Share

Pesona Brondong Hebatku
Pesona Brondong Hebatku
Penulis: Viens Aisling

Hidup Yang Buruk

Penulis: Viens Aisling
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-22 16:54:06

Suara piring terjatuh terdengar begitu nyaring, Geva menutup mulutnya dengan kedua tangan karena sangat terkejut. Ini membuat jantung Geva berdetak dengan cara menyakitkan, dia sangat panik. Geva tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ini adalah hal yang biasa terjadi.

Plak!

Pukulan tangan kuat dari pria yang disayangi mendarat di kepala Geva, suaranya pukulan itu cukup besar. Geva menatapnya ketakutan, dia memandang dengan mata kecil karena bisa saja tangan lainya endrat kepalanya lagi. Luka di bibir Geva belum lagi sembuh karena dipukul semalam karena mabuk.

“Kau tidak bisa bekerja dengan baik? Wanita bodoh! Pekerjaanmu hanyalah pekerjaan sederhana, pekerjaan babu!”

Tatapan matanya dipenuhi dengan kebengisan yang menakutkan. Geva berkeringat dingin, ini sangat tidak nyaman sekali. Seperti dia dijatuhkan dari gedung yang sangat tinggi dan menunggu kematian.

Berulang kali hal seperti ini terjadi.

“Ya, kau juga salah, Damas. Bagaimana bisa kau menikahi wanita bodoh seperti ini, Nak? Kasihan sekali hidupmu.” Lita memegang keningnya, dia bahkan membuat matanya berkaca-kaca. Geva sangat tahu sekali sandiwara ini.

Ibu mertuanya itu tidak pernah berpihak padanya.

Geva akan menerima rentetan penghinaan dari mereka tanpa henti. Geva dan Damas telah menikah selama dua tahun. Kehidupan pernikahan yang manis adalah sebuah angan kosong yang tidak mungkin terjadi karena dia tinggal bersama keluarga Damas, dan kehidupan pernikahannya selalu dicampuri oleh mereka.

“Apa yang kau lihat, Geva bodoh? Seharusnya kau langsung membereskan pecahan piring itu.” Damas menunjuk piring yang Geva pecahkan tidak sengaja. Tangan Geva gemetar menerima makiannya yang dilakukan sambil berteriak. Dia mencoba bertahan.

“Aduh, Nak, Nak. Jika saja keluarganya masih kaya raya, setidaknya dia masih bisa berguna. Malah sekarang dia hamil.” Lita memutar bola matanya, jengkel.

Geva baru saja hamil 6 bulan, dan ayahnya baru meninggal lima bulan yang lalu. Bersama hutang-hutang perusahaan yang menumpuk, hingga keluarga ini yang biasanya meminta pada Geva tidak meminta lagi. Mereka malah memperlakukan Geva dengan sangat buruk.

“Ya, menyusahkan saja, Bu. Nanti dia lahiran saja di dukun beranak atau melahirkan sendiri.” Damas kembali berteriak sambil memegangi keningnya. Berurusan dengan Geva membuatnya selalu jengkel, terlebih dia juga ada banyak masalah di kantornya.

Geva tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Damas. Geva menatapnya dengan mata berkaca-kaca, hatinya terasa sakit sekali. Padahal dia adalah pria yang sangat dicintai Geva dan sebagai sandaran satu-satunya Geva.

“Kenapa?” Lita mendorong kepala Geva, tangan Geva tergores karena terkejut terkena pecahan piring yang dia pungut tadi.

“Mas, seharusnya kamu tidak berkata seperti itu. Aku adalah istrimu, dan anak yang aku kandung adalah anakmu. Kamu harus menjadi ayah yang bertanggung jawab, Mas.”

Suara Geva bergetar ketika bicara seperti itu, tapi dia sama sekali tidak terlihat kasihan. Dia malah menendang bahu Geva dengan kakinya yang cukup panjang.

Dominasinya telah membuatnya seakan-akan ada di puncak kekuasaan.

“AUH!” pekik Geva malah mendapat respons tertawa dari Damas dan ibunya.

“Kurasa mungkin saja itu bukan anakku. Kita kan tidak selalu tidur bersama, Geva,” ucapnya dengan seringai merendahkan.

Hati Geva sangat teriris dengan apa yang dikatakan Damas. Geva meneguk ludahnya dan berdiri, air mata membanjiri wajahnya.

Dia telah berusaha selama ini menjadi istri yang baik dan selalu ada di rumah atau saat keluar pun dia selalu meminta izin pada Damas.

“Tentu saja ini anakmu, Mas. Aku tidak pernah ke mana pun tanpamu.”

“Berisik sekali. Masih untung kau tidak kuusir sekarang, sekarang bereskan dan siapkan makan siang untuk kami.”

Lita merangkul Damas, dia melihat Geva dan menertawakannya. Mereka berdua akhirnya meninggalkan Geva, dan membiarkannya sendirian menghadapi hal kejam ini.

Tangan Geva yang terluka masih meneteskan darah, tapi rasa sakit sama sekali tidak terasa, hatinya yang jauh terasa sakit karena perlakuan mereka..

Dulu saat awal Geva menikah, mereka berkata agar lebih baik dirinya tidak bekerja, perlakuan mereka manis sekali, ternyata itu semua demi harta Geva yang mereka pikir sangat banyak.

Perutnya yang membuncit ini rasanya sakit. Geva benar-benar merasa kasihan dengan anaknya yang mungkin terlahir dalam situasi yang buruk.

“Maafkan Ibu, Nak. Maafkan ibu dan ayahmu ....”

Geva berusaha menjadi kuat, dia menggores senyum palsu di wajahnya. Ibu hamil yang tertekan akan membawa efek buruk untuk anaknya.

Setelah mempersiapkan makan siang untuk keluarga ini dengan cepat, memasaknya tanpa mengeluh walaupun sebenarnya Geva sama sekali tidak sanggup untuk berdiri lama. Hingga semuanya telah siap di atas meja makan. Geva tersenyum kecil dan berjalan menuju ruang keluarga untuk memberitahu mereka.

Di ruang keluarga ada televisi 42 inchi, Geva yang membelinya dulu. Belum lagi mulut Geva terbuka untuk memanggil mereka, percakapan mereka lagi-lagi membuat perasaannya hancur.

“Eh, Geva tidak berguna lagi, kan?” Suaranya satir seperti biasa. Dia adalah adik Damas, baru berkuliah di semester tiga. Dia adalah Warda yang suka menghabiskan waktu untuk berdandan menampilkan dadanya dibandingkan belajar.

Dia juga menolak memanggil nama Geva dengan tambahan ‘kak’ di depannya. Baginya Geva tidak pantas mendapatkan penghormatan darinha, orang miskin harus tahu diri.

“Ya, dia memang tidak berguna. Dia Cuma bisa makan tidur. Istri macam apa dia? Benar-benar bodoh sekali.”

Mertua Geva kembali bicara, dia terlihat santai mencaciku sambil memakan biskuit yang remah-remahnya berjatuhan ke lantai, nanti Geva yang akan dimarahi olehnya karena dianggap tidak becus dalam beres-beres. Dia sekali pun tidak merasa bersalah, dan melupakan kalau Warda adalah seorang wanita dan bisa saja dia mendapatkan perlakuan yang sama seperti Geva.

Prinsip mereka hanyalah, pikirkan saja diri sendiri baru orang lain.

“Dia membosankan. Aku benar-benar jengkel mendengarnya mengeluh lelah di kamar.” Kali ini Damas bicara.

Padahal Geva tidak mengeluh padanya, terkadang saat Geva baru saja mau tidur, Damas memerintahkan sesuatu. Seperti memijat kakinya, atau membuatkannya makanan di jam 12 malam.

Geva hanya mengatakan bisakah itu nanti, atau dia benar-benar lelah.

“Mas, sudah tinggalin aja dia. Dia akan jadi beban bersama anaknya. Coba pikirkan, setidaknya Mas bisa dapat wanita lain.” Warda tertawa ketika mengatakan itu.

“Ibu, Mas, dan Warda, makan siang telah siap.”

Mereka menatap Geva dengan tatapan kesal karena telah menyela percakapan mereka. Geva telah menahan diriku sangat lama, dengan sesak di dada dan gemetar di mulut, akhirnya dia bicara.

“Warda, seharusnya kau tidak boleh bicara seperti itu pada Masmu. Menyuruh Mas Damas mencari wanita lain bukanlah hal yang bagus, itu sangat buruk sekali. Kuharap kau tidak mengatakannya lagi, Warda.”

Geva tidak bisa meneruskan perkelahian ini, dia berbalik untuk menenangkan diri. Cukuplah pikirnya peringatan yang dia katakan padanya. Tapi, Warda malah berdiri dan menarik rambut Geva.

Geva hampir saja terjatuh.

“A-apa yang kau lakukan,Warda?” Geva meninggikan suaranya tapi tiba-tiba saja Lita menamparnya. Serangan secara tiba-tiba itu membuat Geva terdiam.

“Kau itu kan menumpang di sini. Seharusnya tahu diri!”

Mata Geva gemetar.

“Ini juga rumahku, Bu.”

“Geva! Kau ini sangat tidak sopan sekali!” Damas akhirnya bicara, tapi bukan untuk membela Geva, dia membela keluarganya.

“Memangnya kenapa dengan yang diucapkan Warda?” Dia melihat Geva dengan mata nyalang. Dia bahkan menunjuk Geva kasar. “Kalau aku ingin mencari wanita lain, tentu aku akan mendapatkannya.”

Air mata Geva tumpah. “Mas, aku tidak mengizinkan hal itu terjadi.”

“Memangnya aku butuh izin darimu?” Dia menyeringai, balasan yang sangat enteng sekali. Apalagi mereka bertiga tidak ada yang memihak pada Geva.

“Tidak membutuhkan izinmu. Jika kau tidak terima, ya kabur saja dari sini. Kau hanya benalu, Geva.” Damas menarik napasnya. “Sejujurnya, kurasa jika kau pergi dari sini lebih baik. Itu akan mengurangi beban makanan yang kau makan.”

Bibir Geva bergetar dengan sangat hebat. Dia sungguh tidak menganggap Geva lagi? Dulu dia baik sekali san memperlakukan seperti ratu, tapi itu hanyalah sebuah tipuan. Suara cekikikan dari Lita dan Warda benar-benar membuat Geva tersiksa.

“Aku minta maaf, Mas ....” Geva menunduk. Itulah kebodohan Geva sendiri, air mata yang tumpah di lantai malah membuat mereka semakin senang.

tapi kalimat itu sama sekali tidak meluluhkan hati mereka yang keras, mereka mengabaikan Geva dan akan melakukan apa pun seperti yang mereka inginkan.

Bab terkait

  • Pesona Brondong Hebatku   Wanita Lain

    Prang! Suara piring itu sangat menggema di seluruh ruangan. Tatapan mata tidak percaya yang begetar dengan hebat muncul di wajahnya yang tidak menggunakan polesan make up, rambut yang berantakan, dan bau keringat yang pekat. “Ti-tidak, Mas. Aku pasti salah dengar ....” Geva berulang kali mengatakan kalimat itu untuk menguatkan dirinya sendiri. Semua yang ada di sana menatapnya dengan tatapan mata yang rendah. Mereka tidak peduli dengan dirinya yang bagi mereka tidak menguntungkan. “Kau tidak salah dengar. Aku sudah katakan kalau dia adalah calon istriku.” Damas dengan tegas mengatakannya. Tatapan matanya sangat tajam, dan Geva bisa melihat keseriusan itu di ekspresinya. “Ta-tapi, Mas. Aku ini adalah istrimu. Mana bisa kau menikah.” Geva protes, dia menatap Damas meminta keadilan. Apa yang kurang dari yang dia lakukan? Dia sudah berusaha keras hingga rasanya hidup di neraka pun dia mencoba tersenyum demi bersama dengan suaminya. Pernikahan mereka baru satu tahun, tapi sesuatu be

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Pesona Brondong Hebatku   Bagaimana Kau Bercerai?

    Di dalam rumah Santi, Geva diberikan selimut yang hangat serta coklat hangat yang baru saja dibuatkan oleh Santi. “Gev, mereka semua tidak normal, ya. Bisa-bisanya memperlakukan hal kejam ini pada dirimu. Keluarga itu memang ... ah, luar biasa sekali buruk.” Santi membuat ekspresinya ditekuk. Dia sungguh kesal melihat kejadian tadi dan merasa sangat kasihan sekali dengan Geva yang sedang hamil besar seperti ini. “Kau tidak ingin cerai saja, Gev?” tanya Santi dengan tatapan mata yang sedih. Sebagai seorang ibu dan wanita dia merasakan kesedihan yang muncul dari wajah Geva. Ini terlalu berat, dia bahkan saat membuatkan minuman hangat untuk Geva meneteskan air mata. “Anakku sebentar lagi lahir, Mbak. Jadi, aku harus bertahan demi anakku, Damas juga nanti akan berubah. Dia sangat mencintaiku,” jelas Geva dengan senyuman yang begitu lemah. Dia membuatnya dengan susah payah, karena dia sebenarnya akan menangis ketika bicara seperti itu. Untungnya dia berhasil menangis tapi dia teta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • Pesona Brondong Hebatku   Akta Cerai

    Suara decitan roda mobil dan juga bau badan terbakar membuat gendingnya berkerut dan berkedut berulang kali. “Axton,” panggil seseorang pada pria yang tadi sedang mengingat sesuatu sambil memejamkan matanya. “Ada apa?” Axton membuka matanya, tapi dia tidak menggerakkan kepalanya sama sekali, hanya memberikan tatapan dengan cara melirik. “Apa kau sama sekali tidak ingin pergi ke acara pesta itu?” Pria itu bernama David, dia salah seorang teman Axton yang bisa sabar menghadapi sikap Axton. “Tidak. Mereka pada dasarnya juga tidak dekat denganku, jika aku datang ke sana, rasanya sangat memuakkan.” Axton akhirnya membenarkan posisi duduknya. Dia melihat ke arah berkas lain yang ada di mejanya. “Kau ini seharusnya bersosialisasi dengan orang lain menghadiri pesta itu bisa meningkatkan relasi.” Axton mengibaskan tangannya beberapa kali, dia benci sekali mendengar ucapan itu. Telinganya terasa panas. “Padahal banyak wanita yang menantikan kehadiranmu di sana.”“Aku tidak peduli,” jawa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • Pesona Brondong Hebatku   Pertemuan Kembali

    Geva seperti sebelumnya terjatuh tertidur di rumah Santi, ketika dia membuka matanya, dia telah disajikan dengan makanan yang enak. Santi menatapnya dengan lembut. “Maafkan aku karena membuat mbak lagi-lagi memasak seperti ini.” Geva mengusap tengkuknya dengan malu. Dia tidak nyaman dan takut sekali sudah berbuat sesuatu yang tidak sopan pada Santi. “Aku pernah mengatakannya padamu kalau kau adalah tamuku.” Geva diam saja datang pikiran yang masih tidak nyaman. Dia sudah banyak menerima kebaikan seperti ini dari orang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya. Hal ini bisa membuatnya tampak seperti orang yang tidak tahu diri karena tidak bisa membalas kebaikan yang diberikan oleh Santi. “Untuk sekarang Lebih baik kau tinggal di sini saja,” ucap Santi sambil meletakan telur di piringnya dan piring Lala. “Tapi, Mbak, aku tidak bisa tinggal di sini karena kita akan menyusahkan, Mbak. Apalagi suami Mbak sebentar lagi kembali.” Geva menunduk, jika harus ada wanita lain d

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • Pesona Brondong Hebatku   Bukan Aku, Tapi Dia

    Baru kali ini Santi dipanggil oleh bosnya. Dia sangat khawatir sekali dengan apa yang akan dia dapatkan nanti. Bisa saja dia mendapatkan masalah karena bos yang memanggilnya adalah pria dingin yang selalu menjaga sikapnya, garis batas antara bos dan karyawan akan sangat terasa sekali jika berhadapan dengan Axton. Wajahnya yang tegas terlihat tampan, para wanita akan terpesona dengan wajah itu tapi mereka kemudian akan menangis setelahnya. “Apa hubunganmu dengan wanita tadi?” Pertanyaan yang sangat mengejutkan membuat kening Santi mengerut secara langsung. Dia menatap Axton dengan bibir yang terbuka kecil. Dia ... apa tidak salah dengar sama sekali?“Kau mendengarku, kan?” ucap Axton dengan tegas membuat Santi gelagapan. “A-ah! Ya, Presdir. Saya mendengar dengan baik.” Santi kembali memikirkan kembali secara perlahan wanita mana yang dibicarakan. Satu-satunya wanita yang dia temui yang dia pikirkan hanyalah Geva. “Maksud Presdir itu wanita hamil yang mendatangiku, kan?” tanyanya a

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Pesona Brondong Hebatku   Tamu Mengejutkan

    Santi membelalakkan matanya. Dia tahu kalau tampaknya bosnya ini mengenal Geva, dan sudah meminta untuk ditemukan dengan Geva padanya. Tapi dia sangat terkejut sekali karena saat para karyawan telah pulang, Santi dicegat oleh Axton. “Presdir, apa ada pekerjaan saya yang belum selesai?” Santi bertanya dengan senyuman yang lembut. Dia menjaga sikapnya agar tetap sopan di hadapan pria yang dingin ini. “Masuklah,” titahnya dengan suara yang rendah. Santi tampak ragu-ragu mendengar ucapan itu. Belum pernah dia masuk ke dalam mobil presdirnya. Satu-satunya orang yang pernah berada di samping Axton adalah Egar—Sekretaris pribadinya. Axton melirik sebelahnya, hal itu telah menjadi penegasan untuk Santi segera masuk ke dalam mobil Axton. Dengan menguatkan dirinya, Santi masuk dan duduk dengan canggung di sebelah Axton. Sang sopir tetap tenang, dia juga sangat terkejut dengan tindakan tuannya ini. Seorang wanita masuk ke dalam mobil tuannya yang selalu menolak wanita, apakah itu tidak sala

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Pesona Brondong Hebatku   Tuduhan

    Suasana itu sangat canggung walaupun Axton berulang kali ingin mencairkan suasana. Geva sangat waspada, dia menjaga sikapnya dalam memperlakukan Axton karena dia menghormati Axton yang merupakan sepupu Santi. Sedangkan Axton mengamati Geva, dia memastikan cerita Santi dan merasa perih melihat Geva yang seperti ini. “Kalau begitu aku pulang dulu. Lain kali aku akan main ke sini lagi, Mbak Santi.” Axton berdiri sambil melihat Santi, dia tidak ingin kalau Santi melarangnya dan penanganannya tadi telah membuat Santi paham dengan sangat jelas. Geva juga berdiri, dia ikut mengantar Axton yang berjalan ke luar rumah bersama Santi walaupun terlihat sekali kalau dia melakukannya dengan sangat kikuk sekali. “Ibu, mereka keluar.” Warda yang dengan sengaja duduk di luar dengan cepat berteriak pada ibunya. Dia merasa sangat penasaran sekali dengan sosok pria yang ada di rumah Santi. Saat dia melihat Geva secara tidak sengaja, ekspresinya langsung keras. Dia membenci Geva dan ingin menjambak r

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03
  • Pesona Brondong Hebatku   Rumah Untuk Geva

    Egar datang ke kantor dengan wajahnya yang terlihat sangat mengantuk, dia telah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan Axton dengan mengorbankan waktu tidurnya yang sangat minim.“Pagi, Tuan Egar.” Beberapa karyawan menyapanya dengan ramah, Egar mengangkat tangannya sambil tersenyum cepat dan mengubah ekspresinya lagi kesemula—datar seperti kisah cintanya.. Dia menegakkan tubuhnya dengan benar, masuk ke dalam lift sambil melihat lampu lift berganti dengan cepat hingga mencapai lantai tertinggi gedung ini. Saat pintu lift terbuka, Egar seperti biasa mempersiapkan semuanya dengan cepat. Dia tidak mau kalau Axton akan membuat perintah dengan ekspresi yang menakutkan. Setelah beberapa puluh menit dia melakukan persiapan pekerjaan untuk hari ini, orang yang dia tunggu telah tiba dengan ekspresi yang senang. Seolah-olah ada bunga yang bermekaran di sekitarnya. Dia tampak lebih tampak dan hangat seperti matahari pagi dengan cahaya keemasan yang indah. “Selamat pagi, Tuan Axton. Saya i

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04

Bab terbaru

  • Pesona Brondong Hebatku   Penetapan Hati

    Setelah seharian Delvin diberi perawatan di IGD, akhirnya dia sadar ketika di ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Geva terus duduk di samping Delvin, wanita itu tersenyum dan terus menggegam tangan mungil Delvin.“Delvin, putra ibu … apa kau merasakan sakit nak?” tanya Geva dengan lembut. Dia melebarkan senyumannya, tak membiarkan matanya terlihat jelas merah dan sembab.Sementara Axton dan Xavel duduk di kursi penunggu di sudut ruangan yang dingin. Mereka berdua duduk saling berhadapan dan diam satu sama lain. Sesekali mereka saling menatap tajam dan lalu membuang wajah dengan cepat. Di hari sebelumnya, Xavel sudah berusaha meminta maaf pada Geva. Dan Ibu muda itu sudah memaafkan Xavel, dia bahkan tak menganggap itu adalah kesalahan Xavel. Tapi lelaki pemilik restoran itu menyadari keteledorannya karena dia sendiri yang menentukan setiap menu makan malam dan sarapan mereka. Sementara Axton yang sudah pernah melihat Xavel ingin menggagalkan lamarannya membuat dia menjadi tidak me

  • Pesona Brondong Hebatku   Bersitegang

    Geva mondar mandir di depan ruang pemeriksaan, sementara Axton sedikit menjauh dari Geva dengan ponselnya. Untuk beberapa saat Axton mengerutkan dahinya, dia menekan suaranya ketika berbicara dari balik telepon. Geva mulai menggigit ujung jarinya, matanya berkaca-kaca, pandangannya fokus melihat Delvin dari balik kaca kecil di pintu rawat darurat. Setelah beberapa saat, sang dokter yang memeriksa Delvin keluar menghampiri Geva yang sudah memasang wajah khawatir. Axton meliriknya sekilas sebelum akhirnya dia mematikan ponselnya sepihak dan ikut berdiri di samping Geva. Lelaki itu dengan lembut menaruh tangannya di sisi pundak Geva dan mengelusnya dengan pelan, mencoba menenangkan ibu muda itu.“Dok, apa yang terjadi dok? Putra saya tidak apa-apa kan?” tanya Geva yang terburu-buru. Geva tak mengindahkan penenangan Axton, melihat sang dokter baru keluar dari ruangan, dia langsung menghampirinya dan memasang wajah cemas. Sang dokter mengangkat alisnya, dia memberikan isyarat pada Geva

  • Pesona Brondong Hebatku   Pilihan Hati

    Hari di mana mereka akan hiking tiba, Geva tak membawa banyak barang karena dia menyewa pemandu yang juga membawakan barangnya. Jadilah dia bisa menggendong Delvin seorang, tanpa gangguan. Tapi sejak semalam dia menghindari pembicaraan dengan semua orang“Perjalan ini tak akan panjang kan? Aku benci berjalan kaki,” celetuk Feya. Sementara Santi menyadari gelagat aneh Geva. Dia memelankan langkahnya yang awalnya berada di tengah kini mundur menjadi paling akhir, dia membiarkan yang lainnya berjalan lebih dulu. Di depan mereka tim reparasi tengah asik sendiri mengobrol dengan seru. “Gev, kau kenapa?” tanya santi. “Sudah lelah?” tanyanya lagi dengan khawatir.“Tidak kok mba, Delvin juga tidak begitu berat. Aku memang ingin jalan paling belakang agar bersama dengan pemandu, lebih dekat dengan barang-barang delvin,” ujarnya memberi alasan.“Lalu kemana Axton dan Xavel? Kenapa mereka tidak ikut dengan kita sekarang? kudengar mereka memilih menyusul sebenarnya apa yang terjadi?” tanya San

  • Pesona Brondong Hebatku   Dua Cincin

    Geva tersenyum dengan perlakuan manis Xavel. Di saat yang bersmaaan, Axton menatap Geva dan Xavel. “Xavel!” teriaknya. Suaranya terdengar sangat marah ketika dia melihat Xavel berjongkok di depan Geva. Dia mengahampiri Xavel dan menarik kerahnya, “apa kau mencoba mengambil gadisku?” tanay Axton dengan keras di depan Geva. Geva yang masih bersama Delvin seketika bingung, “Axton! Delvin masih di sini, jangan mempertontonkan kekerasan padanya!” Geva mengucapkannya dengan tegas. Saat tengah bertengkar begitu, Axton tak sengaja menjatuhkan sebuah kotak cincin di dekat Geva. Geva yang melihat itu sempat bingung tapi kemudian dia mengajak Delvin pergi dari sana. dia memilih mengabaikan Axton dan Xavel yang ingin bertengkar dan memukul satu sama lain. Xavel tertawa kecil, “Jadi kau berniat menembak Geva? Bagaimana jika kita bersaing? Aku sejak tadi memang memikirkan hal yang sama, aku memang tak punya cincin untuk Geva tapi aku bisa memberikan ini padanya.” Xavel menunjukkan kalungnya. “I

  • Pesona Brondong Hebatku   Sisi Manis Xavel

    Di malam pertama mereka merayakan hari kebahagiaan dan kemenangan itu, Geva mengajak mereka semua makan malam dan istirahat di hotel Xavel. Keesokan harinya baru mereka akan melakukan pendakian kecil sampai ke tempat di mana mereka akan membuka tenda untuk camp dan barbeque.Di saat semaunya tengah berkumpul, Geva dan Axton berada di kursi yang bersebelahan, di sebelah lainnya ada Santi dan putrinya. Lalu Di samping Santi ada Xiao Ling dan Egar. Di sisi lain meja ada tim reparasi dan Xiao Ling termasuk ke dalam sisi lain itu. Di saat mereka tengah menunggu karyawan restoran menyiapkan semua makan malam mereka, Xavel datang. Axton awalnya terkejut, lalu dia menatap ke arah Geva, “Kau mengundangnya juga?” tanya Axton. Padahal dia belum selesai dengan rasa cemburu ketika beberapa jam lalu Geva menjelaskan mereka bertemu hari itu tanpa sengaja.“Hi Gev, terima kasih sudah mengundangku!” seru Xavel dengan wajah sumringah. Geva buru-buru berdiri dan menyambut Xavel. “Hi! Untung kau datang

  • Pesona Brondong Hebatku   Tim Reparasi

    Geva dan Axton turun dari mobil Van bersamaan ketika ketiga Van lainnya sampai. Tapi Van hitam terlihat sangat aneh, mereka memarkirkan mobil mereka jauh dari parkir yang ada, mereka parkir di dekat jalan masuk toilet luar atau umum. “Itu mobil yang tadi kan?” celetuk Geva dan Xiao Ling secara bersamaan.“Kau melihatnya juga Gev? Mereka seperti orang gila. Mengebut dengan kecepatan itu di jalanan yang tidak sepi. Aku akan mendatanginya dan melapor ke polisi terkait yang kulihat tadi.” Xiao Ling memprotes dan mulai berjalan ke arah mobil Van hitam itu.Dan saat Geva dan Xiao Ling mendekati mobil van itu, seorang wanita duduk di tanah di depan kap mobil van itu. “A-ada apa?!” tanya Geva yang sedikit terkejut dengan kondisi Feya, dia belum tahu bahwa itu adalah tim reparasi teman dari Egar. Yangg Geva lihat dia wanita yang seperti membutuhkan pertolongan. Jadilah Geva langsung menghampirinya dan hendak ingin menolongnya. Tapi saat Geva berlutut di depan wanita yang terlihat ngos-ngosan

  • Pesona Brondong Hebatku   Camping

    “Kak Xiao, bersediakah kau ikut bersamaku?” Tanya Egar dengan tatapan sendu di depan Xiao Ling.Kejadian itu seketika mengundang perhatian dua staf yang tertahan di depan pintu. Mereka berdua seperti memergoki dua sejoli yang sedang mabuk kasmaran dan karena tak ingin mengganggu, dua orang itu memilih bersembunyi dari balik dinding. Dan ketika ada staff lain yang ingin masuk, mereka menahannya. Mereka berdua malah mengajak staf lain ikut mengintip dan menguping pembicaraan intens Egar Dan Xiao Ling. “Ayo! Terima dia kak Xiao!” ujar salah satu staf dengan suara berbisik, dia setengah berteriak dan menyoraki dua orang itu yang membuat mereka ikut merona di masing-masing pipi mereka. ***“Dasar Axton sialan!” gerutu Egar di dalam mobil Van hitam yang musiknya dinyalakan. Egar mengomel sejak dua hari lalu. Sejak dua hari lalu, karena Axton yang menolak ajakan pertemuan dengan pak Kim, dia harus menerima rumor dia tengah berkencan dengan Xiao Ling. Dan yang lebih buruk adalah, Pak Kim

  • Pesona Brondong Hebatku   Terlalu Baik Dan Perhatian

    Saat mereka telah sampai di depan rumah Geva. Geva turun dan berbicara dari luar, “Jadi apa kau menemukan jawaban?” tanya Geva pada Xavel setelah turun dari mobilnya.“Ya, begitulah ternyata itu hanya kebetulan sama saja. Aku dulu Sekolah menengah pertama di distrik Biru sebelah barat. Ternyata kita tidak pernah satu sekolah.” Ujar Xavel pada Geva dari dalam. Dia tidak ikut turun karena masih ada pekerjaan yang ingin dia lakukan.Geva hanya bisa menatap punggung mobil itu semakin jauh, dan masuk ke dalam rumah. “SMP distrik Biru Barat?” Geva bergumam kecil di saat dia masuk ke rumahnya. Banyak hal yang sudah terjadi selama 33 tahun, banyak hal yang Geva coba lupakan termasuk bekas pembuliannya sejak dia masih menginjak sekolah dasar. Jika di total, mungkin ada sekitar sepuluh kali dia berpindah sekolah. Ketika SD menjadi bahan bulian para siswi yang iri pada Geva, karena dia termasuk keluarga berada. Lalu saat SMP dia yang di bully di satu bulan sekolah pertamanya, hanya karena dia

  • Pesona Brondong Hebatku   Semobil Dengan Xavel

    Xavel menunggu di samping mobilnya yang dia parkirkan tepat di depan hotelnya. Dia tengah menelpon sebelum melihat Geva keluar dari pintu utama dengan menenteng banyak makanan take away. Xavel kemudian melambaikan tangan dan menuju ke Geva. “Biar aku bantu,” ujarnya ketika dia selesai menelpon dan memasukkan kembali teleponnya di saku celana. “Ayo, mobilku di sana,” Ajak Xavel. Geva hanya termenung, “Hah? trvel ku,” gumam Geva yang sejak keluar dari tadi tak melihatnya. “Kemana sih dia?” gumamnya lagi kali ini dengan kesal. Sementara belanjaannya sudah di bawa Xavel. Geva mau tak mau mengikuti langkah Xavel, “Apa kau yang menyuruh travelku meninggalkanku?” Tanya Geva dengan nada serius. Dia memang sudah merasa bingung dengan sikap Xavel sejak tadi ketika masih di depan resepsionis restoran.“Iya,” jawabnya dengan polos. “Aku kan sudah mengatakan akan mengantarkanmu, ada yang ingin aku bicarakan,” jelasnya dengan lugas. “T-tapi aku belum membayarnya!” gertak Geva lagi setengah kesa

DMCA.com Protection Status