Semua Bab Kisah Para Penggetar Langit: Bab 111 - Bab 120

254 Bab

Bab 111

“Awalnya susah, Tuan. Tetapi untunglah berdasarkan ciri-cirinya, kami bisa mengenali jasad beliau. Dari cincin lambang ketua. Lalu kalung dan beberapa gelang. Selain itu, dari gigi geligi beliau, ada beberapa emas yang beliau pakai. Kami semua yakin betul itu jasad beliau,” jawab salah seorang.Ia melanjutkan, “Kami tidak tahu harus marah atau senang kepada Cukat Tong. Ia berani sekali mencuri barang Kauwcu. Tapi justru karena dia lah, Ma Kauw terselamatkan. Ia berhasil menyelamatkan kotak yang sangat penting. Ini kotaknya, Kauwcu. Silahkan Kauwcu buka dan lihat isinya.”Sebuah kotak kayu sederhana. Cio San membukanya.Seketika itu juga, puluhan jarum yang sangat tipis menyerang matanya!Tapi Cio San lebih cepat. Ia sudah siap sejak tadi. Ia hanya memiringkan kepalanya. Puluhan jarum itu lewat di belakangnya, mengenai ketiga orang yang tadi mengantarnya. Mereka semua tewas berkelojotan di lantai.Ketujuh orang yang duduk di depannya, serempak menyerangnya. Tujuh senjata, tujuh titik m
Baca selengkapnya

Bab 112

Mereka kini duduk bersama di bawah sebuah pohon. Menikmati arak dan buah-buahan. Mendengar Cukat Tong bercerita.“Segera sesudah bertemu denganmu, aku mengirimkan surat kepada Ang Hoat Kiam Sian, menceritakan apa yang telah terjadi. Aku lalu penasaran apa isi kotak Ma Kauw-kauwcu, karena kotak itu diberi perangkap senjata rahasia yang ganas. Setelah berhasil memecahkan rahasia senjata itu, kotak akhirnya berhasil kubuka. Isinya adalah sebuah surat perintah, yang berisi bahwa kau telah diangkat sebagai Kauwcu baru. Karena merasa surat itu penting, aku membawa kotak itu ke markas Ma Kauw terdekat.”“Mereka menerimaku dengan baik, karena aku kenal beberapa orang disana. Kuceritakan semua yang terjadi. Herannya, mereka tidak begitu kaget. Aku lantas curiga. Untunglah, ketika melangkah pulang dan lewat di depan salah satu kamar rumah bordil, aku melihat si keparat nahkoda itu. Kamarnya terbuka sedikit, saat ada perempuan keluar dari dalam. Dari sedikit celah itu, aku bisa melihatnya sedang
Baca selengkapnya

Bab 113

Tidur Cio San sangat pulas. Dari sejak tengah hari, ia tidur sampai sore. Begitu bangun, ia melihat Cukat Tong dan Ang Hoat Kiam Sian masih duduk di sebelahnya. Yang satu duduk diam tenang. Tanpa suara dan tanpa kata-kata. Yang satu sedang menyandar di pohon sambil minum arak.“Kalian berdua sejak tadi duduk saling diam?” tanya Cio San kepada Cukat Tong.Cukat Tong hanya mengangguk.“Dan sejak tadi kau minum arak? Banyak sekali persediaan arakmu.”Cukat Tong mengangguk sambil tertawa. “Aku sudah 3 kali bolak-balik ke warung arak.”Cio San ikut tertawa. Ia duduk menyandar pohon dan ikut minum arak. Arak Lin Cia. Arak ini dibuat dari sari buah-buahan yang dimasukkan ke dalam bilah bambu, lalu di kubur dalam tanah selama berbulan-bulan. Semakin lama dikubur, semakin enak rasanya.Bangun tidur lalu minum arak. Habis minum arak, lantas tidur lagi. Di dunia ini tidak ada yang lebih menggembirakan buat para peminum selain hal ini.”Kau kenal dia darimana?” tanya Cio San sambil menunjuk Ang H
Baca selengkapnya

Bab 114

“Sejak awal bertemu dengannya di Rumah Teng Teng. Cara pandang dan sinar matanya yang aneh, membuatku curiga. Setelah kuperhatikan, ketika ia berbicara atau melakukan gerakan apapun, kepalanya agak dimiringkan. Itu tanda kalau dia lebih mengandalkan telinga ketimbang matanya.”“Tapi jurus pedangnya yang mantap dan cepat seperti itu?” tanya Cukat Tong lagi.“Justru karena ia buta, maka jurus pedangnya bisa dahsyat seperti itu. Karena ia tidak bertarung dengan menggunakan mata. Ia bertarung menggunakan hati. Ia adalah contoh manusia yang telah bisa menyatu dengan pedangnya,” jelas Cio San.“Ada sebagian orang yang hidupnya adalah pedang. Yang sebagian lain, pedang adalah hidupnya. Tapi baginya, hidupnya bukan pedang, dan pedang bukan hidupnya. Ia adalah pedang itu sendiri.”Mau tidak mau, Cukat Tong bergidik juga mendengarnya.“Kau tidak tahu asal-usulnya?” tanya Cio San.“Aku tidak tahu pasti. Aku hanya bisa menebak-nebak.” Cukat Tong lalu melanjutkan, “Sekitar dua puluh sampai tiga pu
Baca selengkapnya

Bab 115

Menyenangkan juga menaiki kendaraan seperti ini!Cio San merasa ini adalah kendaraan terbaik yang pernah ia naiki. Ia bertanya, “Di mana kau mempelajari kepandaian ini?”“Ada hal-hal rahasia yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain,” jawab Cukat Tong sambil tertawa.“Rahasia? Hmmmmm…” Cio San berpikir.“Wah, kalau kau sudah mulai berpikir, bisa-bisa rahasiaku ketahuan. Hahaha…,” tawa Cukat Tong.“Aku sudah mengerti rahasia besar. Tapi bukan rahasiamu,” jawab Cio San.“Lantas, rahasia siapa?”“Rahasia para pembunuh bertopeng itu. Bagaimana mereka bisa dikuasai dan diperintah oleh otak di belakang mereka,” kata Cio San.“Apa? Rahasia mengapa orang-orang terhormat dan sakti itu mau jadi pembunuh bertopeng?” tanya si Raja Maling.“Benar.”“Hey, katakan padaku apa rahasianya?”“Ada hal-hal rahasia yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain,” Cio San mengejek Cukat Tong dengan meniru kata-kata Cukat Tong sendiri.“Setan buluk! Hahahahahaahahahahahaha…,” mereka berdua tertawa.
Baca selengkapnya

Bab 116

Pemandangan di sepanjang sungai sangat indah. Apalagi hari menjelang sore. Sinar matahari yang jatuh di atas sungai sungguh indah. Banyak kapal dan perahu yang berpapasan dengan mereka. Semua melongo dan ternganga melihat kendaraan yang aneh itu. Banyak yang memuji kagum. Cukat Tong dan Cio San membalas dengan senyum dan anggukan.“Berapa lama perjalanan ke Istana Ular?” tanya Cio San.“Kalau pakai kapal biasa, bisa satu setengah hari. Tapi kalau pakai burung ini, besok pagi-pagi sekali kita sudah sampai,” jawab Cukat Tong.“Ah, berarti kita bisa menyusul rombongan pengkhianat itu,” tukas Cio San.“Mudah-mudahan. Kau simpan tenagamu. Pertempuran dan pertarungan masih panjang.”“Bagaimana kalau sambil makan?” jawab Cio San.Ia duduk di tepi ‘rakit’ aneh itu. Dengan sedikit menjentikkan jari saja, dua-tiga ekor ikan sudah ditangkapnya.Cio San lalu meloncat. Dengan ilmu meringankan tubuhnya ia melayang di atas air. Lalu mendarat di tepian sungai. Saat itu, jalur sungai yang mereka lalui
Baca selengkapnya

Bab 117

“Dari sepatumu. Baju, celana, dan badanmu kotor. Tapi sepatumu tidak. Aku memperhatikan, kau sering membersihkan sepatu itu dengan tanganmu. Saat kau minum arak pun, kadang-kadang kau melirik ke sepatumu. Jadi mestinya, sepatu itu adalah benda yang sangat berharga bagimu. Pemberian seseorang yang juga sangat berharga bagimu. Tentunya, bukan gurumu yang memberikannya. Karena biasanya, guru lebih suka memberikan benda-benda yang jauh lebih bermanfaat, seperti senjata, kitab sakti, atau mungkin sempritan tulang yang kau gunakan untuk memanggil burung-burung tadi. Sepatu, seperti juga pakaian, adalah pemberian yang ‘penuh cinta’. Benda-benda tersebut diberikan, karena orang itu memperhatikanmu. Jadi siapa orang itu? Tentunya ia kekasihmu.”Cukat Tong terdiam. Semua yang dijelaskan Cio San benar. Ia hanya menggeleng-geleng dan berkata, “Jika Khu-hujin memang benar-benar mempunyai kemampuan seperti ini, maka sudah pasti ia lah otak dibalik semua kejadian pembunuhan bertopeng itu.”“Aku tida
Baca selengkapnya

Bab 118

Cukat Tong mengendalikan burung-burung dengan sangat baik. Cio San memperhatikan saja. Dalam hati, ia sangat mengagumi Cukat Tong. Tidak mudah menjadi Raja Maling seperti dia. Di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa dicurinya. Tapi tetap saja dia miskin. Pakaian kotor. Kepala penuh kudis pula.Memang, ada sebagian orang yang walaupun dalam posisi dan kekuasaan yang besar, tetap tidak mau menyalahi orang. Tetap tidak mau mengambil keuntungan. Tidak mau merugikan orang lain.Itulah kenapa Cio San sangat mengagumi Cukat Tong. Usia mereka beda belasan tahun. Bertemu pun baru beberapa hari. Tapi kecocokan dan kesamaan hati, membuat mereka merasa telah bersahabat selama puluhan tahun.Sepanjang jalan, mereka bercanda dan tertawa-tawa. Perahu dan kapal yang berpapasan dengan mereka, selain heran dengan kendaraannya, juga heran mengapa kedua orang ini bisa tertawa lepas bahagia seperti tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa membuat mereka bersedih.Malam semakin larut. Bintang dan rembulan
Baca selengkapnya

Bab 119

Dari ketidakpahaman muncul kepahaman, dan dari kepahaman muncul ketidakpahaman.Sudah berapa juta kali hal itu kita dengarkan, namun berapa dari kita yang benar-benar melihatnya di dalam kenyataan?Cio San tidak tahu jika ia sedang menggunakan Thay Kek Kun. Ia hanya bersilat sekenanya. Mengikuti gelombang. Seperti dulu, pada saat ia bersilat menghadapi gelombang banjir di dalam goa. Dalam ketidaktahuannya itu, ia telah merapalkan Thay Kek Kun tingkat tertinggi. Tingkat paling sempurna.Pikirannya kosong. Bersih oleh prasangka. Bersih oleh segala macam aturan jurus. Ilmu mengalir dari tubuhnya secara alami. Bagaikan air yang mengalir dari gunung ke laut. Seperti angin yang berhembus dari lembah-lembah ke pantai-pantai.Seperti itulah ilmunya sebenarnya. Tanpa ia pernah paham atau sadari.Para penyerangnya pun hancur dalam satu kali serang. Mereka yang menggunakan tenaga paling dahsyat untuk menyerangnya, menderita luka yang paling dahsyat pula. Karena semakin dahsyat tenaga lawan, sema
Baca selengkapnya

Bab 120

Lama sekali mereka saling diam. Cio San masih tidak percaya dengan apa yang tadi ia lakukan. Ia tidak tahu kalau selama ini ia memiliki kekuatan dan kesaktian yang menakjubkan.“Apa yang kau lakukan tadi, setidaknya membuat si ‘otak besar’ ketakutan juga. Mereka pasti tidak menyangka kau adalah musuh yang setangguh itu,” kata Cukat Tong memecah kesunyian.Cio San mengangguk.“Setidaknya, kini dia sedang pusing memikirkan berbagai langkah,” katanya.“Jika ia tahu kau sehebat itu, tentunya dia tidak akan buang-buang waktu dan tenaga untuk mengajakmu bertempur. Ia pasti memikirkan cara yang lebih licik. Racun misalnya. Tapi racun pun tidak bisa melukaimu,” ujar Cukat Tong.“Dia sudah tahu satu kelemahanku,” tukas Cio San.“Apa itu?”“Aku tidak bisa melempar senjata rahasia. Hahahahaah…….,” tawa Cio San yang ditimpali dengan tawa Cukat Tong.“Kau tahu, aku juga punya satu kelemahan yang fatal,” kata Cio San.“Apa?”“Aku tidak bisa menunggang kuda.”“Hahahahahaahah…” Mereka berdua tertawa.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
26
DMCA.com Protection Status