Home / Pendekar / Aruna Putra Api / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Aruna Putra Api: Chapter 111 - Chapter 120

133 Chapters

111. Serangan Di Langit Rakajiwa

“Ah, sepertinya kau harus tahu. Selama ini pedang yang digunakan ayahandaku rupanya memiliki pasangan. Pedang Sanggabanu dari Pasimutara. Kedua pedang ini lah yang memancarkan cahaya merah dan biru tadi,” terang Arya seraya meraih sepasang pedang dari tangan Rara Sati.Rara Anjani dan putrinya saling pandang. Mereka masih mengingat jelas bagaimana ketakutan Nyai Padmi melihat kedua cahaya itu. Juga kata-kata terakhirnya untuk berpihak pada seseorang yang membawa benda berpasangan jika ingin selamat.“Suamiku, aku akan memberikan bantuan apa pun asal semua itu keinginanmu!” tandas Rara Anjani.Rara Sati tersenyum mendengar kalimat ibundanya. Sedang Arya dan Aruna saling pandang tak percaya. Tanpa mengucapkan apa pun Arya merengkuh tubuh istrinya itu dan membisikkan kalimat cinta di telinganya. Terserah apa yang terjadi, mendapatkan bantuan lah yang terpenting.“Tapi aku punya satu syarat,” potong Rara Anjani menghentikan kegembiraan Arya.“Apa itu, Rara?”“Pusatkan lah kekuatan sini. A
Read more

112. Pertempuran

“Bagus!” seru Jenar setelah Sasra Dasa milik Adisatya mengenai sasaran. Sepuluh prajurit udara Astagina hilang kendali dan saling bertabrakan di udara. Mereka pun terjun bebas ke tanah Rakajiwa. Sebagian bahkan terjun ke dalam api yang mereka buat sendiri di atap-atap daun rumbia itu.Sepuluh tumbang. Masih ada lima puluh lagi melayang-layang di langit Rakajiwa. Mereka semakin merendah. Bagaimana pun tak ada yang terima rekannya tewas. Mereka ingin melancarkan serangan balasan.“Para pemanah, sekarang!” seru Jenar memberikan komando. Puluhan anak panah melesat menyongsong pasukan udara itu. Beberapa lupur dari sasaran, beberapa lagi berhasil mengenainya. Pasukan udara tersisa segera terbang meninggalkan Rakajiwa.“Untuk sementara serangan dari udara sudah berhenti. Atma, bisa kah kau tinggikan tanah ini?” tanya Jenar pada pengguna Baladhara itu. Ia memiliki rencana yang mungkin efektif menangkal serangan dua ribu prajurit Astagina.Pada masa pembentukannya, Padepokan Rakajiwa berbentu
Read more

113. Pengorbanan

Anak panah yang dilepaskan Jenar dari busur Anantara melesat cepat membelah udara pagi Wana Praya. Lesatannya nyaris tak terlihat oleh prajurit yang sibuk berdesakan demi naik ke anak tangga, satu-satunya jalan menyerang Rakajiwa. Tak ada yang menyadari, termasuk Warasena sendiri. Pria itu masih sibuk mengendalikan pedang Candralawa manakala sebuah anak panah menembus dadanya.Warasena terpaksa mengakhiri Candralawa yang sudah melukai Senopati Jatiwungu dan beberapa murid Rakajiwa. Dua pedangnya luruh ke tanah, bersamaan dengan tubuh mantan Raja Candikapura itu. Ia ambruk cukup keras dari atas kudanya. Para prajurit yang berada di sekitarnya panik dan berteriak memberitahu punggawa terdekat agar menggantikannya memimpin pasukan.“Berhasil!” seru Jenar dengan senyum lebar.“Luar biasa, Gusti!” puji Senopati Jatiwungu yang belum juga beranjak dari sisi Jenar. Luka sayatan di kedua tangannya sudah dibalut dengan kain putih. Pria itu merasa sudah mampu untuk bertarung lagi.“Akurasi yang
Read more

114. Titik Akhir Legawa?

Jenar dan Perdana berupaya bergerak menembus pusaran angin itu, namun sia-sia. Perlahan pusaran angin itu menjadi semakin cepat dan pekat. Lima puluh lima orang itu nyaris semuanya memejamkan mata agar tak ada benda asing yang menyakiti mata. Mereka meninggalkan Legawa yang terakhir terlihat mulai didekati para prajurit Astagina.Hanya hitungan detik pusaran angin itu menghilang. Jenar sudah mampu membuka mata dan menggerakkan tangan dan kaki. Namun mereka semua sudah berada di tempat berbeda. Raja Astagina itu termangu karena mengenali tempat yang ia pijak, Wana Payoda. Lima tahun lalu pertarungan hebatnya dengan Arya menewaskan Sanggageni yang amat ia sesali.“Tempat ini ... Paman Legawa,” lirih Jenar dan bersimpuh mendalami keharuan di hati. Hati kerasnya kembali hancur saat seorang panutan rela mengorbankan diri demi dirinya dan Astagina. Hilang tempat bertanya dan mencari petuah.“Gusti, apa Gusti baik-baik saja?” tanya Perdana.“Ya, kau urus saja yang lainnya,” lirih Jenar.Perd
Read more

115. Jurus Pengunci Langkah

“Darbajangka!” Warasena panik melihat kakinya menginjak sebuah lingkaran hitam di tanah, di antara ilalang. Lingkaran itu menyala sejenak lalu padam kembali.“Bagaimana?” ledek Legawa.“Pengunci Langkah, bedebah!” umpat Warasena.Darbajangka, jurus pengunci langkah khas Dipa Kencana murni. Jurus yang hanya dikuasai oleh keluarga istana, keturunan mendiang Prabu Indrawan. Setelah Kertajaya menguasai Dipa Kencana, praktis jurus itu seolah menghilang di telan bumi.“Siapa kau sebenarnya? Bagaimana mungkin kau menguasai Darbajangka?” tanya Warasena mulai menyadari bahwa pria di hadapannya bukan orang sembarangan.“Sebenarnya aku tak ada urusan denganmu. Tapi kau dan Sena mengadu domba Candrapurwa dan Dipa Kencana hingga kami kehilangan nyawa dan tempat seharusnya kami berada,” ucap Legawa dan perlahan bangkit, masih bertumpu pada toya miliknya.“Jadi, selain Danapati masih ada keturunan Prabu Anarawan yang masih hidup?” tebak Warasena.“Tidak, Warasena. Aku keturunan Prabu Indrawan dari D
Read more

116. Raja Terkudeta

“Aku bahagia melihat kalian berkumpul sebagai keluarga, Aruna,” ucap Perdana ketika membersamai Aruna memanggang daging rusa buruan.“Apa kami tampak seperti keluarga bahagia, Perdana?” tanya Aruna dengan senyum di sudut bibir. Ia mengibaskan asap pembakaran dengan lembar daun jati yang lebar.“Tentu saja. Aku tak menyangka ayundamu begitu dekat dengan ibundamu,” ujar Perdana lagi. Mata pemuda itu terus memperhatikan segala gerak-gerik Rara Sati.Aruna tak menjawab. Ia sibuk mengolah daging rusa bagian kaki itu untuk disajikan kepada orang tua dan ayundanya. Sejurus kemudian ia mendapati Perdana masih terus memperhatikan ayundanya dari jarak cukup dekat itu.“Aku tak mengerti, sebenarnya kau menyukai Pitaka atau ayundaku?” sindir Aruna tanpa menoleh.“Hah? Apa?” tanya Perdana pura-pura tak menyimak pertanyaan sahabatnya itu.“Aku tak keberatan bila kau menyukai ayundaku. Tapi ada banyak hal yang harus kau tunjukkan lebih dulu,” ucap Aruna tanpa sedikit pun senyum. Pemuda itu mendadak
Read more

117. Rencana Penyerangan

Danapati merasa ada yang kurang di hari penobatannya. Warasena tak kembali setelah penyerangan Rakajiwa. Pitaka melaporkan bahwa pria itu bertarung dengan Legawa dan keduanya masuk ke dalam jurang yang dibuat oleh Atma dengan Baladhara. Sebuah pengakuan yang tentu saja disembunyikan dari para prajurit.Danapati, keturunan terakhir trah Anarawan menobatkan dirinya sendiri menjadi Raja Astagina bergelar Prabu Badhrika Astramaya. Badhrika berarti gagah berani, Astramaya berarti bersenjata. Tak seperti raja-raja sebelumnya yang meminta pendapat para tetua, Danapati memilih nama kebesarannya sendiri.Senopati Kalawangsa yang semula diangkat menjadi pimpinan divisi Telik Sandi, kini ia naikkan pangkatnya menjadi Patih. Beberapa abdi yang setia kepadanya ia nobatkan sebagai senopati di hari yang sama dengan penobatannya menjadi raja. Termasuk empat dari enam mantan pengawal Jenar. Kerajaan-kerajaan kecil taklukan Astagina ia minta untuk mengirimkan orang-orang terbaiknya untuk membela Astagi
Read more

118. Lengan

Jenar dan Rara Anjani sama sekali tak bergeming. Mereka tetap saling menyerang dan berusaha mengalahkan satu sama lain. Akan berbeda jika kedua perempuan itu tak menggunakan senjata tajam. Namun saat ini keduanya sama-sama saling serang menggunakan pedang dengan niat untuk membunuh.Pertarungan sejauh ini berjalan seimbang. Rara Anjani memang sempat tersungkur, namun itu salah satu bagian dari gerakan menghindar. Arya tampak terkejut, ia tak menyangka kedua istrinya menguasai ilmu pedang yang lumayan. Mulanya Jenar hanya dikenal sebagai pengguna anak panah dan Suji Pati, sedang Rara Anjani acap kali menggunakan selendangnya untuk bertarung.“Ayahanda, lakukan lah sesuatu! Mereka akan saling bunuh!” seru Aruna mulai panik.Rara Sati yang mendengar tentang pertarungan dua ibundanya segera datang. Serupa dengan Aruna, gadis itu panik dan tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya takut kalau ibundanya terbunuh dan Jenar melepaskan Suji Pati-nya.Sebuah gerakan menghindar yang bagus dari Rara S
Read more

119. Rencana Aruna

“Apa mau kalian?” hardik Jenar begitu mendapati Pitaka dan Saradula bersimpuh di hadapannya.“Ampun, Gusti. Kami hanya ingin mengabdi pada Gusti,” lirih Pitaka. Ia dan Saradula sama sekali tak berani menatap Jenar setelah orang yang harusnya ia jaga keselamatannya justru mereka jebloskan ke dalam penjara.“Apa yang memuat kalian yakin aku akan menerima kalian sampai jauh-jauh datang ke sini?” tanya Jenar. Ia tak mengerti mengapa dua mantan pengawalnya itu tahu ia berada di Dipa Kencana.“Ampuni kami jika kami lancang. Sesungguhnya Suradula memiliki kemampuan untuk melacak Gusti melalui energi di tusuk konde emas,” jawab Pitaka sungkan. Ia seperti telah siap akan kemarahan Jenar atau mungkin pengusiran. Namun lebih baik mencoba dari pada tidak sama sekali.“Apa? Suradula? Kau?” tanya Jenar tak yakin dengan kemampuan lelaki 27 tahun di sisi kiri Pitaka itu.Suradula adalah satu dari tujuh pengawalnya yang sangat tak diperhitungkan. Pendiam, cenderung menyendiri dan kemampuannya paling r
Read more

120. Pertarungan Dua Sahabat

Konon kuda hanya akan minum di air yang bersih. Binatang berkaki empat itu mampu mengetahui sumber air dan tidak akan meminum air tercemar. Namun tetap saja hewan yang dijadikan tunggangan itu tak mampu mendeteksi adanya racun dalam air. Dan juga racun yang digunakan Rara Sati hanya bekerja pada manusia saja.Tepian Desa Bakung sudah berdiri ribuan tenda dengan berbagai bentuk dan ukuran. Orang-orang Astagina itu terlebih dulu mengusir penduduk desa dan mengambil alih tanah, hewan ternak dan tanaman mereka. Desa itu sudah seperti perkampungan baru yang ramai namun sama sekali tak ramah.Seharusnya persiapan penyerangan sudah hampir selesai. Namun terhambat karena hampir seluruh prajurit Duwana dan Andanu tiba-tiba terserang diare. Mereka memenuhi sepanjang tepian anak sungai Soma demi menuntaskan hajat. Jumlah mereka yang begitu banyak dan frekuensi buang air besar yang berulang-ulang membuat air sungai jadi tercemar. Beberapa dari para prajurit sudah mengeluh lemas dan berkeringat di
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status