Di dalam rumah Santi, Geva diberikan selimut yang hangat serta coklat hangat yang baru saja dibuatkan oleh Santi. “Gev, mereka semua tidak normal, ya. Bisa-bisanya memperlakukan hal kejam ini pada dirimu. Keluarga itu memang ... ah, luar biasa sekali buruk.” Santi membuat ekspresinya ditekuk. Dia sungguh kesal melihat kejadian tadi dan merasa sangat kasihan sekali dengan Geva yang sedang hamil besar seperti ini. “Kau tidak ingin cerai saja, Gev?” tanya Santi dengan tatapan mata yang sedih. Sebagai seorang ibu dan wanita dia merasakan kesedihan yang muncul dari wajah Geva. Ini terlalu berat, dia bahkan saat membuatkan minuman hangat untuk Geva meneteskan air mata. “Anakku sebentar lagi lahir, Mbak. Jadi, aku harus bertahan demi anakku, Damas juga nanti akan berubah. Dia sangat mencintaiku,” jelas Geva dengan senyuman yang begitu lemah. Dia membuatnya dengan susah payah, karena dia sebenarnya akan menangis ketika bicara seperti itu. Untungnya dia berhasil menangis tapi dia teta
Read more