Beranda / Horor / DANYANG / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab DANYANG: Bab 61 - Bab 70

99 Bab

Jalan Dukun

Nala diam selama beberapa detik, seperti menciptakan hening begitu mendengar nama Anto disebut oleh Dayu. Tidak terlihat ada keterkejutan di sepasang matanya yang berkilauan, dan tidak ada riak di wajahnya yang tenang. Nala seperti menjelaskan lewat ketenangannya bahwa dia sudah mengetahui sesuatu terlebih dahulu, atau bisa juga cowok itu sudah menebak bahwa ada sesuatu yang salah. Nala, entah bagaimana memang selalu terlihat seakan dia sudah melangkah kebih awal, paling lambat, dia seakan selalu satu langkah di depan. Di saat yang sama, Dimas yang sedang teetidur dibawa oleh Leah dan si kembar untuk dibaringkan di sofa yang ada di meja sebelah untuk membuatnya lebih nyaman. Baru setelah saudarinya kembali, Dayu berpikir untuk memcah hening yang Nala ciptakan di antara mereka. "Apakah ini ada hubungannya dengan Anto? Sebenarnya, aku memikirkan hal yang buruk tapi aku berusaha menolaknya karena aku berharap bahwa aku hanya berprasangka saja." Dayu menuturkan apa yang dia bimbangkan
Baca selengkapnya

Pencalonan

"Dayu, apa yang kamu lakukan, hah?!" Anto bertanya dengan suara keras. Dia tanpa sadar telah membentak Dayu dan memelototi gadis itu dengan mata yang terbuka lebar dan pupil mata membesar.Dayu sendiri tersentak saat tiba-tiba, berkat bersentuhan langsung dengan kulit dekat leher Anto dan merasakan detak jantung cowok itu, dia bisa melihat sosok yang menempel di langit-langit, persis di atas kepala Anto."Anto, sepertinya ada banyak hal yang harus kamu jelaskan kepadaku ya!" Dayu melawan, dia balik memelototi lawan bicaranya dan tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.Gadis itu sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Meski sekarang dia tahu bahwa di atas kepalanya juga mengalir aliran asap hitam yang bersumber dari suatu makhluk di atas kepala Anto, Dayu tidak gentar.Oh, dia sudah berulang kali nyaris mati. Tak ada lagi yang perlu Dayu khawatirkan selama dia tau apa yang harus dia lakukan dan sejauh mana batasan yang bisa dia jajaki.Anto menatap nyalang ke arah Dayu. Kaki mereka b
Baca selengkapnya

Bencana Ke Dua

"Dayu, apa yang kamu lakukan, hah?!" Anto bertanya dengan suara keras. Dia tanpa sadar telah membentak Dayu dan memelototi gadis itu dengan mata yang terbuka lebar dan pupil mata membesar.Dayu sendiri tersentak saat tiba-tiba, berkat bersentuhan langsung dengan kulit dekat leher Anto dan merasakan detak jantung cowok itu, dia bisa melihat sosok yang menempel di langit-langit, persis di atas kepala Anto."Anto, sepertinya ada banyak hal yang harus kamu jelaskan kepadaku ya!" Dayu melawan, dia balik memelototi lawan bicaranya dan tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.Gadis itu sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Meski sekarang dia tahu bahwa di atas kepalanya juga mengalir aliran asap hitam yang bersumber dari suatu makhluk di atas kepala Anto, Dayu tidak gentar.Oh, dia sudah berulang kali nyaris mati. Tak ada lagi yang perlu Dayu khawatirkan selama dia tau apa yang harus dia lakukan dan sejauh mana batasan yang bisa dia jajaki.Anto menatap nyalang ke arah Dayu. Kaki mereka b
Baca selengkapnya

Kiriman Langsung -1

Dayu terbangun dari tidurnya lantaran bermimpi buruk. Setelah merasakan hidup yang tenang selama beberapa hari, dia malah bermimpi kembali berada di jalanan yang ada di tengah hutan jati itu sekali lagi. Kali ini, dia seorang diri dan tak melihat sosok yang awalnya tak bisa dia lihat wajahnya tapi kemudian menunjukkam diri dengan meminjam wujud Nala itu, dia hanya berjalan terus sampai dia kembali ke tempat semula, seolah sejauh apapun dia pergi dia tetap tak akan meninggalkan tempat itu.Suara gemericik air dari keran mengisi wastafel, meramaikan hening malam itu. Gerimis turun sebagai sisa hujan yang tak sempat Dayu rasakan, tapi jejaknya nyata sampai ke balkon kamar, tanda bahwa angin sempat turut serta menyumpang kericuhan.Setelah mencuci wajahnya dan memandangi cermin, Dayu memekikan makian kecil dengan lirih. Bukan apa-apa, dia terlalu ketakutan pada perasaan tak nyaman yang ditinggalkan oleh mimpi buruk barusan, jadi dia tak memperhatikan keadaan ketika masuk ke kamar mandi. M
Baca selengkapnya

Kiriman Langsung 2

Dayu menutup mulutnya dengan tangan dan menoleh ke arah lain demi menghindari beratatan dengan makhluk itu. Jelas dia tidak mungkin bereaksi lebih banyak atau Dimas akan menjadi lebih kacau. Setelah merasa lebih tenang, barulah gadis itu kembali duduk dengan tenang meski sedikit gemetaran dan memandang ke arah wajah Dimas, menghindari untuk menatap ke bawah."Kenapa kamu mengatakan itu? Apa yang membuat kamu berpikir bahwa kamu sudah mati? Lihat, aku bahkan masih bisa menarik hidung mancungmu atau mencubit pipimu yang selembut adonan kue buatan Leag!" Dayu mencoba membuat suasan lebib baik meski pertanyaannya cukup berat dengan menambahkan sedikit candaan.Dimas tersenyum sedikit saat Dayu mengaduk pipinya seperti adonan kue, dan saat tangan Dayu dengan usil menggelitiki lehernya, Dimas tertawa sampai terpingkal.Obrolan mereka menjadi lebih tenang setelah itu. Dimas bercerita mengenai keresahan yang tidak bisa dia pahami dengan baik. Sesuatu yang mendorongnya untuk menjauh dari orang
Baca selengkapnya

Serangan Langsung -3

"Nalaaa!! Nala!!!" Suara itu menyebut nama Nala berulang.Suara Anto jelas terdengar, membuat Dayu mengepalkan tangannya karena merasa bahwa selama ini Anto hanya memanfaatkan dirinya dan juga Dimas. Cowok itu mendekati dia dan keluarganya hanya untuk mencari tumbal demi menjadi seorang dukun sakti yang akan terhubung dengan Danyang, lalu menciptakan kejahatan-kejahatan yang keji di dunia.Dayu tak akan bisa dengan mudah memaafkan cowok itu, bahkan jika dia sempat berpikir Anto telah banyak membantunya dan sempat ia anggap sebagai salah satu temannya. Setidaknya, Dayu ingin sekali menampar cowok itu beberapa kali dan memakinya karena telah menjadi sosok yang begitu tega mengorbankan Dimas untuk menjadi tumbal kegilaannya."Nala, kamu benar-benar pengganggu sialan!! Kenapa kamu mencampuri urusanku?" Suara Anto terdengar meski kelihatannya makhluk di belakang Dimaslah yang bicara."Kamu sendiri yang muncul di depanku, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan!" Nala menjawab d
Baca selengkapnya

Latar Alam Ghaib 1

Dayu ingin bertanya tapi dia tidak mengatakan sepatah katapun. Bahkan gadis itu membiarkan kediaman menguasai suasana antara dirinya dengan adik perempuan cowok yang sudah dia sebut namannya dalam do'a.Kepalanya berdenyut, membuat seluruh tubuhnya kehilangan tenaga secara instan, sementara raut wajah Naya yang begitu tenang menyurutkan niatnya untuk bertanya ke mana tepatnya mereka akan pergi. Meskipun tidak memperlihatkan rasa khawatir dan kegugupan yang menumpuk seperti Dayu, namun Naya berjalan sambil memandang lurus ke depan, seolah dia sedang mengikuti suatu petunjuk dan tak bisa memalingkan tatapannya barang satu detik pun. Tentu saja, segala pertanyaan menjadi susut dalan benak Dayu, tersimpan kembali sampai ditelan sesuasana senyap sepanjang perjalanan.Kanan dan kiri, mata Dayu hanya bisa menemukan pohon-pohon yang berjajar cukup rapat, dengan semak dan rerumputan menyelimuti bagian pangkalnya. Suasanya sepi dan sunyinya memberi kesan mencekam hati, seolah menjelaskan bahwa
Baca selengkapnya

Latar Alam Ghaib 2

"Apakah kamu kira kamu bisa menyombongkan diri? Ini bukan wilayahmu. Latar alam ghaib yang tidak bisa ditangani oleh seorang dokter sekalipun!" Suara Anto terdengar begitu jelas dan begitu dekat.Nala tidak bereaksi berlebihan, masih sama saja. Wajahnya masih biasa saja. Entah karena dia yang sangat yakin pada dirinya sendiri atau karena dia memang tidak merasa harus mengkhawatirkan sesuatu."Apa kamu pernah mendengarnya?" Nala balik bertanya dengan tiba-tiba. "Mendengar apa, hah?" Anto tak punya pilihan lain selain balik bertanya, karena pertanyaan Nala tidak menjelaskan apa yang sedang dia maksudkan."Suara Danyang. Apakah kamu pernah mendengar suaranya?" tanya Nala.Anto diam, tapi dengusannya terdengar jelas, diwakili oleh makhluk yang menjadi raksasa berkat menyerap residu dari penumbalan."Danyang tidak perlu bicara, alam ini sudah mewakilinya!" Anto menjawab dengan cukup gusar.Nala tersenyum. Wajahnya begitu tenang tapi matanya menantang dan setiap kata yang melincur dari bib
Baca selengkapnya

Latar Alam Ghaib 3

Setiap kelopak bunga akan gugur setiap kali kaki dua gadis manusia itu melangkahkan kaki mereka di bawah naungan pepohonan asing. Dayu terus mengikuti setiap jejak yang Naya buat dengan setia, sembari sesekali dia menjejakkan kakinya lebih kuat karena getaran yang terasa.Dayu yakin sekali bahwa semua getaran itu masih disebabkan oleh hal yang sama, dan bersumber dari tempat yang sama. Meski Dayu tidak mengetahui dengan pasti apa yang sedang terjadi pada Nala dan juga Dimas, tapi Dayu percaya bahwa Nala pasti tidak akan menyerah. Sebagai gantinya, Dayu juga harus tetap berjuang untuk bisa mencapai pohon keramat yang entah mengapa masih saja terlihat sangat jauh itu.Mereka sudah berjalan untuk beberapa waktu. Dayu tak akan mengatakan berapa menit atau berapa jam karena dia sudah mengerti sejak pertama kali dia dijebak oleh Mak Nik dulu, bahwa waktu yang barjalan di alam ghaib tidak beriringan dengan waktu di dunia manusia. Kalau Dayu tidak salah ingat, dia merasa hanya beberapa menit
Baca selengkapnya

POHON KERAMAT 1

"Apakah kamu berpikir untuk kembali ke tempat yang paling kamu benci?"Sebuah suara terdengar, bertanya pada Dayu yang baru saja hendak berjalan menuruni bukit untuk bisa mencapai pohon keramat.Suara itu terasa sangat akrab, sama sekali tidak asing dan terdengar begitu nyaman di telinga.Dayu sadar dia seharusnya tak mempedulikan apapun selain pohon keramat yang sudah terlihat jelas, tapi mendengar suara yang terasa seperti angin itu membuat Dayu tidak bisa mengendalikan dirinya, membuatnya menoleh dan mendapati seseorang yanh berdiri tenang tanpa alas kaki.Sosoknya kali ini masih tampil dengan wujud serupa dengan Nala, nyaris tak ada bedanya. Hanya saja, sangat menyukai Nala membuat Dayu mengingat setiap detail dari cowok itu, dan hal itu menjadi alasan baginya untuk bisa merasakan debaran yang hebat tiap kali berhadapan dengan Nala.Debaran itulah yang tidak dia rasakan sekarang, dan itu menjelaskan bahwa sosok yang bertanya padanya tadi bukanlah Nala. Debaran yang dia rasakan buk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status