Beranda / Horor / DANYANG / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab DANYANG: Bab 31 - Bab 40

99 Bab

Pantangan

Dayu membiarkan Leah membantunya menuang air kelapa muda ke dalam gelas, lalu meminumnya dengan sedotan. Gadis itu lantas duduk di sofa dan minum sambil menerima panggilan telepon. Dayu tak tahu apa yang Leah bicarakan karena dia sama sekali tak terbiasa dengan bahasa Prancis.Senyumnya terkembang tanpa sadar saat rasa ringan dari air kelapa muda menyapa indera pengecap, mengenalo rasa yang pernah singgah sebelumnya. Rasa lembut dan ringan dari air kelapa muda itu sama seperti yang pernah Dayu nikmati di rumah makan, sebelum dia menyambangi rumah dukun perempuan bernama Mak Nik itu.Berbicara soal Mak Nik, Dayu tidak mendengar apa pun mengenai wanita yang sudah menjadi perantara dalam penumbalannya itu dari Anto. Beberapa hal terjadi sementara Dayu sendiri, entah bagaimana baru menyadari betapa dia seolah melupakan mengenai dukun itu.Anis datang bersama dengan Dimas sekitar setengah jam kemudian. Leah menyambut keduanya dengan senyuman, begitu juga dengan Dayu. Dimas mengangkat kanto
Baca selengkapnya

Pantangan 2

Dayu tersenyum melihat dokter koas yang sudah beberapa hari ini tidak benar-benar bisa ia temui itu masuk ke ruang rawatnya. Dengan senyuman tenangnya yang mengirimkan kesan lembut, Nala menyapa satu persatu tiga cewek bersaudari di dalam ruangan yang kini menebarkan aroma bakso itu."Kamu sudah jauh lebih baik sepertinya." Nala berucap sambil memnadang Dayu, masih saja dengan senyumnya itu.Dayu mengangguk.Anis segera menawari Nala untui turut makan bersama dan bersiap mengambil mangkok tambahan, tapi Dayu justru yang bereaksi cepat. Dia nyaris saja mencetuskan ide untuk memesan makanan lain karena ingat bahwa Nala hanya memakan sesuatu yang sangat sederhana, dan cenderung berwarna pucat. Dayu masih ingat dengan sangat jelas sewaktu makan bersama Nala dan tiga adiknya, cowok itu hanya makan putih telur rebus dan nasi putih saat di meja terhidang berbagai menu yang bisa dia pilih.Akan tetapi, Dayu membatalkan niatnya karena melihat Nala mengangguk dan duduk posisi yang berlawanan d
Baca selengkapnya

Mengikuti Jejak Pelaku

Nala tak bergeming sama sekali. Sepertinya, suara berdenging yang memekakkan telinga itu sama sekali tak mengusik Nala. Sosok makhluk ghaib dengan wujud empat puluh persen mirip manusia itu merangkak cepat ke arah Nala. Dayu masih bisa melihat bagaimana makhluk itu bergerak dalam ketakutannya.Dimas terus menunduk, makin dalam, sementara Leah memeluknya, sementara Dayu berada di antara ketakutan, kecemasan, dan khawatir pada Nala tapi juga merasa lebih aman karena Nala tidak terlihat ketakutan sama sekali. Sebaliknya, sekarang justry makhlui itu yang terlihat kebigungan. Dia bergerak cepat di seluruh dinding hingga memenuhi seluruh permukaan bidang bercat putih gading itu dengan noda kecoklatan seperti darah yang sudah mulai membusuk."Nala!" Dayu hanya bisa memanggil nama dokter koas yang punya kemampuan untuk berinteraksi dengan makhluk halus itu saat sosok aneh berambut tipis panjang itu bergerak ke arahnya.Nala juga cukup cepat. Meski biasanya dia terkesan tak banyak bergerak dan
Baca selengkapnya

Calon Tersangka

Dimas membaca satu demi satu nama yang bisa dia temukan dalam buku tamu. Sengaja, cowok enam belas tahun ini meminta salah seorang asisten rumah tangga di rumah lama mereka yang kini hanya ditempati oleh Anis untuk mengirinkan foto yang mencangkup setiap lembar buku tamu. Tak banyak nama, tak sampai lima puluh orang tamu undangan.Sambil mendengar Dimas membaca nama-nama yang tercatat di buku tamu, Dayu memperhatikan setiap wajah yang tertangkap lensa kamera, setiap jejak yang ditinggalkan, setiap gerakan yang mungkin akan membuatnya merasa curiga."Apakah menurut kamu ada nama yang mencurigakan?" Dimas menanyakan pendapat Dayu setelah selesai membaca tepat lima puluh nama, termasuk namanya sendiri dan nama Dayu. "Entahlah. Semua nama itu sebenarnya tidak asing. Selama ini mereja juga tidak menunjukkan gejala sebagai seorang kriminal. Hubungan mereka dengan ayah juga tidak bisa dikatakan buruk. Mereka diundang karena ayah mempercayai mereka dan menganggap mereka sebagai orang-orang t
Baca selengkapnya

Suara Dari Balkon Lantai 4

Dayu meneteskan air mata dan mencengkeram erat selimutnya. Perasaannya tak karuan, campur aduk menjadi satu. Sampai jam tiga pagi, Dayu belum memejamkan mata dan membiarkan video terpause di bagian supir truk yang telah ditemukan tewas itu menerima bingkisan.Selama satu jam Dayu menggunakan waktunya untuk memastikan apakah laki-laki itu adalah supir yang sama, supir yang akhirnya tewas dan rupanya dia benar. Setelah berselancar di internet, Dayu menemukan foto laki-laki yang sama dengan supir itu. Foto dan berita itu diunggah saat ada yang menuliskan mengenai misteri menghilangnya ayah, tante Sekar dan supir itu.Sekarang, Dayu tahu siapa yang kemungkinan besar sudah menjadi penyebab dirinya dan keluarga barunya mengalami kecelakaan itu, membuat mereka menjadi tumbal bagi Danyang untuk keserakahan hati manusia yang memang tak akan pernah puas.Tok tok tok!Deg.Dayu memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut nyeri meski hanya untuk sekali. Suara ketukan pada pintu balkon mengejutkan
Baca selengkapnya

Jebakan

Dayu terpeleset begitu sebelah kakinya menapak di lantai yang ada di balik pintu, sementara pandangannya masih terhalang kerumunan banyak sekali kelelawar yang masih berterbangan menutupi pintu.Awalnya, Dayu kira dia hanya terpeleset karena lantai yang licin dan basah. Mungkin saja kamar itu baru saja selesai dibersihkan dan dipel, jadi sisa pembersih lantai membuat lantai menjadi lebih licin saat dipijak. Akan tetapi, begitu tubuh Dayu yang terpeleset meluncur masuk ke dalam kamar, ternyata apa yang dia perkirakan benar-benar salah.Penampakan kamar yang seharusnya cukup polos dan pucat, beraroma karbol dan antisentik, lantai marmer putih, brangkar yang kosong dan tirai warna hijau mint tidak terlihat lagi. Tubuhnya meluncur masuk ke dalam sebuah ruangan yang kurang lebih sama dengan ruang praktek Mak Nik, ruang persembahan dukun itu, lengkap dengan altarnya dan juga segala bentuk sesajen, aroma dupa dan bunga bercampur aroma darah busuk. Sungguh konbinasi yang pas untuk membuat ses
Baca selengkapnya

Kurungan

Dimas tak melihat Dayu dimana pun, bahkan setelah mengelilingi tempat-tempat sepi yang jarang dikunjungi di seluruh rumah sakit itu bersama Anto. Sambil terus berbicara dengan Leah yang meneleponnya tak lama sejak dia mulai menerima bantuan Anto, Dimas terus mencari. Pada akhir sore, di masih saja tak menemukan Dayu, hanya sosok-sosok yang dia pikir adalah hantu saja yang semakin banyak terlihat di sana.Gudang, halaman samping, halaman belakang, kamar mandi, sampai ke paviliun sudah Dimas datangi tapi tetap tak menemukan kakak tirinya itu.Setelah Dimas mengabarkan bahwa dia tak bisa menemukan Dayu pada Leah, dia diminta untuk kembali dulu ke ruang informasi. Kakak perempuan dan kakak tirinya sudah menunggunya di sana, dan Leah merasa khawatir Dimas juga akan menghilang jika tak segera ada dalam pengawasannya.Sebenarnya, Dimas tak mengerti mengapa Leah berkata demikian. Akan tetapi, demi memberikan perasaan lega dan tak membuat kakaknya itu menjadi lebih khawatir, Dimas mengiyakan d
Baca selengkapnya

Bercak Hitam

Dimas memapah Nala menuju ke kursi terdekat, lalu membiarkan Nala duduk di sana. Dimas tak tahu bahwa Nala dalam keadaan sakit atau bagaimana, tapi saat telapak tangannya bersentuhan dengan Nala, telapak tangan kanan dan kiri merasakan dua suhu yang berbeda. Dua sensasi yang seperti bertolak belakang satu sama lain.Telapak tangan kirinya yang memiliki bercak hitam seperti merasakan sengatan listrik tegangan rendah, menyebar sampai ke dada, menyengat jantungnya hingga berdetak kasar, memaksanya menjadi resah. Sementara tangan kanannya bisa merasakan bahwa suhu tubuh Nala sedang tinggi, kemungkinan Nala sedang demam tapi memaksakan diri untuk datang."Kak Nala, apakah kamu baik-baik saja? Kamu sepertinya demam?" Dimas menanyakan kondisi Nala pada dokter koas itu, yang lantas hanya dijawab dengan senyuman.Nala terlihat sangat kelelahan, napasnya tak beraturan. Begitu punggungnya bersandar, Nala memejamkan mata lalu mengatur napasnya sampai menjadi tenang dan teratur kembali, baru kemud
Baca selengkapnya

Penglihatan

Mak Nik langsung turut berdiri begitu melihat Dimas berjalan ke arah ruang prakteknya. Begitu juga dengan Bambang yang mengikuti dari belakang remaja itu. Dimas bergerak seperti tak menyadari bahwa Bambang sudah mengikutinya dan memandang dengan tatapan was was."Mau ke mana kamu, Nak?" Mak Nik bertanya, masih dengan suara lembut.Dimas tak menggubris. Dia tak mau menoleh sama sekali dan tetap mengikuti ke arah mana kiranya pada laba-laba kecil itu bergerak. Lagi pula, memandang ke arah dukun itu membuat seluruh rambut halus di lengannya berdiri, memberi Dimas pemandangan yang ngeri.Semua laba-laba kecil itu bercalan masuk ke dalam sebuah ruangan, melewati celah kecil di bawah pintu. Dalam penglihatan Dimas, di depan daun pintu itu tengah duduk sosok yang seluruh tubuhnya ditutupi rambut, terlihat kusam dan suram, dengan mata yang melotot ke arahnya.Dimas mundur tapi dia menunjuk ke arah pintu itu."Di sana tempatnya. Kak Dayu ada di sana, Pak!" Dimas berucap, ditujukan pada Bambang
Baca selengkapnya

Jiwa Kedua -1

Dimas hanya tersenyum, tapi dengan senyuman yang bisa membuat siapa saja ketakutan."Menurutmu, siapa aku, wahai manusia yang serakah?" tanya Dimas tanpa melepas senyumnya.Mak Nik tak lagi menjawab, tapi dia melemas dan akhirnya tak sadarkan diri.Dimas tak menaruh peduli, tak terlihat bersimpati. Sangat berbeda dengan sosoknya yang biasa terlihat. Dia meninggalkan Mak Nik yang tergeletak dan anak gadisnya yang panik.Tangan Dimas terulur, meminta kotak dari tangan Bambang. Polisi muda itu menatap Dimas sebentar sebelum menelan ludahnya sendiri dan menyerahkan kotak itu dengan gugup.Begitu berada di tangan Dimas, kotak itu seolah dipanaskan. Asap muncul dan sesuatu di dalam kotak itu mengelurkan suara seolah kotak sedanh diguncangkan, meski sebenarnya tidak sama sekali.Kotak itu akhirnya hancur dan Dimas sendiri juga jatuh tak sadarkan diri, membuat Bambang kelimpungan karena ada dua orang yang tak sadarkan diri di hadapannya.***Bersamaan dengan hancurnya kotak di rumah Mak Nik,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status