Beranda / Horor / DANYANG / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab DANYANG: Bab 1 - Bab 10

99 Bab

Kecelakaan

Jalanan bergelombang, berkerikil, berdebu, sempit pula. Sudah berulang kali Dayu memaki tanpa suara. Tak ada apa pun yang membuat suasana hatinya sedikit membaik sejak mobil mulai bergerak meninggalkan rumah lamanya yang nyaman. Setelah ratusan kilometer, tetap saja wajahnya mendung."Apakah masih lama, Yah?" Dimas, saudara tiri baru yang baru Dayu kenal beberapa hari terakhir bertanya."Cih!" Dayu berdecih, pelan sekali. Tentu saja gadis itu tahu dia baru saja melakukan ketidaksopanan yang ke sekian kalinya hari itu, tapi dia tak bisa menahan lisannya.Dayu hanya kurang suka Dimas memanggil ayahnya dengan sebutan yang sama. Padahal sehari sebelum ayah dan ibu Dimas menikah, cowok enam belas tahun itu masih memanggil ayah dengan sebutan Om dan terlihat sangat canggung. Dayu sendiri masih merasa tak nyaman dengan keberadaan orang-orang asing yang tiba-tiba menjadi anggota keluarganya, bahkan membuatnya harus pindah ke sebuah kabupaten di provinsi lain.Tante Sekar sebenarnya tak benar-
Baca selengkapnya

Korban Yang Hilang

"Maaf mengejutkan kalian, tapi apakah benar kalian adalah korban kecelakaan di hutan jati sore tadi?" tanya seorang laki-laki muda berperawakan tinggi kurus.Dayu memandang dengan tatapan menyelidik. Laki-laki muda itu membawa kamera dan berkaca mata, terlihat seperti seorang jurnalis tapi tak memakai tanda pengenal atau pun kartu pers. Dayu jelas merasa wajib untuk curiga pada orang itu.Laki-laki itu memang tak tampak seperti penjahat, tapi Dayu tak mengenalnya dan ketika dia melihat reaksi Dimas, cowok itu pun tak menunjukkan gelagat sudah mengenal laki-laki itu."Ah, maaf. Saya bukan wartawan. Nama saya Anto, dan kebetulan saya sedang mengumpulkan bahan untuk tulisan saya mengenai hutan itu." Laki-laki itu akhirnya berinisiatif untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.Dayu memutar pandangannya, mengalihkannya pada Dimas yang hanya diam saja. Tampaknya, Dimas tak merasa tertarik dengan kedatangan Anto, tapi juga tak terlihat terganggu. Dayu sebenarnya juga tak ingin menanggapi,
Baca selengkapnya

Supir Pengganti

"Apa mungkin ayah kami keluar lebih dulu dari mobil, lalu mencari bantuan?" Anis bertanya pada polisi muda di hadapannya.Sayangnya jawaban yang dia harapkan bertolak belakang dengan gelengan kepala laki-laki itu."Tak ada tanda seseorang keluar dari pintu depan. Kondisi mobil tidak memungkinkan, kami sudah memastikan itu. Sekarang, kami sedang menunggu hasil pemeriksaan terhadap darah di jok depan untuk memastikan bahwa benar ayah dan ibu kalian ada di sana saat kejadian." Polisi itu bertutur dengah menahan diri.Dayu memandang tajam ke arah tangan si polisi. Tangan itu gemetar. Dayu yakin ada sesuatu yang ingin polisi itu sampaikan atau tanyakan tapi dia tak mengutarakannya. Lagi pula, tak ada penjelasan yang masuk akal untuk kedua belah pihak.Polisi tak menemukan tanda keberadaan siapa pun di sekitar lokasi, keterangan bahwa mobil dalam keadaan terkunci dan tak ada jejak seseorang keluar dari dalam mobil. Dengan semua fakta yang mereka temukan di lapangan, sangat wajar jika apa ya
Baca selengkapnya

Menjadi Hantu Sebelum Mati

Dayu berdehem, mencoba menetralkan pening di kepalanya yang makin menjadi."Jadi, apakah kamu mencoba mengatakan kepadaku, bahkan jika polisi nantinya menyatakan bahwa ayah, tante Sekar dan supir itu menghilang, para warga sekitar hanya akan membiarkannya saja?" tanya Dayu.Anto membuang napas, terlihat jelas menyesali jawaban yang harus dia berikan sebelum akhirnya dia mengangguk."Jangan salahkan mereka. Daerah itu cukup terpencil, satu jam dari sini. Belum lagi, banyak dari mereka yang tak berpendidikan tinggi, dibesarkan dalam kepercayaan mengenai kerajaan ghaib pula. Mereka bukan tidak peduli, mereka hanya terlanjur mempercayai bahwa mereka harus berbagi wilayah dengan penguasa tempat itu." Anto mencoba untuk membuka pemahaman Dayu.Mereka diam untuk sejenak, sampai kemudian Dayu meminta Anto untuk meninggalkannya sendirian. Awalnya, Anto masih mencoba untuk tetap di sana, tapi Dayu mengatakan dia butuh waktu untuk berpikir dan mengingat-ngingat apa yang sebenarnya terjadi saat k
Baca selengkapnya

Danyang, Penguasa Kerajaan Ghaib

"Siapa itu Danyang?" tanya Dayu.Dokter muda itu diam, seperti menyesal telah bertanya.Tak ada obrolan lebih lanjut, karena pembicaraan dokter dengan Anis juga sudah selesai. Dokter muda itu sepertinya adalah calon dokter yang sedang menjalankan koas di rumah sakit itu, jadi begitu sang dokter pergi, dia pun mengikuti.***Dayu tertidur setelah minum obat, dan baru bangun setelah lewat jam lima sore. Saat dia bangun, Anis tak ada di kamar, tapi ada pesan dari kakaknya itu bahwa Anis harus pergi ke kantor polisi untuk membahas masalah kecelakaan dan menghilangnya orang tua mereka, sekaligus pergi ke rumah duka dari supir pengganti.Selama sepuluh menit, Dayu hanya diam di dalam kamar, baru kemudian pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Dia baru saja ingat, wajahnya belum tersentuh air sama sekali sejak sadar.Merasa segar tapi kesepian, Dayu melangkahkan kaki keluar dari kamar rawatnya. Lukanya masih terasa nyeri, tapi Dayu mengabaikannya.Suasana lengang karena tak banyak oran
Baca selengkapnya

Benang Merah

Dayu ingin sekali meneriakkan bahwa apa yang Nala katakan tidak masuk akal. Lelaki muda itu seorang dokter koas, seharusnya berpikir rasional, seharusnya bersikap masuk akal. Tapi, tak ada yang bisa Dayu tolak lantaran Nala sendiri bisa menunjukkan sesuatu yang seperti sihir itu. Tak mungkin Dayu berpikir lebih jauh, menyangkal dan menuduh Nala sebagai pesulap.Benang merah itu nyaris transparan, tapi nyata adanya meski semula Dayu tak bisa melihatnya. Dimas juga terlihat sama kagetnya, tak menyangka ada benda semacam melilit lehernya.Dayu mencoba memastikan apakah benang merah itu asli dengan menyentuhnya, tapi begitu tangannya nyaris mencapainya, benang merah itu menghilang."Kamu tak bisa menyentuh benda itu, karena kamu adalah mangsanya. Benda ini akan menandai kalian berdua, dan membawa Danyang ke tempat di mana kalian berada, atau sebaliknya, tanpa kalian sadari membawa kalian mendatangi wilayah yang Danyang kuasai. Benda ini seperti jerat yang tidak bisa kalian lepas selama ka
Baca selengkapnya

Tumbal

Dayu menceritakan pada Anto setiap detail yang dia ingat, meski dia sendiri yakin bahwa ada bagian yang tak bisa dia ingat."Aku sangat yakin nendengar suara jeritan saat itu, bersamaan dengan suara benturan antara mobil kami dengan truk yang ada di depan. Aku sudah mengkonfirmasinya pada Dimas dan dia pun mengatakan hal yang sama, kami berdua sama-sama mendengar jeritan itu. Sebagai catatan, itu bukan suara salah satu dari kami, ayah atau tante Sekar. Aku bahkan tak yakin itu jeritan apa." Dayu mengakhiri ceritanya."Setelah itu, kamu tak ingat apa-apa lagi?" tanya Anto.Dayu menganggukkan kepalanya. Dia benar-benar tak ingat apa yang terjadi setelah itu."Itu sama persis seperti apa yang aku alami, hanya saja aku tak mendengar suara jeritan seperti yang kamu sebutkan. Aku hanya ingat aku melihat sebuah truk datang dari arah depan, itu saja." Anto menyebutkan kesamaan kejadian yang mereka alami."Lalu, apa saja yang kamu lakukan setelah itu?" tanya Dayu.Anto diam sejenak, mengingat-
Baca selengkapnya

Perhitungan

Dayu melirik ke kanan dan ke kiri. Dia mulai dihinggapi ketakutan dan kecemasan, membuatnya tak ingin memejamkan mata apalagi tertidur meskipun obat membuatnya mulai mengantuk. Dayu takut dia akan mulai memasuki mimpi menakutkan di hutan yang suram itu lagi jika jatuh terlelap.Dayu merasa tak nyaman. Dia mengenakan selimut sampai ke dada tapi masih merasakan dingin yang berasal dari sekitarnya. Seolah udara di dalam ruang rawatnya menjadi lebih dingin dan lebih lembab, membuat Dayu merasa seperti tengah berada di dalam hutan jati yang ada dalam mimpinya, tapi dalam versi yang lebi lh dingin.AC memang menyala, tapi suhu di dalam ruangan itu diatur untuk tak kurang dari dua puluh empat derajat celcius oleh Anis, sesuai keinginan Dayu.Setelah dokter yang memeriksanya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, Anis menemaninya sebentar. Namun, setelah setengah jam mereka bicara mengenai perkembangan kasus menghilangnya ayah dan tante Sekar, Anis meninggalkan Dayu sendirian u
Baca selengkapnya

Dukun

Nala menghena napas, seolah lelaki muda itu tengah menyesali sesuatu. Dayu tak mengucap sepatah kata pun, tak mengeluarkan suara bahkan tak membuat gerakan yang terlalu jelas meskipun dadanya terasa nyeri dan sesak. Rasa sakit menjalar dari dada sampai ke seluruh tubuhnya, sementara kepalanya berdenyut nyeri.Dokter koas itu duduk dengan gelisah di sofa, tak mengatakan apa pun lagi setelah pembicaraan singkat mereka yang terakhir. Dayu awalnya mengira Nala akan segera pergi dan meninggalkannya begitu saja seperti apa yang sudah terjadi sebelumnya, tapi ternyata pemilik wajah teduh itu justru hilir mudik di depan pintu kamar rawat Dayu yang sengaja dibiarkan terbuka, lantas duduk di sofa seperti sekarang."Aku tidak menyukai hal ini, kenapa aku aku harus melakukannya tadi?" Nala mengkritik dirinya sendiri. Dari tindak tanduknya, sepertinya Nala bahkan telah lupa bahwa dia tak sedang sendirian di sana, dan tanpa sengaja memperdengarkan keluhannya pada Dayu."Apa yang tidak kamu sukai, N
Baca selengkapnya

Sang Perantara

Brakk!!Suara itu keras, tentu saja membuat fokus tiga orang di dalam ruang rawat VVIP itu terpecah. Dayu hanya bisa menoleh sementara Anto langsung berdiri, hendak memeriksa benda apa kiranya yang jatuh di balkon."Jangan dibuka. Biarkan saja, dia mencoba mengganggu!" Nala memberi instruksi dengan cukup tegas.Anto dan Dayu sama-sama menoleh ke arah dokter koas itu karena tak paham dengan apa yang Nala coba sampaikan. Awalnya, Anto terlihat tak bisa menangkap apa yang Nala maksud, apa lagi Nala justru tak terlihat menoleh sama sekali. Dokter koas itu malah bertingkah seakan tak mendengar apapun. Anto yang tak mendapat jawaban akhirnya kembali duduk.Brak !!!Suara benda jatuh setelah dilempar dengan keras sampai menabrak dinding terdengar lebih kerasa. Masih dari arah balkon.Dayu menoleh seketika dan dia terkejut melihat sepintas ada makhluk bertubuh besar dengah tangan panjang nyaris mencapai lantai menatap ke dalam. Matanya merah terang."Jangan dilihat!" Nala berkata, memperingat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status