Punggung Sophia menegak. Tangannya mengusap pundak Diana, berharap itu bisa menenangkannya. "Jangan kencang-kencang, Nek. Aku tidak enak kalau Kara dan Frank dengar." Diana mendengus. "Aku memang tidak salah menilai. Ada yang tidak beres dengan perempuan itu. Ternyata dia seburuk itu? Dia bahkan tega merusak pernikahan mantan kekasihnya dengan wanita lain? Dia pikir dia siapa?" Sophia menggeleng. "Tidak, Nek. Kara tidak bermaksud begitu. Dia datang sebagai pendamping Frank. Lagi pula, Finnic memang mengundangnya." "Kalau dia tidak datang, kau pasti masih bahagia." "Dan kita tidak akan pernah bertemu?" lanjut Sophia, mengangkat sebelah bahu. Sambil memaksakan senyumnya melebar, ia menarik napas panjang. "Tidak, Nek. Sekalipun Kara tidak hadir ke pernikahan kami, aku dan Finnic tetap akan berpisah. Dia tidak benar-benar mencintaiku, Nek. Dia hanya menganggapku sebagai perempuan yang mampu menyaingi mantan kekasihnya. Mungkin, dia ingin balas dendam." Dengan raut iba, Diana membela
Read more