Levias kaget dengan ekspresi dan suara marah Geva, dia mengangkat tangannya karena di sekeliling mereka banyak orang yang berlalu lalang. Dia tak ingin di adukan sebagai orang yang tengah melakukan sesuatu perbuatan cabul.“Baik, baik. Jangan meluapkan emosi dari hasil kerjamu padaku Gev.” Dengan entengnya Levias menyeletuk.Geva yang tadinya dadanya sesak, bertambah panas. Tenggorokkanya bahkan kering dan tercekat, dia menelan salivanya berulang sebelum menahan nafas, “Apa katamu?! Emosi hasil kerja? Hei!” teriak Geva sekali lagi, kali ini matanya membulat dan wanita itu mengeraskan rahangnya, “Kau memang bajingan yang tidak pernah sadar diri ya! Apa kau pikir aku masih memiliki perasaan yang sama denganmu setelah semua perbuatan mu hari itu?!”Levias menatap Geva dan mematung, dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat. “Gev, kau ingat hari itu?”“Aku sudah lupa dan bajingan yang entah dari mana muncul dan… membuat aku mengingatnya,” jelas Geva dengan dingin. kali ini dia berdiri dengan j
Read more