Dengan raut datar, Frank menggeser arah pandang. "Apa yang biasanya kau lakukan untuk menghibur adikmu, Louis?" Ia jelas tidak sedang bercanda. Louis menusuk dadanya dengan ibu jari. "Aku memberi Emily kata-kata penenang sambil mengusap wajahnya. Lalu, kalau tangisnya belum berhenti, aku akan memeluknya erat dan menepuk-nepuk punggungnya." "Papa harus mencoba cara itu juga. Siapa tahu kesedihan Bibi terobati." Emily memiringkan kepala. Tatapannya semakin penuh harapan. Louis meniru gelagat sang adik. "Kasihan Bibi, Pa. Dia sekarang jauh dari orang tuanya. Dia hanya punya kita. Benar begitu, Ma?" Sementara Louis membulatkan mata ke arahnya, Kara mengangguk anggun. "Ya, Mama rasa, tidak ada salahnya jika Papa mencoba." Frank menelan ludah. Ia baru saja berhasil mengatasi kerumitan pikirannya akibat sang ibu. Sekarang, ia harus mengurus adiknya? "Ayolah, Papa. Cobalah. Bibi tidak bisa kembali bekerja kalau terus mengurung diri di kamar." "Dan Philip tidak jadi melamar. Padahal,
Read more