Mulut Philip terkatup. Rahangnya sampai berdenyut saking rapatnya. "Nyonya, troli makanan ada di depan pintu kamar Anda. Makanlah. Barbara sangat sedih kalau Anda tidak makan." "Pergi!" Tidak ada benda melayang ke arah pintu lagi. Namun, Philip tahu pasti makna dari nada suara itu. Melanie menolak dibujuk. Pasrah, ia kembali ke ruang makan. Sementara itu, di dalam kamar, Melanie sedang berdiri dengan napas terengah-engah. Ia masih mengenakan gaun yang sama dengan sore tadi. Namun, riasan dan rambutnya berantakan. Kedua heels-nya tergeletak di dekat pintu. Setelah memastikan Philip sudah pergi, ia duduk terkulai di atas lantai. Kepalanya disandarkan pada lemari. Tatapannya kosong, terkesan lesu dan tak ada energi. Namun, ketika suara Frank terngiang, sorot matanya meredup. Sambil menutup telinga, ia menggeleng cepat. "Tidak," desahnya seraya memeriksa sekeliling, "aku tidak melakukan kejahatan. Kalian tidak seharusnya mencurigaiku, apalagi menuduhku." Namun, selang beberapa
Baca selengkapnya