Home / Romansa / Pesona Brondong Hebatku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pesona Brondong Hebatku: Chapter 51 - Chapter 60

115 Chapters

Liburan dan Kedamaian

Egar tengah berbaring di atas ranjang rotan di tepi pantai. Ia di atapi payung besar yang hanya mampu menghalau sinar matahari menutupi dari kepala hingga pinggangnya. Egar membaringkan badannya dengan celana boxer yang menempel dan tanpa pakaian atas. Tak lupa kaca mata hitam yang membantu menghalau sinar terik matahari untuk pandangannya.“Aigo … apa yang sedang mereka lakukan ya?” pikir Egar yang kedua tangannya bertumpu di kepala. Di tengah pantai yang sepi, Egar akhirnya bisa merasakan senyuman merekah di bibirnya. Tapi seketika dia memikirkan Axton dan Geva yang akan sibuk selama satu minggu tanpa dirinya.“Hahaha!” Egar tiba-tiba tertawa keras di balik payung yang meneduhinya.Beberapa karyawan yang berdiri tak jauh dari tempat Egar hanya menatap bingung. Dia tak mendengar sang tuan penyewa seluruh pantai tengah memanggilnya.Egar telah di beri konpensasi dan satu minggu libur tanpa membawa laptop atau bekerja jarak jauh. Selain itu Axton membiarkan Egar menyewa seluruh pantai
Read more

Persaan Yang Tumbuh Semakin Subur

Axton menghela nafas panjang, namun seorang wanita muda yang Axton kenal sebagai sepupunya yang juga menepati posisi anggota eksekutif di perusahan melewatinya. Dia langsung menepuk pundak lelaki di depan Axton dengan keras.“Kau sudah pulang dan tidak menemuiku?!” sentak wanita itu.Axton kini merasa pusing. Dia memegangi ujung pangkal hidungnya dan menekan pelan. Melihat dua sepupunya yang menyebalkan tak cukup membuat Axton kesal. Dia melihat ke arah Geva.Segera dia menarik tangan Geva dan menjauh dari dua orang itu. Dua orang yang kini berada di belakang punggung Axton membuat keributan, mereka saling bersahutan dan berteriak.“Apa-apaan kau ini kak! Datang-datang kau langsung menarik telingaku, kau pikir ini hanya pajangan?!” bela lelaki muda itu. “Lihat Sepepu Axton meninggalkan kita karena kau mengacau!” gerutunya.Suara mereka benar-benar berisik dan menganggu kedamaian makan siangnya. Di tambah Axton tak enak hati karena Geva harus melihat itu semua. Dia terus menggenggam ta
Read more

Di Apartemen Axton

“Karena seharian aku ikut kau ke sana kemari. Mencicipi makanan yang katanya kau belum pernah lakukan sebelumnya aku harus mengerjakan laporan di luar jam kerja.” Geva menggerutu pada Axton yang sejak tadi mengajak Geva berkeliling di restoran buffet yang baru buka.Restoran buffet itu anak restoran dari perusahan yang akan menjalin kerja sama bersama perusahan Agam. Axton di undang untuk peresmiannya dan tak ingin pergi jika Geva tak ikut di sampingnya. Geva yang sudah lelah karena rapat dua jam lalu akhirnya hanya bisa menurut dan kini dia harus mengabaikan tugas lanjutannya, yaitu memeriksa hasil kerja notaris dan membuat laporan akhir untuk Axton lalu di jadikan dokumentasi ke dokumen pertemuan. \“Jangan menggerutu begitu, di sini banyak makanan manis yang bagus untuk menjernihkan pikiran kita setelah diskusi panjang dan panas itu.”Axton memberikan piring yang kosong, Geva mengikuti Axton dari belakang. Sementara lelaki itu berjalan perlahan dari ujung meja dan mengambil satu pe
Read more

Melayang

Setelah sejam mereka saling menatap laptop mereka masing-masing. Geva tampak sangat fokus hingga membuat Axton seketika terdiam dari balik laptop, tatapan tertuju pada Geva. Mau apapun yang Geva lakukan, wanita itu sukses membuat Axton terpukau. Selalu begitu.Geva terbatuk kecil di sela dia tengah mengetik, tapi wanita itu kembalui fokus pada kerjaannya. Dia seolah tak terganggu dengan kondisinya yang lelah. Sesekali bahkan geva sejak sejam yang lalu sudah menguap.Axton tersadar melihat itu, lamunannya buyar dan Axton berdiri perlahan. Dia tak ingin membuat pergerakkan yang membuat bawahannya itu tidak fokus. Axton ke dapur dan membuatkan Geva segelas kopi susu hangat. Dia ingat Geva menyukai itu ketika mereka makan di restoran buffet.“Apa kau ingin cake, Gev?” tanya Axton di sela keheningan.Geva yang fokus hanya membalasnya dengan deheman. Axton tersenyum dengan respon manis wanita itu. “Dia benar-benar manis ketika tengah fokus dan sibuk,” Axton berbicara pada dirinya sendiri.K
Read more

Mimpi dan Ingatan

Axton mematung di tempatnya, ia memperhatikan dengan seksama wanita yang tidur di sofanya, suara nafas Geva yang stabil terdengar dari jarak berdiri Axton. Dia menenteng kantung belanjaan kue yang ingin dia berikan pada Geva. Tapi melihat Geva yang terlelap tanpa penjagaan itu membuat Axton mengabaikan apa yang ingin dia katakan tadi.Axton menaruh kotak kue di atas meja dan mendekati Geva dan bersimpuh kaki di depan sofa. Dia melihat wajah polos Geva terlihat sangat manis ketika dia tidur. Hidungnya yang kecil, bibirnya yang ranum meski tanpa polesan lipstick dengan warna mencolok, membuat Axton ingin mendekatkan bibirnya mendekati bibir Geva dan melumat habis miliknya.Semakin di lihatnya, perasaan bergejolak dari dalam tubuh Axton membuat lelaki itu segera membalikkan badannya. Axton duduk membelakangi Geva dan menyandarkan tubuhnya perlahan di ujung sofa di mana Geva terbaring di sana. Axton menunduk dan memegangi kepalanya yang penuh dengan Geva.Dia menahan diri untuk sejenak se
Read more

Kecanggungan

Geva yang tadinya duduk di tepi kasur, buru-buru berdiri. Namun seketika langkahnya goyah, pandangannya sedikit kabur dan goyang, darah dari uujung kepala seperti berdesir ke bawah kaki dengan segera. Geva merasa pusing dan badannya tidak seimbang hingga dia hampir terjatuh, namun tangan Axton menangkap pinggang Geva dan spontan menggenggam tangan Geva.Sementara satu tangan Geva berusaha menumpu tubuhnya di atas kasur, Geva merasakan tangan Axton menyentuh pingganya. Seketika Geva menatap wajah Axton yang berada di depannya dengan sangat dekat.Mereka saling menatap untuk beberapa saat sampai Geva menarik tangannya yang di pegang Axton. Axton ikut melepas tangannya, sebab dia melihat Geva merasa tak nyaman. “Maaf,” ucap mereka secara bersamaan. Geva merasa tak enak karena sudah membuat Axton harus menangkapnya. Sementara Axton merasa bersalah karena telah membuat Geva tak nyaman dengan sentuhannya yang tanpa sengaja.“Tidak,” sekali lagi mereka berucap secara bersamaan. Lalu mereka b
Read more

Teman Lama

Geva menghela nafas di dalam lift, dia merasa lega akan semua yang berhasil dia lalui. Geva tiba-tiba melihat seseorang dari jauh melambaikan tangan dan berjalan buru-buru ke ara lift. Pintu lift yang hampir tertutup membuat Geva menahannya, dan masuklah orang itu.Geva membalas bungkuk kecil ketika orang itu membungkuk. “Terima kasih,” kata seorang lelaki yang berhasil Geva bantu ikut masuk di lift. Geva yakin orang itu tak tinggal di apartemen di gedung ini, toh di lantai ini hanya ada apartemen Axton. Siapa orang itu, dan dari ruangan mana, pikir Geva. Tapi Geva memilih mengabaikan semua tanda tanyanya.“Tidak masalah,” jawab Geva santai yang lalu menghela nafas lagi. Berada di dalam lift dengan orang aisng lebih baik daripada dengan Axton, pikir Geva lagi ketika dia mengingat oenolakan Axton yang ingin mengantarnya ke bawah. Geva merasa bersalah, tapi tak sedikit juga dia merasa lega.“Kau Geva?” tanya orang itu mematahkan keheningan di antara mereka di dalam lift yang dingin.Ge
Read more

Levias Datang, Axton Berang

“Selamat pagi, Pak.”Geva masuk ke ruangan Axton dan menaruh beberapa berkas, lalu buru-buru keluar lagi untuk mengambil nampan yang sudah di siapkan cleaning service. Geva menaruh kopi susu krimer permintaan Axton seperti biasa. Tapi entah kenapa hari ini, Axton meminta lebih banyak krimer dan gula.Axton mendelik dari balik leptopnya dan melirik Geva dengan seksama, lalu dia menyipitkan mata seperti penuh tanda tanya. “Pak?” tanya Axton dengan nada seperti sindiran.Geva hanya tersenyum lebar, “Selamat menikmati kopi dan berkas-berkasnya, Pak.”Lagi lagi Geva menggoda dan segera berjalan keluar dari ruangan Axton. Dia tahu kali ini Axton tak akan mengganggunya karena pekerjaan pria itu sangat banyak, apalagi dengan kerja samanya Axton dengan perusahan Pak Kim.“Sigh!” Axton menghela nafas. Dia sedikit kesal, padahal sebelum-sebelumnya dia dan Geva mempunyai kesepakatan bersama dengan saling menyebut nama ketika mereka hanya berdua. Tapi baru di pagi hari dia sudah mendapatkan pangg
Read more

Masa Lalu dan Masa Kini

“Ah bukan begitu Pak.” Geva menjawab dengan bingung, dia lalu menatap ke arah Levias.“Iya. Saya Levias asisten manager dari pak Kim. Dan ya, kebetulan saya teman lama Geva di SMA distrik Mentari. Kami satu sekolah dan satu kegiatan ekstrakurikuler. Bahkan kami satu kampus, tapi sepertinya Geva tidak menyadari itu atau mungkin dia lupa.” Levias masih menjabat tangan Axton dan menjelaskan dengan rinci, “Ya. saya tidak masalah jika Geva tak mengingat begitu jelas. Karena itu sering terjadi sejak dia masih SMA.” Tambahnya lagi.Axton hanya menyimpulkan ujung bibirnya dengan senyuman datar, “Wah anda sangat mengenal baik sekretaris Geva Kariana, ya.” Axton berucap dengan nada kekaguman.Tapi bagi Geva mereka berdua nampak saling menyembunyikan taring dari balik senyum mereka. Geva bingung dan akhirnya menyela pembicaraan keduanya yang nampak tak bagus, “Ya … Levias datang kemari untuk menyampaikan pesan pak Kim secara langsung, Pak.”“Dan bertemu teman lama saya, Sekretaris Geva.” Levias
Read more

Penyesalan Dari Masa Lalu

Levias kaget dengan ekspresi dan suara marah Geva, dia mengangkat tangannya karena di sekeliling mereka banyak orang yang berlalu lalang. Dia tak ingin di adukan sebagai orang yang tengah melakukan sesuatu perbuatan cabul.“Baik, baik. Jangan meluapkan emosi dari hasil kerjamu padaku Gev.” Dengan entengnya Levias menyeletuk.Geva yang tadinya dadanya sesak, bertambah panas. Tenggorokkanya bahkan kering dan tercekat, dia menelan salivanya berulang sebelum menahan nafas, “Apa katamu?! Emosi hasil kerja? Hei!” teriak Geva sekali lagi, kali ini matanya membulat dan wanita itu mengeraskan rahangnya, “Kau memang bajingan yang tidak pernah sadar diri ya! Apa kau pikir aku masih memiliki perasaan yang sama denganmu setelah semua perbuatan mu hari itu?!”Levias menatap Geva dan mematung, dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. “Gev, kau ingat hari itu?”“Aku sudah lupa dan bajingan yang entah dari mana muncul dan… membuat aku mengingatnya,” jelas Geva dengan dingin. kali ini dia berdiri dengan j
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status