Home / Horor / DANYANG / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of DANYANG: Chapter 71 - Chapter 80

99 Chapters

POHON KERAMAT 2

Pohon itu sudah ada di hadapannya. Dayu sebenarnya terkejut begitu membuka mata, karena dia secara tiba-tiba malah sudah terbaring di bawah pohon raksasa yang rindang. Cahaya tak benar-benar bisa membus tempatnya berada, tapi masih bisa menelusup dari balik celah dedaunan yang tipis dari pepohonan lain di sekitar. Suasana tempat itu jelas tak bisa dikatakan menenangkan meski Dayu bisa mendengar suara burung-burung yang berkicau, taburan bunga di tanah dan juga kebisingan yang nihil. Oh, memangnya siapa yang tak akan nerasa creepy jika berada di tempat yang dinaungi oleh gelap meski beralaskan rumput empuk yang menerima cukup cahaya. Aura yang pohon raksasa itu pancarkan saja sudah cukup untuk membuat siapa pun menjauh. Setidaknya Dayu rasa seperti itu. "Pohon keramat." Dayu berucap lirih. Dia lantas berusaha bangun namun menemukan bahwa tubuhnya seperti tubuh anak rusa yang belum lama lahir. Butuh usaha keras untuk bangkit, jadi Dayu memutuskan untuk duduk sebelum berdiri. Dia mer
Read more

POHON KERAMAT 3

"Tidak ada apapun dari diriku yang adalah milik kamu, Danyang. Kita sama sekali tidak saling terikat dalam utang piutang!" Nala berucap.Tawa Danyang berhenti. Sosoknya kembali serupa dengan sosok Nala yang indah, tapi dalam versi yang lebih pucat. Jika mata Nala menggambarkan ketenangan batin, maka mata Danyang sebaliknya, mata itu menyorotkan kemarahan dan juga luapan kengerian.Saat Danyang mengambil satu langkah maju, dari dalam tanah muncul sosok-sosok dengan rupa yang aneh. Sebagian seperti jasad tak berjiwa, sebagian seperti tubuh yang kosong dan tak lengkap."Aku akan mengambil kembali, dirimu. Kamu seharusnya milikku, Nala!" ucap Danyang.***Dayu memandang pohon raksasa itu. Dia bisa melihat kehidupan-kehidupan yang indah dan berwarna-warni di sana, bergerak secara teratur dan berputar di sekitar pohon yang rindah.Seperti yang pernah dia baca entah kapan, selama ada sebuah pohon, maka pasti akan ada kehidupan di sekitarnya."Jadi, tidakkah kamu ingin meminta sesuatu pada po
Read more

Dia dan Perwujudan

"Nala, kamu di sini?" tanya Dayu. "Ya, sedikit lagi aku di sana. Bertahanlah!" Suara Nala menjawabnya. Baru Dayu merasa sedikit lega, kumpulan asap yang berputar di sekitar pohon keramat bagai badai itu seolah mewujudkan bentuk yang membuat Dayu ingin meledak. Pertama, dia melihat wujud besar serupa wajah Gendis yang sedang tersenyum mengejeknya, lalu sosok Mak Nik yang tertawa. Setelah dua sosok yang dia kenali itu, wujud lain yang mirip tengkorang manusia namun dengan banyak lubang kecil muncul, membuat Dsyu terkejut dan mundur sampai membenturkan punggungnya sendiri ke pohon keramat. Dayu merasakan nyeri di kepalanya, rasanya sangat parah dan begitu menyiksa. Titik di mana bercak tanda bahwa dia adalah tumbal bagi Danyang dulu serasa ditusuk-tusuk dengan begitu banyak jarum, melubangi kepalanya dan menyusupkan setiap pikiran buruk ke dalamnya. "Dayu, tetaplah tenang, atur napasmu, ingat setiap hal baik." Suara Nala terdengar lagi. Dayu tentu ingin mencoba dan dia sudah mulai
Read more

Separuh 1

"Ini bukan wilayah kamu, untuk apa kamu datang? Aku tidak ingin ada keributan yang lebih jauh." Nala berucap, menolak tawaran cowok berseragam sekolah menengah atas itu tanpa mengucapkan kata tidak.Tolehan kepalanya seperti slow motion, wajahnya memiliki fitur yang manis namun tajam, dengan mata yang bagus dan perawakan tak begitu tinggi tapi tegap."Apakah aku meminta pendapat kamu, Nala? Dia ingin mengambil energi milikku yang ada pada kamu, dengan kata lain dia sudah mencoba untuk mengundang aku ke sini, ingin mencari masalah dengan aku!" Sahut lawan bicara Nala itu.Nala membuang napas, lalu melangkah mendekati pusaran asap hitam yang masih terus membungmbung, sama sekali tidak berkurang.Sambil menuruni bukit, Nala bisa melihat banyak sekali tengkorak yang ikut berputar di dasar pusaran, sisa dari penumbalan yang sudah diberikan oleh manusia-manusia yang telah meminta sesuatu dari Danyang, melakukan perjanjian dengan makhluk itu dan diharuskan membayar imbalan.Sosok wanita yang
Read more

Penghubung

"Apakah kamu benar-benar sudah gila? Lakukanlah sesuatu yang lebih masuk akal dibandingkan menjadi dukun, oi? Apa kamu mau dimanfaatkan oleh makhluk bernama Danyang itu hanya untuk sesuatu yang kamu sendiri tak tau akan berakhir seperti apa?" Dayu bertanya, tapi masih sambil terus berlari.Dia melihat ke depan, sementara ayunan kakinya menjadi lebih pendek, langkahnya terasa berat karena pengaruh putaran asap hitam yang memberinya tekanan kuat, membuat Dayu terus ditekan untuk menempel ke pohon keramat."Kekuatan dan kesaktian adalah apa yang paling dibutuhkan dalam hidup. Kamu kira, kamu akan bisa bahagia hidup dengan dibayangi kematian?" Anto menyahut dari belakang.Dayu masih mencoba berlari, tapi Anto berhasil meraih bagian belakang hoodie yang dia pakai dan menariknya, membuat Dayu terjungkal ke belakang dan terjatuh.Kekuatan pusatan dari asap hitam nyaris menyeret Dayu karena dia jatuh searah dengan arah putarannya, melawan arah gerak jarum jam.Sebelum tubuhnya ditelan oleh as
Read more

Sentuhan

Langkah Nala berhenti pada hitungan ke tiga belas. Dia yang sudah separuh mengayunkan kaki untuk mencapai langkah berikutnya, memilih untuk menarik kembali kakinya dan berdiri tenang.Tangannya masih dalam pose serupa. Terjulur ke samping hingga ujung jari jemarinya yang panjang berada di dalam pusaran asap hitam itu. Dia bisa mendengar dengan jelas raungan dari dalamnya, jeritan kemarahan, teriakan ketakutan. Segala perasaan buruk, hal-hal negatif dan dendam berkumpul menjadi satu, berputar bersama energi besar Danyang.Nala bisa merasakan aliran energi yang menyertai pusaran itu, aliran energi yang telah dikotori oleh keserakan dan tipu daya.Matanya terpejam setelah terdengar suara yang dia kenal. Nala menurunkan kelopak matanya, mencoba lebih fokus menangkap suara dengan indera pendengarnya.Sekali lagi, dia bisa mendengar suara yang dia kenal dengan jelas. Cowok itu menundukkan wajahnya sejenak, dia memejamkan mata dan mendoakan satu nama yang baru saja dia dengar suaranya."Nala
Read more

Langit Kaca

Seperti apa rasanya nenjadi tumbal untuk sebuah kekayaan, jabatan, dan juga keserakahan dari orang yang dekat dengannya. Oh, haruskan Dayu menjelaskan betapa dia ingin mecakar wajah Gendis, betapa dia ingin menenggelamkan Anto di samudera pasifik. Yah, karena rasanya dikhianati seperti dikirim menuju ke titik Nemo tanpa pernah dijenput kembali. Mengapa dia harus mengalami hal-hal yang sebelumnya tidak dia percayai? Mengapa di saat dia hanyalah seorang gadis sembilan belas tahun yang sedang marah pada situasi hidupnya, dia justru harus menghadapi sebuah malapetaka di mana keluarganya ditumbalkan oleh rekan kerja yang sangat ayahnya percayai? Oh, Dayu benar-benar tau habis pikir. Matanya terus memandang ke arah langit warna ungu yang retak. Garis memanjang bergerak pelan, tapi retakan itu terus bertambang panjang. Suara kaca yang pecah terdengar jelas, tapi Dayu tidak bisa menemukan dari mana arahnya. "Dayu, apakah kamu ada di sana? Apa kamu bisa mendengar suaraku?" Suara Nala ter
Read more

Penyusup

"Nala, ini adalah seekor laba-laba!" Dayu berseru dengan cukup nyaring.Nala yang mendengar suara seruan Dayu sedikit mengerutkan keningnya. Suara gadis itu melengking dan sejenak menutup suara lain yang sedang dia dengarkan di saat yang sama."Apakah yang datang mendekati kamu itu adalah seekor laba-laba?" tanya Nala lagi, suaranya masih tenang namun lebih pelan.Nala bukannya tidak antusias dengan apa yang Dayu katakan, dia hanya mulai merasakan efek dari pertarungan dua Danyang itu. Tubuhnya mulai melemah dan asap hitam dari tubuhnya menjadi lebih pekat.Kedua kakinya yang menapak di tanah kosong serasa ingin memaksanya untuk berlutut, tapi Nala tetap bertahan. Matanya berkedip tiap kali dia merasakan nyeri hebat di dadanya, sesuatu yang sebenarnya tidak asing dan sudah acap kali dia hadapi, tapi kali ini, karena tubuhnya yang melemah, dia merasakan sensasi yang jauh lebih parah.Jawaban Dayu terdengar, menjelaskan bahwa gadis itu yakin yang datang mendekatinya adalah seekor laba-l
Read more

Sejauh Indera

Dayu kehilangan rasa lega yang sudah ditumbuhkan oleh Nala begitu melihat sepasang mata raksasa yang muncul di langit ungu sana. Mata itu begitu besar, memandang ke arahnya dan pohon keramat dengan tatapan yang menakutkan.Bola mata itu berwarna hitam, dengan bulatan merah di tengahnya. Rasanya sangat menakutkan sampai Dayu tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia kehilangan kemampuannya untuk berpikir, dia tak bisa melakukan apapun. Bibirnya terkunci, sementara tubuhnya membantu.Dayu sangat yakin, dia sendiri tak tau dari mana dia bisa merasa seyakin itu, tapi dia merasa bahwa apa yang Nala sampaikan sebelumnya seharusnya adalah sebuah berita baik. Dayu merasa bahwa mata besar itu seperti mata pemangsa, bukan salah satu dari berita baik yang dia harapkan.Mata besar itu menatapnya, lalu dia berkedip. Dayu semakin gemetaran. Mungkin perasaannya sama seperti seekor ikan yang bersembunyi di celah karang, sementara manusia dengan mata bengisnya mencoba mengincar keberadaannya, mengancam ke
Read more

Dua Danyang

"Dayu!!" Nala menyebut nama Dayu dengan suara yang lebih kuat saat kaki gadis itu ditarik masuk kembali ke dalam pusaran asap hitam. Dayu bertahan dengan berpengang pada tangan Nala, sementara pergelangan tangannya yang lain digenggam erat oleh Nala. Mereka bertahan dengan cara itu meski Dayu merasa bahwa seperti ada yang melilit kedua pergelangan kaki sampai ke betisnya, sesuatu yang entah apa tapi Dayu bisa merasakan bahwa benda itu panas, memberinya rasa terbakar. Asap hitam sendiri terus melewati tubub Dayu dan menyeberang menuju ke tubuh Nala. Dayu mengangkat wajahnya, mengalihkan tatapannya dari makhluk-makhluk mengerikan yang merangkak di seluruh permukaan tanah dan mencoba untuk memperebutkan Nala. Dalam posisi itu, mereka berdua seperti bertahan antara menjadi makanan Danyang atau dicabik-cabik sampai habis oleh makhluk-makhluk yang merangkan berhimpitan dengan wajah hancur dan rahang terbelah itu. "Tidak apa-apa, Dayu. Tolong tetaplah yakin. Kita berdua, Dimas dan semuany
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status