Kara terkesiap ketika Frank mendorongnya mundur, kembali ke kamar mandi. Apalagi, saat sang suami menutup pintu yang baru saja dibukanya "Ada apa, Frank?" "Mumpung tidak ada Anak-Anak, kita bisa melakukannya satu sesi." Sementara sang pria menggelitik lehernya, Kara mendesah tak percaya. "Tolong jangan gila, Frank. Kita sedang menunggu nenekmu datang." Kara menepuk-nepuk pundak bidang di hadapannya, mengisyaratkan Frank untuk mengembalikan jarak. Namun, sang suami malah menaikkan bibir, menggigit telinganya dengan mesra. "Kita masih sempat. Nenekku sudah tua. Jalannya pasti lambat." Kara menggeleng, tertawa geli. "Abigail bilang nenekmu naik traktor. Dia bisa saja tiba dalam lima menit. Lagi pula, jarak panti ke sini tidak jauh." Sebelah sudut bibir Frank terangkat tipis. "Kalau begitu," jemarinya menelusup ke bawah sweater sang istri, "kita bermain saja." Kara tersentak. Tubuhnya seperti dikejutkan oleh sengatan listrik kecil. "Kau bilang hanya bermain. Yang barusan itu ser
Read more