All Chapters of : Chapter 341 - Chapter 350

Chapters

S3| 29. Salah Sangka

"Frank?" Mata Kara berbinar cerah. Tidak ada lagi keresahan yang melapisinya. Sambil tertawa kecil, ia melambaikan tangan. Anehnya, Frank tidak membalas lambaian. Pria itu terus berlari dengan kecepatan penuh. Setibanya di beranda, ia langsung menyergap Kara dan melahap bibirnya. Barbara dan Philip terperangah, sedangkan Kara terbelalak penuh tanya. "Frank, ada apa?" Napas Frank terengah-engah. "Dia menggunakan obat itu. Padahal, aku sudah berusaha untuk tidak menghirupnya. Tapi sepertinya terhirup. Ayo kita ke kamar." "Lalu di mana Jeremy?" tanya Philip. "Tidak tahu. Aku menyerahkan dus-dus itu kepadanya." Frank mengecup Kara lagi. "Ayo ke kamar. Aku tidak tahan." Frank menggendong Kara lalu membawanya masuk. Philip dan Barbara terperangah menyaksikannya. "Untung bukan kamu yang pergi," desah Barbara. "Ya, sekarang, haruskah kita selamatkan Jeremy?" Barbara menggeleng. "Kurasa dia sudah tidak terselamatkan." *** Pagi harinya, Sophia keluar kamar dengan wajah ceria. Ingatann
Read more

S3| 30. Terbongkar

"Astaga!" umpat Sophia dalam hati. Napasnya mulai menderu. "Bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan laki-laki itu? Padahal, jelas-jelas, Frank yang pergi ke istal bersamaku." Seketika, kemarahan membeludak dalam diri Sophia. Ia merasa dicurangi. Ia merasa ditipu. Tanpa memikirkan yang lain, ia menderapkan langkah menuju Jeremy. "Ikut aku," Sophia menarik tangan sang pria. Jeremy mengerutkan alis. Kakinya enggan berpindah. "Untuk apa? Aku mau sarapan." "Ikut aku!" Semua orang tersentak. Bahkan Abigail berhenti memeras jeruk. Namun, saat ia menengok, Sophia dan Jeremy sudah tidak ada. "Apakah mereka bertengkar?" Ia berkedip-kedip, heran. Frank mengangkat pundaknya kaku. "Sepertinya begitu." Ia sadar benar, ia yang sudah menempatkan sang kakak dalam posisi sulit itu. Merasa suntuk, Diana akhirnya keluar dari kamar. Namun, melihat Sophia berjalan cepat sambil menarik Jeremy, ia tertegun."Apa yang dilakukan oleh anak-anak itu?" Penasaran, ia pun mengekor. "Mau sampai mana kau men
Read more

S3| 31. Rapuh

Dengan langkah goyah, Diana pergi menuju ruang makan. Ia berhenti di dekat pintu, mengintip dari sana. Frank sedang duduk di kursi yang biasa ditempati Jeremy. Ia memangku Kara, merengkuhnya mesra. Sesekali, ia mengecup pipi sang istri. Sebelah tangannya bergerak-gerak, seperti sedang mengelus perut perempuan itu. "Aku sudah menyiksa seorang perempuan hamil padahal dia tidak bersalah?" Semakin lama, semakin tebal air mata Diana. Sebelum tumpah, ia menggeser pandangan. Philips dan Barbara juga mesra. Mereka duduk bersebelahan, berbisik-bisik dan tertawa. "Keharmonisan mereka ini asli. Betapa bodohnya aku memaksakan diri untuk percaya bahwa itu palsu?" batin Diana, mencengkeram dada. Ia merasa seperti ada lubang besar di dalamnya. Tiba-tiba, suara tawa datang dari belakang. Saat Diana menoleh, si Kembar terbelalak dan otomatis berhenti berlari. "Nenek?" desah Emily dengan alis berkerut. Perlahan-lahan, ia bergeser ke arah Louis, bersembunyi di balik pundak sang kakak. Diana cepat-
Read more

S3| 32. Meminta Keringanan

Hati Abigail mendadak pedih. "Oh, Emily, kenapa kamu berpikir begitu? Kalau kalian pulang sekarang, bagaimana dengan pesta akhir tahun? Kalian bilang mau merayakannya bersama teman-teman di panti." "Ya, tapi itu pesta. Semua orang seharusnya bersenang-senang. Nenek tidak bisa menikmati pesta kalau kami ada di sana. Kami keluarga Harper." Merasa iba, Kara menggosok-gosok punggung putrinya. Melihat Louis mencebik, ia juga mengelusnya. "Jangan sedih, Malaikat Kecil. Suatu hari nanti, Nenek pasti akan sadar. Dia cuma butuh waktu untuk melihat kebenaran." Si Kembar tertunduk. Mereka seperti kesulitan berdamai dengan rasa kecewa. Yang lain pun mulai berpikir keras mencari jalan keluar. Namun, baru saja keheningan tercipta, suara piring pecah menyedot perhatian. "Apakah itu dari kamar Nenek?" desah Abigail dengan mata terbelalak. Tanpa aba-aba, semua orang beranjak dari kursi dan pergi memeriksa. Begitu Abigail mendorong pintu, mereka langsung disambut oleh pecahan piring dan gelas yan
Read more

S3| 33. Perubahan Diana

Diana tidak menjawab. Kerongkongannya terlalu gersang. Suara yang keluar pasti serak. "Nenek keberatan?" Frank menaikkan alis. Diana membuang muka, belum sanggup menurunkan gengsinya. Frank pun mendesah tak berdaya. "Baiklah. Terima kasih telah mengizinkan kami menginap sampai detik ini." Frank beranjak dari posisinya, lalu melanjutkan tugas. Setelah lantai bersih, ia keluar tanpa sepatah kata. Diana melihat jejaknya dengan mata berkaca-kaca. "Apa maksud kata-katanya tadi? Apakah mereka akan pergi hari ini?" Diana mengusap-usap dada, berharap sesaknya hilang. Akan tetapi, ia malah semakin tak nyaman. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa?" Pikirannya terlalu kalut. Di ruang makan, semua orang menoleh saat Frank datang dengan membawa sapu dan pengki. "Ke mana aku harus membuang ini?" Abigail meruncingkan telunjuk. "Letakkan saja di situ. Nanti biar kurus." Frank pun berjalan ke arah sudut. Dari gerak-geriknya yang lesu, semua orang bisa menebak apa yang terjadi. "Apa saja ya
Read more

S3| 34. Tersadarkan

"Hai! Ternyata kalian belum selesai sarapan? Apakah masih ada yang tersisa? Aku lapar." Sophia tersenyum seolah tidak ada masalah apa-apa. Langkahnya ringan, geraknya pun santai. Ia bahkan tidak mengungkit tentang Diana yang tidak lagi menolak sarapan. Hanya kantung matanya yang terlihat sedikit menebal. Merasa Sophia berjalan ke arahnya, Kara spontan beranjak dari bangku. "Masih ada banyak roti. Duduklah." Namun, belum sempat ia bergeser, Diana memegang tangannya. "Kenapa kau berdiri?" Otak Kara sedikit membeku. "Bukankah Sophia mau sarapan?" Telunjuk Kara teracung ke bawah, menyatakan bahwa di situlah tempat Sophia biasanya. Hati Diana tersentil melihat itu. Tanpa sadar, pandangannya berubah iba. "Kubilang aku mau membicarakan sesuatu. Kau malah pergi? Aku juga belum selesai makan. Sopankah kalau kau meninggalkan meja makan di saat orang tua masih duduk dengan tenang?" Kara ternganga. Kebingungan telah menyumbat pikirannya. Ketika Emily meraih tangannya, barulah ia tersentak.
Read more

S3| 35. Kara Pingsan

Begitu memarkirkan traktor, tatapan Diana langsung tertuju pada Philip. Pria itu baru saja turun dari pohon, mencari sinyal. Tanpa berpikir panjang, Diana menghampiri dan merangkulnya. "Oh, Cucuku." Philip tertegun. Bola matanya bergerak-gerak mencari petunjuk. "Ada apa, Nek?" Diana menangkup pipi Philip, menatapnya lekat-lekat. "Maaf aku sudah marah-marah padamu. Aku sama sekali tidak bermaksud mengusirmu. Aku justru senang kau datang kembali." Philip bergeming sejenak. Alisnya berkerut, mulutnya sedikit membuka. Saat menyadari ketulusan di mata Diana, sudut bibirnya mulai terdongkrak. "Nenek sudah sadar?" Diana mengangguk. Namun, begitu ia hendak menjelaskan lebih lanjut, dua balita berlari-lari menghampiri mereka. "Philip! Philip!" "Papa memintamu untuk segera menyiapkan mobil!" Alis sang pria melengkung naik. "Untuk apa?" Sambil membungkuk memegangi lutut, Louis terengah-engah. "Mama sakit. Kita harus membawanya ke rumah sakit." "Ibu kalian sakit? Sakit apa?" Emily yang
Read more

S3| 36. Isi Perut Mama

"Bagaimana, Dok? Apakah kami sungguh-sungguh punya adik?" bisik Louis sambil mengamati apa yang dilakukan oleh tangan sang dokter di balik kain penutup. "Sabar, Louis. Pak Dokter baru saja memulai." Kara tersenyum mendengar celotehan itu. "Emily benar. Pak Dokter harus mencari lokasinya dulu." "Bagaimana Pak Dokter tahu kalau adik bayinya sudah ditemukan? Apakah alat itu bisa berbunyi? Bip bip bip." Sang dokter menunjuk layar USG. "Dari sini. Kita bisa melihatnya nanti." Louis dan Emily pun berpindah posisi ke dekat monitor. Mereka berkedip-kedip melihat bercak-bercak aneh di situ. "Apakah ini isi perut Mama? Mana ususnya?" Louis memiringkan kepala. Frank dan Kara sontak mengulum tawa, sedangkan sang dokter mendengus gemas. "Ini rahim, organ tubuh yang hanya dimiliki perempuan. Letaknya di bawah usus." Mulut si Kembar membulat. "Lalu kalau ada adik bayi di dalam sana, apakah usus Mama akan terdorong naik?" Sang dokter mengangguk. "Apakah itu sakit?" Emily mengernyitkan dahi.
Read more

S3| 37. Perubahan Rencana

Philip menarik napas berat. Ia merasa iba pada Diana yang tertinggal banyak hal. "Itu cerita yang panjang, Nek. Kehidupan keluarga kecil mereka tidak semulus yang Nenek bayangkan." "Mengapa bisa begitu?" Diana mempererat tautan alisnya. "Intinya, Frank pernah dijebak dengan seorang wanita di sebuah kamar hotel." "Wanita itu Kara?" Philip mengangguk. "Frank dulu tidak seperti sekarang. Dia perfeksionis, sombong, terlalu tegas. Saat itu, mereka belum saling kenal. Dia meninggalkan Kara begitu saja." "Dan ternyata, Kara hamil?" Philip menaikkan alis. "Ya, Kara membesarkan si Kembar bersama ibunya, sampai dia bertemu Frank lagi, beberapa bulan yang lalu. Proses menuju pernikahan mereka pun panjang karena mendiang Rowan menentang." Diana menghela napas iba. "Sungguh gadis yang malang, dan aku malah bersikap kasar terhadapnya." Matanya semakin berkaca-kaca. Barbara melirik Philip. Kekasihnya itu baru saja menceritakan bahwa sang nenek sudah berubah total. Namun, ia tidak percaya, ti
Read more

S3| 38. Kegemparan

Barbara terkesiap. Sebelah tangannya terangkat menutupi mulut. "Bagaimana mungkin ini terjadi?"Melihat wajah pucat itu, alis Kara bergerak turun. "Ada apa, Barbara?"Sang gadis menatapnya dengan bola mata yang bergetar. Namun, selang satu kedipan, ia menoleh kepada Philip. Kara mengerti makna pandangan itu. "Tolong jangan menyembunyikan apa pun dariku, Barbara. Aku tidak apa-apa. Ayo, katakan saja."Setelah mendesah samar, Barbara duduk di samping Kara. "Tolong jangan terkejut." "Tidak akan."Kemudian, Kara mengambil ponsel dari tangan Barbara. Si Kembar langsung mengambil posisi di samping kiri dan kanan ibu mereka. "Oh? Kenapa ada Nenek di berita?" celetuk Louis yang baru melihat sepintas. Begitu membaca judulnya, ia terkesiap. "Kenapa bisa ada berita semacam ini, Mama?" Kara berkedip kaku. Kepalanya menggeleng samar. "Mama tidak tahu, Sayang."Penasaran, Diana bergeser mendekat. Namun, sebelum ia berhasil melihat, Kara telah mengetuk layar. Video pun berjalan, menampilkan lata
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
53
DMCA.com Protection Status