All Chapters of Anak Kembar sang Miliarder yang Dirahasiakan: Chapter 451 - Chapter 460

525 Chapters

S3| 139. Mencari Kawan

"Selamat pagi, Bryan. Bagaimana kabarmu hari ini?" Eva duduk di sisi lain ranjang dengan gaya centil. Melihat itu, alis Bryan mengernyit. "Baik." Sedetik kemudian, Bryan lanjut menyeka leher pasiennya. Eva tahu itu respons yang dingin. Namun, senyumnya malah melebar. Tatapannya beralih kepada Nyonya Connor. "Selamat pagi, Mami. Bagaimana kabarmu pagi ini?" Wanita pucat itu mengangguk dengan senyum tipis. "Baik. Mami sudah siap menjalankan fisioterapi. Kamu mau menemani Mami?" "Tentu saja mau, Mami. Itulah tujuanku menginap di sini. Agar bisa lebih mudah merawat Mami. Dan Mami tidak perlu mengkhawatirkan butikku. Semua anak buahku sudah kulatih untuk mandiri." Eva melirik Bryan sekilas. Namun, di luar dugaannya, pria itu sama sekali tidak bereaksi. "Apakah Mami sudah sarapan?" Eva sengaja mempermanis gaya bicaranya. Sementara Nyonya Connor mengangguk, Bryan menyahut, "Ava memberitahu pelayan untuk mengantarkan sarapan milik ibumu tadi pagi. Aku baru saja selesai menyuapnya." Me
Read more

S3| 140. Gaun Seksi

Selama makan malam, Eva sama sekali tidak bersuara. Ia makan dengan anggun, menyimak obrolan sambil sesekali mengangguk. Bahkan, ketika Vivian bertanya tentang fisioterapi yang dijalani oleh Nyonya Connor, ia tidak menyela. Ia seperti sudah tidak butuh perhatian yang selama ini ia cari-cari. "Semuanya berjalan lancar. Ava dan Bryan bekerja dengan baik. Eva juga tadi sempat membantu," terang Nyonya Connor, santai. Lagi-lagi, Eva hanya mengangguk kecil. "Apakah kakimu terasa pegal atau sakit?" Melanie ikut penasaran. "Ya, kakiku terasa pegal dan berat. Tapi setelah dipijat Ava dan disemangati oleh Eva, aku merasa lebih baik." Eva tidak protes nama sang kakak disebut lebih dulu. Heningnya membuat Ava melirik. "Apa yang salah dengan bocah ini? Apakah dia merencanakan sesuatu?" pikirnya, waspada. Ava sadar bahwa pakaian sang adik lebih terbuka dari biasanya. Eva mengenakan gaun santai dengan spaghetti strap dan belahan rendah—gaya khasnya setiap akan mencari mangsa. Setelah makan ma
Read more

S3| 141. Pasukan Mungil

Usai menutup telepon, Jeremy menggaruk pelipis. Ia agak bingung memikirkan bagaimana cara untuk menyampaikan kejadian tadi kepada Ava. Ia tidak mungkin menutupi kebenaran. Namun, ia juga tidak mau melukai perasaan kekasihnya ataupun membuat hubungan keluarganya semakin renggang. "Haruskah aku melewatkan bagian gaun seksi itu? Itu mungkin lebih bisa diterima oleh Ava. Tapi kami sudah berjanji untuk tidak merahasiakan apa pun?" Jeremy mengerutkan alis lebih dalam. Saat itu pula, pintu ruang kerjanya terbuka. "Ava?" Ia terbelalak melihat sang kekasih masuk dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan. "Apakah Eva tadi datang ke sini?" Suara Ava pelan dan agak ragu. Tangannya saling menggamit di depan perut. Jeremy ternganga. "Ya ...." Namun, belum sempat ia menjelaskan lebih lanjut, Ava telah berlari lalu memeluknya. Lengkung alis Jeremy seketika berubah arti. "Ada apa, Ava? Apakah telah terjadi sesuatu?" "Terima kasih." Ava menempelkan pipinya ke dada Jeremy, lalu terpejam. "Terima
Read more

S3| 142. Mencari Masalah

"Mami tahu? Mami tidak perlu menyenangkan hati balita-balita itu. Pikirkan kesehatan Mami. Mami tidak harus mendengar kebisingan mereka." Eva mengangguk-angguk, menekankan. Akan tetapi, sang ibu menatapnya bingung. "Justru Mami mau menonton aksi lucu mereka demi menyenangkan hati Mami." Sementara Eva termenung, Nyonya Connor menepuk-nepuk punggung tangannya. "Mami baik-baik saja, Sayang. Kamu tidak perlu khawatir. Sekarang suruh mereka masuk." Eva tidak kunjung bergerak. Ia tidak terima kalau si Kembar memenangkan hati ibunya. Namun, tanpa terduga, suara peluit dan drum kembali terdengar. Selang beberapa saat, dua balita muncul sambil menderapkan langkah. Nyonya Connor tertawa kecil melihat keseriusan mereka. Di akhir "pertunjukan", si Kembar membungkuk, memberi hormat. Nyonya Connor bertepuk tangan walau geraknya belum begitu lincah. "Terima kasih telah menghiburku, Anak-Anak Manis. Aku tidak menyangka kalau kalian bisa datang membawa kejutan." "Kami sudah berjanji untuk menghib
Read more

S3| 143. Eva Geram

"Kalau begitu, terserah kalian saja! Aku benar-benar sudah lelah. Lelah!" Eva menderapkan langkah pergi. Di dalam kamar, ia langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tangannya mencekik bantal seolah-olah itu Louis atau Emily. "Mengapa mereka menyebalkan sekali? Apakah mereka pikir karena mereka masih kecil, aku akan terus mengalah kepada mereka?" Sambil terengah-engah, Eva melirik ke arah pintu. "Tidak akan. Sekali lagi mereka mengusik ketenanganku, aku tidak akan tinggal diam." Belum sempat Eva meredakan kekesalannya, suara tawa tiba-tiba terdengar dari jendela. Dengan mata bulat, ia pergi memeriksa. Ternyata, si Kembar sedang berlari-lari di luar sana, mengejar kupu-kupu sambil tergelak gembira. "Astaga .... Bocah-bocah ini!" Dengan kemarahan yang mengepul di atas kepala, Eva membuka jendela. "Bukankah kalian bilang beranda tadi adalah milik kalian? Mengapa kalian sekarang malah di sini?" Si Kembar seketika menoleh. Bukannya takut, Emily malah melambai. "Hai, Eva. Tadi ada kup
Read more

S3| 144. Bocah Nakal!

"Bagaimana, Bu? Sudah siap memulai?" tanya Ava sembari memijat kaki Nyonya Connor. Bukannya langsung menjawab, Nyonya Connor malah melirik ke pintu. "Di mana yang lain? Bukankah Eva dan anak-anak kembar itu mau menemaniku terapi?" Saat itu pula, Bryan masuk sambil tersenyum. "Eva sedang bermain pistol air bersama Louis dan Emily." Ava sontak terbelalak. "Eva mau bermain bersama mereka? Basah-basahan?" "Ya. Sekarang mereka sedang kejar-kejaran di pekarangan samping." Sementara Ava berkedip-kedip tak percaya, sang ibu berkata, "Aku mau melihat mereka bermain. Bisakah kita menunda terapi sampai mereka selesai?" Ava mengerjap. "Tentu." Ia sendiri juga penasaran bagaimana cara si Kembar membujuk Eva bermain bersama mereka. Di pekarangan, Eva ternyata sudah basah kuyup. Ia tidak mungkin menang melawan dua balita sekaligus. "Kalian! Berhenti berlari!" Si Kembar juga terkena semprotan beberapa kali. Namun, tidak seperti Eva yang cemberut, mereka malah bertambah riang. Lari mereka sema
Read more

S3| 145. Luapan Emosi

Tiba-tiba, Emily kembali menumpahkan tangis. Pundaknya terkulai. Wajahnya mendongak menatap Jeremy. "Paman, Eva melumuri mukaku dengan tomat busuk. Aku sangat takut kulitku rusak. Kata Ava, aku akan baik-baik saja. Tapi aku masih kesal." "Paman tahu? Sebelumnya, Eva melempari Emily dengan senapan. Itu mengenai kepala Emily. Untung saja dia memakai helm. Tapi Emily terjatuh. Lihat! Celananya sampai kotor." Telunjuk Louis meruncing ke arah lutut sang adik. Melihat itu, tangan Jeremy terkepal erat. Sambil menggertakkan geraham, ia pun menatap Eva. Tidak ada lagi kesabaran yang tersisa dalam hatinya. "Kau sudah melanggar aturan. Sesuai kesepakatan, kau harus angkat kaki dari sini." Eva mendesah tak percaya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa dirinyalah yang tersiksa. "Kalian senang sekarang? Kalian membawakan masalah kepadaku. Lalu di saat aku membela diri, aku yang disalahkan." "Kau bukan membela diri, Eva. Kau melampiaskan emosi." Tatapan Eva berpaling kepada Ava. "Siapa yang tidak
Read more

S3| 146. Pihak yang Sama

"Jadi dugaan Jeremy benar? Kau memang diculik? Dan kau bisa bebas karena telah menyepakati sesuatu dengan Nyonya Moore?" Suara Ava nyaris pecah. "Ya! Aku tidak punya pilihan lain. Aku harus setuju kalau sekarang adalah saatnya aku menghancurkanmu!" "Eva!" Semua orang menoleh ke arah suara. Bryan ternyata sedang membawa Nyonya Connor menuju mereka. Wanita di kursi roda itu tampak kesulitan mengatur napas. "Katakan kalau itu tidak benar. Katakan kalau kau tidak pernah memiliki pemikiran sejahat itu!" Eva tersentak. Mulutnya menganga, meloloskan desah tak percaya. "Mami?" Sedetik kemudian, ia melirik Ava dengan kebencian yang lebih mendalam. "Kau sengaja membawa Mami ke sini?" "Eva!"Eva kembali menatap Nyonya Connor. Air mata sang ibu membuat dadanya sesak. Kedua tangannya mengepal erat. "Aku melakukan semua ini demi Mami. Aku tidak mau berpisah dengan Mami."Nyonya Connor menggeleng samar. "Mami sungguh kecewa padamu, Eva. Selama ini, Mami mencurahkan semua kasih sayang kepadamu
Read more

S3| 147. Pergi Jauh

"Paman," Louis mengernyit karena Jeremy menggosok rambutnya terlalu keras, "menurut Paman, apakah Nyonya Moore akan menyerang Eva? Apakah Eva akan tetap aman?" Sementara itu, di samping Louis, Emily berdiri dengan santai. Ava mengeringkan rambutnya dengan sangat lembut. Bahkan, saat mengelap wajahnya, Ava hanya memberinya tepukan lembut. "Nyonya Moore pasti mengincar Eva. Dia kan nenek sihir. Tapi kurasa, kau tidak perlu khawatir, Louis. Paman Jeremy sudah mengirim beberapa pengawal untuk menjaga Eva." "Ya, tapi itu dari jauh. Bagaimana kalau seseorang menyerang Eva dalam jarak dekat?" "Para pengawal tidak akan membiarkan orang yang mencurigakan untuk mendekati Eva. Kalau tidak perlu khawatir, Jagoan." Jeremy melempar handuk ke arah kursi lalu meraih sisir. "Sekarang, kau mau gaya apa?" Louis langsung menggerakkan tangannya di atas kepala. "Aku mau rambutku berdiri seperti ini. Aku pasti bertambah keren." "Seperti jambul beo? "Emily terkikik. "Tidak. Seperti model-model papan at
Read more

S3| 148. Hati Ava Sakit

"Menurut Mama, apakah Eva baik-baik saja? Kenapa Paman Jeremy belum memberi kita kabar?" Emily berkedip-kedip di sisi Kara. Tangan mungilnya terus memijat lengan sang ibu. Kara menoleh sambil tersenyum lembut. "Eva pasti sangat sedih dan terguncang. Mungkin, Paman Jeremy dan Ava sedang sibuk menenangkannya." Louis berhenti memijat lengan sang ibu. Ia memeriksa jam, lalu bibirnya mengerucut. "Tapi ini sudah lewat satu jam, Mama. Paman Jeremy pasti sudah memberi kabar kalau Eva baik-baik saja." "Atau bisa jadi," sela Frank setengah berbisik, mengundang si Kembar agar menyimak dengan saksama, "Paman Jeremy lupa mengabari kalian. Dia menjadi lebih pelupa sejak berpacaran dengan Ava. Mungkin karena pikirannya terlalu penuh dengan Ava." Mata Emily menyipit. Kepalanya sedikit miring. "Kurasa itu masuk akal. Apalagi, Eva pasti menangis dan suaranya berisik. Itu mengganggu konsentrasi Paman." Emily menepuk-nepuk telinganya ringan. "Papa, apakah ada cara untuk menghentikan Nyonya Moore? Kur
Read more
PREV
1
...
4445464748
...
53
DMCA.com Protection Status