Share

Bab 114

“Sejak awal bertemu dengannya di Rumah Teng Teng. Cara pandang dan sinar matanya yang aneh, membuatku curiga. Setelah kuperhatikan, ketika ia berbicara atau melakukan gerakan apapun, kepalanya agak dimiringkan. Itu tanda kalau dia lebih mengandalkan telinga ketimbang matanya.”

“Tapi jurus pedangnya yang mantap dan cepat seperti itu?” tanya Cukat Tong lagi.

“Justru karena ia buta, maka jurus pedangnya bisa dahsyat seperti itu. Karena ia tidak bertarung dengan menggunakan mata. Ia bertarung menggunakan hati. Ia adalah contoh manusia yang telah bisa menyatu dengan pedangnya,” jelas Cio San.

“Ada sebagian orang yang hidupnya adalah pedang. Yang sebagian lain, pedang adalah hidupnya. Tapi baginya, hidupnya bukan pedang, dan pedang bukan hidupnya. Ia adalah pedang itu sendiri.”

Mau tidak mau, Cukat Tong bergidik juga mendengarnya.

“Kau tidak tahu asal-usulnya?” tanya Cio San.

“Aku tidak tahu pasti. Aku hanya bisa menebak-nebak.” Cukat Tong lalu melanjutkan, “Sekitar dua puluh sampai tiga pu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status