“Iya, Kauwcu. Tadi pengkhianat-pengkhianat itu datang dengan kapal. Mereka adalah anggota-anggota Ma Kauw juga. Mungkin ada juga beberapa orang luar yang menyusup. Mereka bilang, akan mengantarkan mayat Kauwcu yang lama. Mereka juga bilang, kalau Kauwcu yang baru telah diangkat, namanya Cio San. Kauwcu baru itu yang memerintahkan mereka untuk mengantarkan peti mati yang berada dipojok sana,” jelas si nenek sambil menunjuk peti mati yang berada di pojok.“Ternyata setelah peti kami buka, ada beberapa orang yang keluar dari dalam dan langsung menyerang. Untunglah hamba bisa menghindar. Tapi beberapa saudara yang lain, tidak. Kami semua bertempur, dan akhirnya bisa Kauwcu saksikan sendiri.”Cio San manggut-manggut. Ia sendiri sudah paham apa yang terjadi. Peti mati kosong yang berada di pojok ruangan sudah ‘menceritakan’ banyak hal kepadanya.“Ah sampai lupa, hamba belum memperkenalkan diri…,” kata si nenek. “Tapi tentunya Kauwcu telah tahu siapa hamba.”“Sesungguhnya engkau sakit apa se
Pagi telah tiba hanya dalam beberapa kedipan mata. Cio San dan Cukat Tong tidur pun hanya beberapa jam saja. Tapi badan mereka telah segar saat mereka bangun. Suara hewan-hewan yang ada di dalam hutan membuat pagi itu terasa indah. Seperti tidak ada kematian yang semalam meliputi istana ini.Bau wangi teh dan makanan memenuhi balairung istana kecil ini. Cio San bangkit dan menuju ke sumber wangi ini. Sebuah dapur ternyata berada di bagian belakang istana yang indah ini. Ang Lin Hua rupanya sedang menyiapkan sarapan.Melihat kedatangan Cio San, ia mengangguk dan memberi salam. Cio San membalas salamnya, lalu bertanya, “Siocia (Nona) sedang masak apa?”“Hanya makanan kecil untuk sarapan, Kauwcu. Hanya ini yang tersisa dari kemarin. Hamba bermaksud berburu dulu baru kemudian memasak untuk makan siang,” jawabnya.“Tidak perlu repot-repot, Siocia. Biar nanti kami saja yang berburu dan memasak,” kata Cio San. Tangannya sudah menjawil sebuah kue yang ada di situ. “Enak juga.”“Kalau semua-se
Cukat Tong agak sedikit tercekat, tapi ia berkata “Ini pengalaman pribadi hampir semua lelaki di dunia. Kau pun sebentar lagi akan mengalaminya.”Cio San tidak berkata apa-apa. Malah terdengar suara Ang Lin Hua, “Tuan Raja Maling salah. Perempuan justru jauh lebih setia daripada lelaki.”“Nah, sudah mulai ramai nih,” kata Cio San.“Sudah berapa wanita yang Tuan temui? Apakah Tuan sudah mengencani mereka satu-satu?” tanya Ang Lin Hua. Kata-katanya lembut saja. Tapi Cukat Tong tidak bisa menjawab.“Wanita yang mati bunuh diri karena dikhianati lelaki, sudah tak terhitung jumlahnya di dunia. Wanita yang tidak menikah sampai seumur hidup karena menanti kekasihnya pun, juga sudah tak bisa dihitung.”“Mari duduk, Siocia,” Cio San berdiri dan menarik kursi di sebelahnya.Ang Lin Hua lalu duduk. Ia menuangkan teh ke cangkirnya. Gerakannya halus dan lembut.Melihat Cukat Tong yang diam saja sambil senyum-senyum sendiri, Cio San ikut senyum-senyum juga.Kaum lelaki di mana-mana memang sama saja
“Dulu, istana ini dibangun oleh Kaisar Hong Wu. Sebagai tempat pertahanannya untuk daerah sungai. Makanya ada sebuah dermaga besar di depan. Dinamai Istana Ular karena dulu sebelum istana ini dibangun, banyak ular di daerah ini. Tapi Kaisar memanggil seorang ahli racun dari barat untuk mengusir semua ular-ular itu, sebelum membangun istana ini.”“Ooo, jadi istana ini dulunya milik kerajaan. Lalu kenapa sekarang jadi milik Ma Kauw?”“Setelah bangsa Goan (Mongol) berhasil di usir, istana ini lantas ditinggalkan, dan tak ada yang mengurusi. Akhirnya banyak ular yang kembali ke sini. Karena itu, jarang ada orang yang mau datang ke sini. Seorang ahli racun dari Ma Kauw berhasil mempelajari rahasia untuk mengusir ular, dia lalu tinggal di sini.”Cio San manggut-manggut.Mereka kini telah berada di luar istana. Hutan di luar istana sangat lebat dan rapat. Cahaya matahari hanya bisa menembus sedikit saja. Cio San banyak memetik dedaunan. Rupanya kebiasaan mengumpulkan bahan masak dan obat, ti
Thay Kek Kun sebenarnya sama saja dengan ilmu Menghisap Matahari. Hanya penggunaan dan pengembangannya yang berbeda. Jika pengembangannya dihapus, maka inti yang tertinggal dari kedua ilmu itu pasti sama persis.Mereka berdua lalu ke balairung. “Siocia, coba lihat gerakan ini lalu hafalkan.”Cio San bergerak. Tubuhnya seperti orang menari. Gerakan Thay Kek Kun memang seperti orang menari. Ang Lin Hua memperhatikan, baginya jurus itu bukan jurus baru. Melainkan Thay Kek Kun. Tapi saat di gerakan kedua, gerakan Cio San sudah berubah. Kali ini adalah gerakan beberapa jurus ilmu Menghisap Matahari.Pada dasarnya, Cio San tidak menggabungkan kedua ilmu itu. Ia hanya bersilat menggerakkan tubuhnya. Matanya tertutup, merasakan desahan angin dari jendela. Menghirup udara segara dari hutan yang lebat. Suara gemericik air di kolam belakang pun dinikmatinya.Tubuhnya bergerak, hentakan tenaga terasa berat namun lembut. Cio San seperti kembali ke Bu Tong-san, saat ia bersilat secara sembarangan.
Ang Lin Hua tersenyum. “Di dunia ini, mungkin tempat yang paling banyak menyimpan arak adalah tempat ini.” Ia segera pergi. Tak lama kemudian, ia sudah kembali membawa dua buah guci.Saat menghirup baunya, Cio San langsung terpana, “Arak Cui Ju.”Arak ini dibuat dari beras yang direndam lama. Warnanya seperti susu. Rasanya manis dan gurih. Ini adalah minuman khas dalam istana kaisar.“Ada arak apa saja yang ada di sini?” tanyanya tertarik.“Apa saja yang Tuan cari, semua ada di dalam ruang penyimpanan bawah tanah,” jawab Ang Lin Hua.“Wuah…!” Hanya kata itu saja yang keluar dari mulut Cio San.Orang jika terlalu senang, memang susah berkata-kata. Dan apa yang lebih menyenangkan bagi peminum, selain mendengarkan bahwa ada sebuah ruangan yang menyimpan segala macam arak?Entah sejak kapan dia jadi peminum.Kedua orang ini lalu menikmati makan siangnya. Kelinci panggang yang bagian perutnya dikeluarkan dan diisi rempah-rempah, butiran jagung rebus, serta potongan daging asap yang sebelum
Saat sore, pemandangan di Istana Ular juga tidak kalah indahnya. Cio San berada di taman belakang. Ia sedang menikmati arak dan pemandangan di sekitarnya. Ada kolam kecil yang indah. Di dalamnya terdapat berbagai macam ikan hias. Melihat mereka berenang dan bermain, sudah merupakan hiburan tersendiri bagi Cio San.Di sekeliling kolam terdapat jalan setapak dengan batuan warna-warni yang indah. Di sekeliling jalan setapak itu pun diliputi rumput hias yang terpotong rapi. Di pojok taman, terdapat pavilliun kecil. Di sini terdapat meja kecil dan sebuah khim (kecapi) yang besar. Cio San pernah memainkan kecapi yang besar saat di rumah Khu-hujin dulu. Kini ia duduk memainkannya.Entah karena memang bakat musik yang menurun dari ayahnya, Cio San memainkan khim dengan sangat indah. Ang Lin Hua yang saat itu sedang berada di kamarnya, sayup-sayup mendengar suara khim dan nyanyian Cio San. Sebuah lagu yang indah namun menyedihkan.Lagu yang menyedihkan memang seringkali terasa jauh lebih menye
Terdengar suara gerbang depan terbuka. Pintu gerbang itu terbuat dari besi besar yang tinggiya beberapa kaki. Gerbang yang sangat kokoh, karena memang tempat itu dulunya adalah benteng pertahanan.Puluhan orang lalu masuk. Pakaian dan dandanan mereka pun aneh-aneh. Sekali pandang saja, Cio San tahu jika mereka adalah anggota Ma Kauw.Begitu tiba di hadapan Cio San, segera orang-orang itu berlutut dan kembali mengucap kalimat yang sama.“Salam hormat kepada Kauwcu, semoga panjang umur. Juga salam kepada Seng Koh (Perawan Suci).”“Berdirilah,” jawab Cio San. Dalam hati, dia kagum juga dengan nama panggilan Ang Lin Hua. Perawan suci! Dia ingin tersenyum.Tapi Cio San sadar, bahwa saat ini bukan waktunya untuk Cio San yang senyumnya jenaka dan berkelakuan seenaknya.Cio San saat ini adalah seorang Ma Kauw-kauwcu.“Apa yang membawa Saudara-saudara sekalian ke sini?” tanyanya.“Kami mendengar bahwa Kauwcu yang lama telah meninggal, dan Tuan telah diangkat sebagai Kauwcu yang baru,” jawab sa