Home / Horor / DANYANG / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of DANYANG: Chapter 11 - Chapter 20

99 Chapters

Sang Pengikat

Dayu diam sejenak, memikirkan kembali apakah dia perlu menanyakan pada Nala cara apa yang dokter koas itu maksud. Cara lain yang bisa membantu dirinya, cara untuk mengetahui siapa dukun itu, siapa yang telah menjadi penghubung antara seseroang dengan Danyang. Yang lebih penting lagi, tanpa bisa membuka mulut dukun yang mulai mengirimkan teror padanya itu, Dayu tak akan tahu siapa yang sudah menumbalkan dirinya, Dimas, ayah dan tante Sekar.Ada sesuatu yang membuat Dayu merasa ragu. Apakah dalam waktu yang hanya tersisa sembilan puluh lima hari, dia bisa menyelamatkan dirinya dari Danyang. Apakah dalam waktu yang akan terus berkurang seperti butiran halus di dalam jam pasir itu dia akan bisa memutus benang merah yang sudah terlanjur mengikat dirinya dengan Danyang.Apakah dia bisa menyelamatkan Dimas, ayah dan tante Sekar atau pada akhirnya harus menerima bahwa dia akan kehilangan segalanya. Dayu tak yakin dirinya akan sanggup kehilangan ayah setelah jauh sebelumnya telah kehilangan so
Read more

Jangan Sebut Namamu

Dayu melangkah mundur. Tubuhnya gemetar. Teriakannya diredam oleh sesuatu yang tak bisa dia pahami. Dia sudah berteriak, tapi telinganya tak mendengar suaranya sendiri. Dayu hanya bisa mendengar suara angin yang bergerak berisik dari dalam hutan, seolah seseorang sedang berlari menembus pengap dan rapatnya vegetasi di bawah naungan pohon-pohon jati untuk mendatanginya.Tubuh ayah dan tante Sekar yang tergantung di salah satu cabang dari dua pohon jati yang berdekatan tak terlihat seperti orang mati. Mata mereka terbuka dan menatap Dayu dengan cara yang aneh, membuat Dayu menjadi semakin ketakutan.Dayu terus mundur.Suara berisik terdengar mendekatinya dari kedalaman hutan. Dayu ingin secepatnya berlari, tapi dia tak bisa menggerakkan tubuhnya dengan baik."Jangan diam saja, ayo lari!!"Seseorang berteriak persis di belakang Dayu. Tak sempat menoleh, tangan Dayu sudah diraih dan dia terpaksa mengikuti ayunan kaki cepat milik orang itu.Tangannya hangat, tapi Dayu tak bisa melihat waja
Read more

Klakson Tiga Kali

Dayu melihat bagaimana mata Nala sempat berkilat dengan warna merah, seolah ada api yang sedang dibakar di dalam kedua mutiara cokelat bening miliknya itu saat kelopak mata yang indah terbuka."Apa yang kamu lakukan di sini? Aku tidak menerima tamu tak diundang." Nala berucap dengan tenang tapi begitu dingin, membuat Dayu berpikir dia baru saja mengganggu dokter koas yang tampaknya begitu ngebut saat sekolah dan kuliah itu.Mungkin saja dia baru saja mengganggu tidurnya yang berharga. Dari apa yang Dayu dengar, pada dokter seperti Nala tak punya banyak waktu untuk dirinya sendiri, bahkan untuk sekedar tidur sekalipun."Maafkan aku. Aku tahu, aku baru saja mengganggu kamu. Tapi, bisakah aku menanyakan sesuatu?" tanya Dayu.Nala memisahkan punggungnya dari tembok yang dia sandari. Sebelumnya, Dayu sengaja mencarinya dan menemukan bahwa Nala sedang memejamkan mata dan duduk bersandar di tembok, tak jauh dari ruang mayat yang sepi. Entah apa yang dilakukan oleh dokter koas itu di sana, di
Read more

Teror Dimulai

Motor yang Anto kemudikan akhirnya memasuki sebuah rumah paling ujung, sebelum tikungan. Rumah itu bisa dibilang sangat sederhana, meskipun rumah-rumah di sekitarnya juga tak jauh berbeda. Bisa dikatakan, rumah di dusun itu kurang lebih memiliki model dan karakteristik yang tak jauh berbeda. Pilar dari batang jati yang telah diamplas dan diukir dengan cantik, tembok bata merah, dengan halaman yang cukup luas.Awalnya, Dayu kira Anto salah jalan, karena cowok itu membawanya memasuki sebuah jalan sempit, lalu melewati jembatan yang hanya selebar satu meter. Rupanya, Anto menemukan jalan pintas itu agar bisa sampai lebij cepat.Ada dua pohon mangga besar di halaman rumah sang dukun, dan tiga motor parkir di bawah pohon lain yang berbunga warna api. Anto sendiri memarkirkan motornya tepat di sebuah motor lain, yang terlihat masih sangat baru.Dayu memutar tubuhnya, mencoba mengamati keadaan sekitar rumah dukun itu.Di depan rumah, ada pelataran yang cukup luas. Masih cukup jika akan diban
Read more

Tumbal Tujuh Nyawa

Tak ayal lagi, Dayu menjerit ketakutan karena berhadapan dengan kepala, yang menempel pada dinding di belakang kursi yang sedang dia tempati. Anto yang duduk di sebelahnya bukan hanya ikut terkejut, tapi juga menjadi panik karena Dayu secara mendadak menjadi histeris dan berlari keluar dari ruang tamu rumah dukun itu.Dua orang gadis cantik yang baru berdiri karena sudah tiba giliran mereka menerima jasa dari sang dukun batal masuk ke ruang berikutnya karena ulah Dayu. Mereka berdua terlihat bingung, sementara Anto segera berlari keluar untuk mengejar Dayu."Yu, ada apa? Kamu kenapa?" Anto menahan Dayu yang sudah hampir berlari ke jalan tanpa peduli jika ada pengendara motor yang tiba-tiba lewat atau apa.Dayu gemetaran. Langkahnya sudah berhenti, tapi dia masih belum bisa bernapas dengan tenang. Dayu langsung duduk di atas tanah, di halaman rumah sang dukun tanpa mau menoleh ke belakang."Sepertinya aku sudah gila!" Dayu berucap dengan napas yang masih terengah dan wajah menunduk, me
Read more

Tumbal Ke Tujuh

"Tidak bisa. Tumbalnya pasti tujuh nyawa. Kamu mungkin hanya menghitung enam orang tapi apa yang bisa membuat kamu yakin tidak akan ada korban ke tujuh. Dalam kontrak dengan penguasa alam ghaib, masih ada kemungkinan para tumbal ini tidak mati di saat yang sama." Mbah Nom menjawab dengan cara berpikir yang tak bisa Dayu komentari lebih jauh.Benar. Dia bahkan tak tahu siapa orang yang telah menumbalkan dirinya dan juga keluarganya. Dia bahkan tak mengenal dua orang di dalam truk. Lebih jauh dari itu, tidak ada saksi yang bisa memastikan bahwa tidak ada orang lain yang juga menjadi korban saat itu, bisa juga tumbal ke tujuh memang tak ada di sana saat itu.Oh, keberadaan tiga orang yang ada di saat saat kecelakaan terjadi saja masih menjadi pertanyaan bagi semua orang. Polisi sama sekali tidak menemukan petunjuk, sementara Dayu juga tak bisa mengingat apa yang persisnya terjadi saat kecelakaan berlangsung."Harus saya katakan, persetan dengan tumbal ke tujuh itu. Saya hanya memikirkan
Read more

Darah Danyang

Dayu duduk dengan sedikit canggung, padahal dia bukan satu-satunya gadis di sana. Ada adik perempuan Nala yang seumuran dengannya, meski dilihat dari sudut tata surya sekalipun gadis itu terlihat jauh lebih teguh dari Dayu.Naya, adik perempuan Nala itu juga seorang mahasiswi seperti Dayu. Bedanya, jika Dayu hanyalah seorang mahasiswi yang kuliah untuk sekedar mengisi waktu, supaya tak sendiri, dan karena keinginanan ayah, Naya sejak tadi bisa sudah bisa berdiskusi dengan tenang dan hangat bersama Nala dan dua adik kembar mereka. Salah satu dari si kembar adalah cowok bermata cokelat mirip Nala yang tadi menatap Dayu lalu memilih bersembunyi."Sepertinya keluarga kalian hangat sekali. Aku jadi iri." Dayu berkata terus terang. Yah, dia bukan seseorang yang berbicara lembut di depan tapi mengutuk di belakang, Dayu akan dengan senang hati mengutuk langsung di depan orang yang dia maksud.Dayu sama sekali tak menyukai seseorang bermuka dua, dan dia tak ingin menjadi salah satunya."Yah, t
Read more

Gadis Penjaga Gerbang

"Bagaimana kamu bisa mengetahui hal itu? Apakah Nala yang memberi tahu kamu, Nay?" Anto bertanya dengan sedikit gugup.Dayu melirik ke arah cowok yang duduk bersila di sampingnya itu. Dayu merasa Anto terlalu khawatir. Lagi pula, jika Nala memberi tahu Naya sekalipun, Dayu pikir tidak ada salahnya. Mereka berdua kakak dan adik, sangat mungkin untuk membahas berbahagi hal bersama. Meski Dayu pikir Naya mungkin memang seperti Nala dalam hal perihal perghaiban. Mungkin saja Anto merasa dia akan dianggap aneh jika makin banyak orang yang tahu tentang dirinya, seseorang yang mengejar informasi mengenai sosok makhluk ghaib penguasa tempat keramat bernama Danyang.Naya tersenyum."Tidak. Kak Nala punya kecenderungan untuk tidak membahas masalah orang lain, atau rahasia yang dipercayakan kepadanya pada siapa pun. Kadang, tak ada yang tahu bahwa dia mengalami sesuatu sampai seseorang memberi tahu kami." Naya menjawab dengan senyuman yang tenang.Dayu turut tersenyum. Dia semakin yakin bahwa Na
Read more

Dukun Kedua

"Jadi, apa yang sudah kalian dapatkan dari dukun pertama yang kalian datangi?" Nala bertanya.Angin bergerak sepoi dari arah persahan, membawa aroma padi dan lumpur hitam, serta suara gesekan dua permukaan daun. Nala yang sedari bergabungnya Dayu dan Anto nyaris tak bersuara kecuali jika ditanyai akhirnya mulai menunjukkan taringnya lagi.Dayu pikir, sebenarnya Nala memang tak ingin melibatkan adik-adiknya. Seperti yang sudah cowok itu ungkapkan pada Dayu sebelumnya, mengenai alasannya batal pulang ke rumah. Cowok itu mungkin mengambil langkah preventif untuk menghindari hal-hal yang tidak diingibkan. Jadi, dengan kata lain Naya memang mengetahui bahwa Dayu adalah seorang tumbal untuk Danyang tanpa campur tangan dari kakaknya."Dukun itu mengatakan bahwa sangat sulit untuk melepaskan diri dari penumbalan itu, dan dia juga mengungkapkan soal tujuh tumbal nyawa manusia. Tapi, hal yang seru adalah bagaimana aksi Dayu setelah mendengar tawaran dari dukun itu untuk membuat perjanjian denga
Read more

Altar

"Hwaaaaaa!!!"Dayu berteriak sangat keras sampai gelombang suaranya menggetarkan rumah milik Mak Nik. Tapi tenang saja, dia hanya berteriak di dalam angan-angannya saja, sebenarnya dia bahkan tak bisa menggerakkan bibirnya.Pemandangan di hadapannya, begitu pintu ruangan itu terbuka lebih lebar, tak seperti yang diharapkan oleh siapapun. Ruangan itu tak lebih besar dari ruang tamu, tanpa penerangan yang cukup, tanpa jendela. Sirkulasi udara yang tak begitu baik membuat aroma yang berasal dari apapun di dalamnya berputar terus dalam ruangan itu dan menciptakan kombinasi amis, bau busuk sesajen yang belun diganti, aroma dupa, aroma kayu tua lapuk dan asap, semua beecampur menjadi satu.Tapi, apa yang paling membuat Dayu ingin berteriak adalah asap hitam yang sepintas dia lihat berkumpul di sebuah altar dengan sesajen lengkap. Ayam yang sepertinya baru saja disembelih diletakkan berjejer dengan rapi, ditaburu bunga warna-warni. Di ujungnya ada sebuah bejana kuningan yang berisi cairan me
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status