“Ya. Kau boleh pergi. Ketahuilah, aku tidak membawa lari kitab apapun. Semua ilmu yang kupunyai, kebanyakan kupelajari dari Kim Coa (Ular Emas). Oleh karena itu, tidak ada satupun yang bisa kau ambil atau minta dariku. Aku pun tak akan membalaskan dendam kematian Kim Coa, karena bagiku, kematian seseorang sudah ditakdirkan. Keadilan sudah datang dengan matinya kelima sahabatmu itu.”“Maka pergilah, aku tidak mempersoalkan apa-apa. Tapi jika kau menggangguku, atau mengganggu orang-orang di Lai Lai, aku mempunyai kemampuan yang sangat menakutkan. Aku akan mencarimu.”“Baiklah,” kata Yap-heng. “Kemurahan hatimu akan selalu kuingat. Ampunanmu ini tidak akan terlupakan. Selamat tinggal, Cio San.” Yap-heng bersoja (memberi hormat ala kaum Bu Lim), lalu ia pun menghilang dari hadapan Cio San.Entahlah apa yang ada di benak Yap-heng. Mungkin saja ia berpikir, “Alangkah sialnya orang yang dimusuhi oleh Cio San!”*** Keesokan paginya, Lai Lai ramai oleh orang-orang yang membicarakan kejadian d
Read more