terkesiap. Kesepuluh jarinya menegak. Sebelum ia sempat menggoyangkannya, Jeremy telah me
Read more
PREV
1
...
4344454647
...
53
DMCA.com Protection Status