Share

97. Kerinduan

“Senang melihatmu lagi, Jenar. Aku pikir tak lagi akan bertemu dengan....”

“Bodoh!” potong Jenar. “Sampai kapan kau akan mengorbankan dirimu sendiri seperti ini?”

Arya mendadak diam. Pandangannya yang belum benar-benar jernih sudah mampu melihat bulir bening di sudut kelopak mata istrinya. Air mata itu terjun bebas meleleh ke wajah tirus Jenar. Peristiwa yang nyaris selalu terjadi saat ia di ambang hidup dan mati.

“Aku ... Hanya mencoba melindungi hal yang paling berharga. Aku akan mati dengan tenang asalkan Astagina, kau dan Aruna baik-baik saja,” terang Arya, berharap Jenar akan berangsur tenang.

“Diam! Aku harus konsentrasi!” potong Jenar lagi. Perempuan itu mulai mengobati Arya dengan menyalurkan energinya di atas luka-luka suaminya itu.

Arya mengurai senyum. Ia bersyukur penantiannya untuk bertemu Jenar yang ia kenal berakhir. Lebih ia syukuri dari pada keluar dari istana dengan kondisi babak belur seperti ini. Ia pandangi lekat-lekat wajah istrinya yang begitu tegang. Titik-titi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status