“Apa?” Anak laki-laki itu menyeruak lelaki di hadapannya. Ia tampak terkejut, juga ada senggurat amarah di wajahnya.“Sabar lah, Sanggabanu!” seru Ki Prabangkara seraya menahan tubuh anak laki-laki yang disebut Sanggabanu tadi.“Tapi, Kakanda....”“Jaga sikapmu! Dengarkan dulu apa tujuan keturunan Sanggageni ini!” tegas Ki Prabangkara.Arya dan Aruna tak mengerti apa yang tengah terjadi. Atau tepatnya apa yang dialami Sanggageni di masa lalu. Anak laki-laki bernama Sanggabanu itu tampak memiliki dendam kepada Sanggageni, sedang ia menyebut Ki Prabangkara sebagai kakanda. Rasanya tak mungkin seorang tua memiliki adik sekira usia 8 tahun itu.“Maafkan sikap adikku. Jadi, kau adalah putra Sanggageni?” tanya Ki Prabangkara pada Arya. “Dan kau adalah cucunya?”“Benar, Ki,” jawab Arya singkat.“Sebuah kehormatan bertemu dengan putra Gusti Dewi Gantari dan cucunya,” ucap Ki Prabangkara ramah. Pria itu mendekat ke arah Aruna dan memperhatikannya lekat-lekat. “Kau, aku tak mengerti, mengapa au
Read more