“Dari sepatumu. Baju, celana, dan badanmu kotor. Tapi sepatumu tidak. Aku memperhatikan, kau sering membersihkan sepatu itu dengan tanganmu. Saat kau minum arak pun, kadang-kadang kau melirik ke sepatumu. Jadi mestinya, sepatu itu adalah benda yang sangat berharga bagimu. Pemberian seseorang yang juga sangat berharga bagimu. Tentunya, bukan gurumu yang memberikannya. Karena biasanya, guru lebih suka memberikan benda-benda yang jauh lebih bermanfaat, seperti senjata, kitab sakti, atau mungkin sempritan tulang yang kau gunakan untuk memanggil burung-burung tadi. Sepatu, seperti juga pakaian, adalah pemberian yang ‘penuh cinta’. Benda-benda tersebut diberikan, karena orang itu memperhatikanmu. Jadi siapa orang itu? Tentunya ia kekasihmu.”Cukat Tong terdiam. Semua yang dijelaskan Cio San benar. Ia hanya menggeleng-geleng dan berkata, “Jika Khu-hujin memang benar-benar mempunyai kemampuan seperti ini, maka sudah pasti ia lah otak dibalik semua kejadian pembunuhan bertopeng itu.”“Aku tida
Baca selengkapnya