Ang Lin Hua tersenyum. “Di dunia ini, mungkin tempat yang paling banyak menyimpan arak adalah tempat ini.” Ia segera pergi. Tak lama kemudian, ia sudah kembali membawa dua buah guci.Saat menghirup baunya, Cio San langsung terpana, “Arak Cui Ju.”Arak ini dibuat dari beras yang direndam lama. Warnanya seperti susu. Rasanya manis dan gurih. Ini adalah minuman khas dalam istana kaisar.“Ada arak apa saja yang ada di sini?” tanyanya tertarik.“Apa saja yang Tuan cari, semua ada di dalam ruang penyimpanan bawah tanah,” jawab Ang Lin Hua.“Wuah…!” Hanya kata itu saja yang keluar dari mulut Cio San.Orang jika terlalu senang, memang susah berkata-kata. Dan apa yang lebih menyenangkan bagi peminum, selain mendengarkan bahwa ada sebuah ruangan yang menyimpan segala macam arak?Entah sejak kapan dia jadi peminum.Kedua orang ini lalu menikmati makan siangnya. Kelinci panggang yang bagian perutnya dikeluarkan dan diisi rempah-rempah, butiran jagung rebus, serta potongan daging asap yang sebelum
Saat sore, pemandangan di Istana Ular juga tidak kalah indahnya. Cio San berada di taman belakang. Ia sedang menikmati arak dan pemandangan di sekitarnya. Ada kolam kecil yang indah. Di dalamnya terdapat berbagai macam ikan hias. Melihat mereka berenang dan bermain, sudah merupakan hiburan tersendiri bagi Cio San.Di sekeliling kolam terdapat jalan setapak dengan batuan warna-warni yang indah. Di sekeliling jalan setapak itu pun diliputi rumput hias yang terpotong rapi. Di pojok taman, terdapat pavilliun kecil. Di sini terdapat meja kecil dan sebuah khim (kecapi) yang besar. Cio San pernah memainkan kecapi yang besar saat di rumah Khu-hujin dulu. Kini ia duduk memainkannya.Entah karena memang bakat musik yang menurun dari ayahnya, Cio San memainkan khim dengan sangat indah. Ang Lin Hua yang saat itu sedang berada di kamarnya, sayup-sayup mendengar suara khim dan nyanyian Cio San. Sebuah lagu yang indah namun menyedihkan.Lagu yang menyedihkan memang seringkali terasa jauh lebih menye
Terdengar suara gerbang depan terbuka. Pintu gerbang itu terbuat dari besi besar yang tinggiya beberapa kaki. Gerbang yang sangat kokoh, karena memang tempat itu dulunya adalah benteng pertahanan.Puluhan orang lalu masuk. Pakaian dan dandanan mereka pun aneh-aneh. Sekali pandang saja, Cio San tahu jika mereka adalah anggota Ma Kauw.Begitu tiba di hadapan Cio San, segera orang-orang itu berlutut dan kembali mengucap kalimat yang sama.“Salam hormat kepada Kauwcu, semoga panjang umur. Juga salam kepada Seng Koh (Perawan Suci).”“Berdirilah,” jawab Cio San. Dalam hati, dia kagum juga dengan nama panggilan Ang Lin Hua. Perawan suci! Dia ingin tersenyum.Tapi Cio San sadar, bahwa saat ini bukan waktunya untuk Cio San yang senyumnya jenaka dan berkelakuan seenaknya.Cio San saat ini adalah seorang Ma Kauw-kauwcu.“Apa yang membawa Saudara-saudara sekalian ke sini?” tanyanya.“Kami mendengar bahwa Kauwcu yang lama telah meninggal, dan Tuan telah diangkat sebagai Kauwcu yang baru,” jawab sa
“Akulah pemuda aneh itu, saat itu aku sedang menyamar pula” tukas Cio San sambil tersenyum.“Hamba saat itu mendapat perintah dari Kauwcu yang lama untuk menetap di sana. Beberapa orang anggota memang mendapat perintah untuk menetap dibeberapa daerah sekitar kaki gunung Bu Tong-san.”“Oh.. Kalian diperintahkan Kauwcu yang lama untuk mencari tahu tentang Cio San yang menurut kabar membawa kabur kitab sakti, bukan?”“Benar, Kauwcu! Hamba diperintahkan untuk memperhatikan siapa-siapa saja yang berada di sekitar Bu Tong-san pada saat itu. Oleh karena itu, hamba memberi penanda jejak di sepatu, agar mudah dikuntit”“Lalu setelah aku tiba di kota Liu Ya, dua orang yang menguntitku adalah anak buahmu?” tanya Cio San.“Benar, Kauwcu.”“Lalu kenapa mereka mati?”“Yang membunuh mereka adalah ketua Ma Kauw cabang Liu Ya, Kauwcu. Mereka berdua terpaksa harus dibunuh, agar jangan sampai membocorkan rahasia, bahwa Ma Kauw tertarik untuk mencari tahu rahasia anda, Kauwcu.”“Oh, aku mengerti sekarang
Mereka berdua minum sampai tengah hari. Saat itu, anggota-anggota Ma Kauw sudah bersiap-siap untuk kembali ke posisi masing-masing. Mereka mungkin segan mengganggu Cio San yang sedang minum-minum, sehingga menunggu sampai ia selesai dulu.Tapi bukankah pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggui lelaki pemabuk minum arak, dan menunggui wanita cantik bersolek?Oleh sebab itu, para anggota Ma Kauw menunggu hingga tengah hari. Padahal mereka sudah ingin berangkat sejak tadi.Ketika Cio San dan Cukat Tong selesai, baru para anggota Ma Kauw itu berani mendatangi Cio San untuk minta diri.“Kami berangkat, Kauwcu! Segala titah Kauwcu, akan kami laksanakan!”“Bagus. Selamat jalan, Saudara-saudara. Apakah bekal kalian sudah cukup?” tanya Cio San.“Lebih dari cukup, Kauwcu!”“Baiklah. Hati-hatilah di jalan.”“Kebaikan hati Kauwcu tidak kami lupakan. Kami mohon diri!”Mereka bersoja di hadapannya, dan Cio San membalas dengan menjura. Lalu puluhan orang itu pun pergi. Terdengar ramai suara
“Belum saatnya. Karena sekarang adalah saat makan siang.” Cio San berkata begitu karena melihat tiga orang anggota Ma Kauw yang wanita sudah datang membawa nampan-nampan berisi makanan.Mereka makan dengan lahap. Setelah makan, Cio San meminta diri untuk bekerja sebentar. Cukat Tong tidak tahu apa yang dilakukan Cio San. Karena sungkan bertanya, ia memilih berdiam saja di kamar yang sudah dipersiapkan anggota Ma Kauw kepadanya.Cio San sendiri pergi ke ruangan obat-obatan. Rupanya, ia berusaha keras untuk memecahkan rahasia racun hebat itu. Dari siang sampai tengah malam, ia bekerja keras. Ia hanya keluar untuk makan malam. Saat makan malam bersama, Cukat Tong pun tidak bertanya apa-apa, karena ia kini sudah tahu apa yang sedang dilakukan Cio San.“Lakukanlah yang terbaik,” begitu kata Cukat Tong. Cio San hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman.Memang jika dua sahabat sudah saling mengerti kemampuan masing-masing, kebanyakan mereka akan lebih banyak diam dan saling tersenyum.
“Sungai Huang Ho ini lumayan lebar. Mungkin tengah hari, baru kita sampai di seberang,” jawab si Raja Maling. Cio San mengangguk. Mereka berangkat. Cio San, Cukat Tong, Ang Lin Hua, serta dua orang anggota Ma Kauw yaitu Sie Peng dan Yan Tian Bu. Sie Peng adalah seorang wanita yang lumayan cantik dan tangkas. Sejak awal ia datang, Cio San sudah memperhatikannya. Ia menganggap Sie Peng cocok untuk menemani Ang Lin Hua. Sedangkan Yan Tian Bu adalah seorang lelaki yang bertubuh tinggi besar dan tidak banyak bicara. Gerak-geriknya pun tangkas dan cerdas. Cio San butuh seorang anggota yang mampu melaksanakan perintah-perintahnya jika diperlukan. Perjalanan menyeberang sungai memang tepat selesai pada saat tengah hari. Mereka mendarat di sebuah hutan lebat. Cukat Tong yang memilih tempat ini, karena ia yang paling paham daerah-daerah. Setelah menyusuri hutan selama kira-kira sepeminum teh, tibalah mereka di pinggiran kota Kun Tau. Sebuah kota kecil yang lumayan ramai. Mereka tiba di gerb
Pada hari ke-8, mereka beristirahat di sebuah hutan. Mereka membuat perapian dan menikmati makan malam. Rusa panggang dan nasi hangat. Tentunya dengan beberapa cangkir arak untuk menghangatkan badan. Setelah makan, mereka semua tidur. Kecuali Yan Tian Bu. Malam itu, ia memang mendapat giliran berjaga. Perapian dan arak memberi mereka semua kehangatan. Padahal mereka tidur di alam terbuka.Memasuki tengah malam, Cio San tiba-tiba terbangun. Cukat Tong juga ikut terbangun beberapa saat kemudian.“Kau dengar itu?” tanyanya kepada Cio San.Yang ditanya hanya mengangguk-angguk. Yan Tian Bu tetap berada di tempatnya. Ia heran, suara apa yang sedang didengarkan kedua orang itu. Tak berapa lama, muncul bayangan hitam. Seseorang telah muncul di situ. Ia berjalan dengan santai. Wajahnya tertutup topeng.“Salam kepada Mo Kauw-kauwcu dan Raja Maling,” kata orang itu sambil bersoja.“Salam,” jawab Cio San. “Tuan siapakah?”“Jika kau ingin tahu, silahkan ikut aku,” jawab si orang bertopeng.“Kau tu