Home / Pendekar / Kisah Para Penggetar Langit / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Kisah Para Penggetar Langit: Chapter 121 - Chapter 130

254 Chapters

Bab 121

Cio San mengelak. Hanya memiringkan sedikit badannya ke kiri. Tanpa melangkahkan kaki, bagian atas tubuhnya bisa berputar jauh sampai ke belakang. Cukat Tong terkaget lagi. Cio San memang tak pernah berhenti menimbulkan kekagumannya. Orang yang badannya bisa selentur itu yang pernah dilihatnya, memang baru Cio San.Gerakan Cio San tadi dilakukan di saat-saat terakhir ujung serangan jari itu akan menyentuhnya. Orang manapun yang melihat, pasti akan menyangka jari itu sudah masuk menembus ulu hatinya. Gerakannya jauh lebih cepat dari serangan yang datang. Bahkan si nenek sendiri terbelalak, karena menyangka serangannya sudah menemui sasaran.Tapi si nenek tidak lama kagetnya. Karena ia tahu kini daerah punggungnya sudah terbuka. Dengan gerakan sangat cepat, kakinya sudah menendang. Tendangan belakang yang dilakukan dengan cara membengkokkan kaki dan lutut ke ke belakang.Serangan ini mengincar kepala Cio San. Dengan menggunakan punggung kirinya, Cio San mendorong tubuh si nenek.Si nene
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Bab 122

Telapak tangan si nenek sudah menempel di dada Cio San. Kepulan asap keluar dari tubuh mereka. Cio San menutup matanya. Si nenek justru matanya semakin terbelalak.Duaaaarrrrrrrrrrrrr……….!!!!!!!Suara ledakan besar terdengar. Tubuh si nenek terlempar beberapa tombak ke belakang. Meluncur sangat cepat! Si nenek seperti tidak bisa berbuat apa-apa ketika tubuhnya akan menghunjam tangga batu di belakangnya. Ia hanya menunggu kematian saat nanti tulang punggungnya menghunjam tangga batu.Cukat Tong bergerak, tapi posisinya terlalu jauh, dan gerakannya sedikit terlambat.Tapi bukankah yang sedikit itu justru menentukan hidup atau mati??Si nenek menutup mata.Pluk!Tubuhnya tidak menghunjam tangga batu, melainkan ujung telapak Cio San.Entah bagaimana, Cio San telah berada di sana. Menahan hunjaman tubuh si nenek, hanya dengan putaran telapak tangan. Tenaga hunjaman yang sekeras dan secepat itu, langsung buyar hanya oleh putaran telapak tangan yang sederhana!Cukat Tong terhenyak lagi, “Tha
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Bab 123

Cio San tidak menjawab pertanyaan Cukat Tong. Ia hanya tersenyum walaupun air mata sedikit menggenang di matanya.Malah si nenek usai membaca surat itu lantas bersoja, bersujud di hadapan Cio San.“Salam hormat, Kauwcu. Semoga panjang umur!”Cio San segera bergegas menuju si nenek dan membantunya berdiri.Katanya, ”Buat apa segala adat begini, Nona.”“Mari ikut hamba masuk,” kata si nenek.Mereka bertiga masuk ke dalam Istana Ular. Pemandangan di dalam lebih mengerikan dibandingkan dengan yang diluar. Puluhan mayat berserakan. Ada yang sudah menjadi arang, ada yang masih utuh. Banjir darah menggenang hampir di seluruh lantai. Cio San dan Cukat Tong hanya geleng-geleng kepala. Katanya pada Cukat Tong, “Urusan kubur-mengubur ini ternyata masih panjang.” Ditimpali oleh Cukat Tong dengan tertawa sedikit meringis.“Kauwcu, mohon ceritakan apa yang telah terjadi?” tanya si nenek pada Cio San.Cio San lalu bercerita sejak awal. Mulai dari saat ia ditotok Bun Tek Thian, dibawa ke markas Ma Ka
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Bab 124

“Iya, Kauwcu. Tadi pengkhianat-pengkhianat itu datang dengan kapal. Mereka adalah anggota-anggota Ma Kauw juga. Mungkin ada juga beberapa orang luar yang menyusup. Mereka bilang, akan mengantarkan mayat Kauwcu yang lama. Mereka juga bilang, kalau Kauwcu yang baru telah diangkat, namanya Cio San. Kauwcu baru itu yang memerintahkan mereka untuk mengantarkan peti mati yang berada dipojok sana,” jelas si nenek sambil menunjuk peti mati yang berada di pojok.“Ternyata setelah peti kami buka, ada beberapa orang yang keluar dari dalam dan langsung menyerang. Untunglah hamba bisa menghindar. Tapi beberapa saudara yang lain, tidak. Kami semua bertempur, dan akhirnya bisa Kauwcu saksikan sendiri.”Cio San manggut-manggut. Ia sendiri sudah paham apa yang terjadi. Peti mati kosong yang berada di pojok ruangan sudah ‘menceritakan’ banyak hal kepadanya.“Ah sampai lupa, hamba belum memperkenalkan diri…,” kata si nenek. “Tapi tentunya Kauwcu telah tahu siapa hamba.”“Sesungguhnya engkau sakit apa se
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Bab 125

Pagi telah tiba hanya dalam beberapa kedipan mata. Cio San dan Cukat Tong tidur pun hanya beberapa jam saja. Tapi badan mereka telah segar saat mereka bangun. Suara hewan-hewan yang ada di dalam hutan membuat pagi itu terasa indah. Seperti tidak ada kematian yang semalam meliputi istana ini.Bau wangi teh dan makanan memenuhi balairung istana kecil ini. Cio San bangkit dan menuju ke sumber wangi ini. Sebuah dapur ternyata berada di bagian belakang istana yang indah ini. Ang Lin Hua rupanya sedang menyiapkan sarapan.Melihat kedatangan Cio San, ia mengangguk dan memberi salam. Cio San membalas salamnya, lalu bertanya, “Siocia (Nona) sedang masak apa?”“Hanya makanan kecil untuk sarapan, Kauwcu. Hanya ini yang tersisa dari kemarin. Hamba bermaksud berburu dulu baru kemudian memasak untuk makan siang,” jawabnya.“Tidak perlu repot-repot, Siocia. Biar nanti kami saja yang berburu dan memasak,” kata Cio San. Tangannya sudah menjawil sebuah kue yang ada di situ. “Enak juga.”“Kalau semua-se
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Bab 126

Cukat Tong agak sedikit tercekat, tapi ia berkata “Ini pengalaman pribadi hampir semua lelaki di dunia. Kau pun sebentar lagi akan mengalaminya.”Cio San tidak berkata apa-apa. Malah terdengar suara Ang Lin Hua, “Tuan Raja Maling salah. Perempuan justru jauh lebih setia daripada lelaki.”“Nah, sudah mulai ramai nih,” kata Cio San.“Sudah berapa wanita yang Tuan temui? Apakah Tuan sudah mengencani mereka satu-satu?” tanya Ang Lin Hua. Kata-katanya lembut saja. Tapi Cukat Tong tidak bisa menjawab.“Wanita yang mati bunuh diri karena dikhianati lelaki, sudah tak terhitung jumlahnya di dunia. Wanita yang tidak menikah sampai seumur hidup karena menanti kekasihnya pun, juga sudah tak bisa dihitung.”“Mari duduk, Siocia,” Cio San berdiri dan menarik kursi di sebelahnya.Ang Lin Hua lalu duduk. Ia menuangkan teh ke cangkirnya. Gerakannya halus dan lembut.Melihat Cukat Tong yang diam saja sambil senyum-senyum sendiri, Cio San ikut senyum-senyum juga.Kaum lelaki di mana-mana memang sama saja
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Bab 127

“Dulu, istana ini dibangun oleh Kaisar Hong Wu. Sebagai tempat pertahanannya untuk daerah sungai. Makanya ada sebuah dermaga besar di depan. Dinamai Istana Ular karena dulu sebelum istana ini dibangun, banyak ular di daerah ini. Tapi Kaisar memanggil seorang ahli racun dari barat untuk mengusir semua ular-ular itu, sebelum membangun istana ini.”“Ooo, jadi istana ini dulunya milik kerajaan. Lalu kenapa sekarang jadi milik Ma Kauw?”“Setelah bangsa Goan (Mongol) berhasil di usir, istana ini lantas ditinggalkan, dan tak ada yang mengurusi. Akhirnya banyak ular yang kembali ke sini. Karena itu, jarang ada orang yang mau datang ke sini. Seorang ahli racun dari Ma Kauw berhasil mempelajari rahasia untuk mengusir ular, dia lalu tinggal di sini.”Cio San manggut-manggut.Mereka kini telah berada di luar istana. Hutan di luar istana sangat lebat dan rapat. Cahaya matahari hanya bisa menembus sedikit saja. Cio San banyak memetik dedaunan. Rupanya kebiasaan mengumpulkan bahan masak dan obat, ti
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Bab 128

Thay Kek Kun sebenarnya sama saja dengan ilmu Menghisap Matahari. Hanya penggunaan dan pengembangannya yang berbeda. Jika pengembangannya dihapus, maka inti yang tertinggal dari kedua ilmu itu pasti sama persis.Mereka berdua lalu ke balairung. “Siocia, coba lihat gerakan ini lalu hafalkan.”Cio San bergerak. Tubuhnya seperti orang menari. Gerakan Thay Kek Kun memang seperti orang menari. Ang Lin Hua memperhatikan, baginya jurus itu bukan jurus baru. Melainkan Thay Kek Kun. Tapi saat di gerakan kedua, gerakan Cio San sudah berubah. Kali ini adalah gerakan beberapa jurus ilmu Menghisap Matahari.Pada dasarnya, Cio San tidak menggabungkan kedua ilmu itu. Ia hanya bersilat menggerakkan tubuhnya. Matanya tertutup, merasakan desahan angin dari jendela. Menghirup udara segara dari hutan yang lebat. Suara gemericik air di kolam belakang pun dinikmatinya.Tubuhnya bergerak, hentakan tenaga terasa berat namun lembut. Cio San seperti kembali ke Bu Tong-san, saat ia bersilat secara sembarangan.
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Bab 129

Ang Lin Hua tersenyum. “Di dunia ini, mungkin tempat yang paling banyak menyimpan arak adalah tempat ini.” Ia segera pergi. Tak lama kemudian, ia sudah kembali membawa dua buah guci.Saat menghirup baunya, Cio San langsung terpana, “Arak Cui Ju.”Arak ini dibuat dari beras yang direndam lama. Warnanya seperti susu. Rasanya manis dan gurih. Ini adalah minuman khas dalam istana kaisar.“Ada arak apa saja yang ada di sini?” tanyanya tertarik.“Apa saja yang Tuan cari, semua ada di dalam ruang penyimpanan bawah tanah,” jawab Ang Lin Hua.“Wuah…!” Hanya kata itu saja yang keluar dari mulut Cio San.Orang jika terlalu senang, memang susah berkata-kata. Dan apa yang lebih menyenangkan bagi peminum, selain mendengarkan bahwa ada sebuah ruangan yang menyimpan segala macam arak?Entah sejak kapan dia jadi peminum.Kedua orang ini lalu menikmati makan siangnya. Kelinci panggang yang bagian perutnya dikeluarkan dan diisi rempah-rempah, butiran jagung rebus, serta potongan daging asap yang sebelum
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Bab 130

Saat sore, pemandangan di Istana Ular juga tidak kalah indahnya. Cio San berada di taman belakang. Ia sedang menikmati arak dan pemandangan di sekitarnya. Ada kolam kecil yang indah. Di dalamnya terdapat berbagai macam ikan hias. Melihat mereka berenang dan bermain, sudah merupakan hiburan tersendiri bagi Cio San.Di sekeliling kolam terdapat jalan setapak dengan batuan warna-warni yang indah. Di sekeliling jalan setapak itu pun diliputi rumput hias yang terpotong rapi. Di pojok taman, terdapat pavilliun kecil. Di sini terdapat meja kecil dan sebuah khim (kecapi) yang besar. Cio San pernah memainkan kecapi yang besar saat di rumah Khu-hujin dulu. Kini ia duduk memainkannya.Entah karena memang bakat musik yang menurun dari ayahnya, Cio San memainkan khim dengan sangat indah. Ang Lin Hua yang saat itu sedang berada di kamarnya, sayup-sayup mendengar suara khim dan nyanyian Cio San. Sebuah lagu yang indah namun menyedihkan.Lagu yang menyedihkan memang seringkali terasa jauh lebih menye
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
26
DMCA.com Protection Status