Menyenangkan juga menaiki kendaraan seperti ini!Cio San merasa ini adalah kendaraan terbaik yang pernah ia naiki. Ia bertanya, “Di mana kau mempelajari kepandaian ini?”“Ada hal-hal rahasia yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain,” jawab Cukat Tong sambil tertawa.“Rahasia? Hmmmmm…” Cio San berpikir.“Wah, kalau kau sudah mulai berpikir, bisa-bisa rahasiaku ketahuan. Hahaha…,” tawa Cukat Tong.“Aku sudah mengerti rahasia besar. Tapi bukan rahasiamu,” jawab Cio San.“Lantas, rahasia siapa?”“Rahasia para pembunuh bertopeng itu. Bagaimana mereka bisa dikuasai dan diperintah oleh otak di belakang mereka,” kata Cio San.“Apa? Rahasia mengapa orang-orang terhormat dan sakti itu mau jadi pembunuh bertopeng?” tanya si Raja Maling.“Benar.”“Hey, katakan padaku apa rahasianya?”“Ada hal-hal rahasia yang tidak boleh diberitahukan kepada orang lain,” Cio San mengejek Cukat Tong dengan meniru kata-kata Cukat Tong sendiri.“Setan buluk! Hahahahahaahahahahahaha…,” mereka berdua tertawa.
Pemandangan di sepanjang sungai sangat indah. Apalagi hari menjelang sore. Sinar matahari yang jatuh di atas sungai sungguh indah. Banyak kapal dan perahu yang berpapasan dengan mereka. Semua melongo dan ternganga melihat kendaraan yang aneh itu. Banyak yang memuji kagum. Cukat Tong dan Cio San membalas dengan senyum dan anggukan.“Berapa lama perjalanan ke Istana Ular?” tanya Cio San.“Kalau pakai kapal biasa, bisa satu setengah hari. Tapi kalau pakai burung ini, besok pagi-pagi sekali kita sudah sampai,” jawab Cukat Tong.“Ah, berarti kita bisa menyusul rombongan pengkhianat itu,” tukas Cio San.“Mudah-mudahan. Kau simpan tenagamu. Pertempuran dan pertarungan masih panjang.”“Bagaimana kalau sambil makan?” jawab Cio San.Ia duduk di tepi ‘rakit’ aneh itu. Dengan sedikit menjentikkan jari saja, dua-tiga ekor ikan sudah ditangkapnya.Cio San lalu meloncat. Dengan ilmu meringankan tubuhnya ia melayang di atas air. Lalu mendarat di tepian sungai. Saat itu, jalur sungai yang mereka lalui
“Dari sepatumu. Baju, celana, dan badanmu kotor. Tapi sepatumu tidak. Aku memperhatikan, kau sering membersihkan sepatu itu dengan tanganmu. Saat kau minum arak pun, kadang-kadang kau melirik ke sepatumu. Jadi mestinya, sepatu itu adalah benda yang sangat berharga bagimu. Pemberian seseorang yang juga sangat berharga bagimu. Tentunya, bukan gurumu yang memberikannya. Karena biasanya, guru lebih suka memberikan benda-benda yang jauh lebih bermanfaat, seperti senjata, kitab sakti, atau mungkin sempritan tulang yang kau gunakan untuk memanggil burung-burung tadi. Sepatu, seperti juga pakaian, adalah pemberian yang ‘penuh cinta’. Benda-benda tersebut diberikan, karena orang itu memperhatikanmu. Jadi siapa orang itu? Tentunya ia kekasihmu.”Cukat Tong terdiam. Semua yang dijelaskan Cio San benar. Ia hanya menggeleng-geleng dan berkata, “Jika Khu-hujin memang benar-benar mempunyai kemampuan seperti ini, maka sudah pasti ia lah otak dibalik semua kejadian pembunuhan bertopeng itu.”“Aku tida
Cukat Tong mengendalikan burung-burung dengan sangat baik. Cio San memperhatikan saja. Dalam hati, ia sangat mengagumi Cukat Tong. Tidak mudah menjadi Raja Maling seperti dia. Di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa dicurinya. Tapi tetap saja dia miskin. Pakaian kotor. Kepala penuh kudis pula.Memang, ada sebagian orang yang walaupun dalam posisi dan kekuasaan yang besar, tetap tidak mau menyalahi orang. Tetap tidak mau mengambil keuntungan. Tidak mau merugikan orang lain.Itulah kenapa Cio San sangat mengagumi Cukat Tong. Usia mereka beda belasan tahun. Bertemu pun baru beberapa hari. Tapi kecocokan dan kesamaan hati, membuat mereka merasa telah bersahabat selama puluhan tahun.Sepanjang jalan, mereka bercanda dan tertawa-tawa. Perahu dan kapal yang berpapasan dengan mereka, selain heran dengan kendaraannya, juga heran mengapa kedua orang ini bisa tertawa lepas bahagia seperti tidak ada satu pun di dunia ini yang bisa membuat mereka bersedih.Malam semakin larut. Bintang dan rembulan
Dari ketidakpahaman muncul kepahaman, dan dari kepahaman muncul ketidakpahaman.Sudah berapa juta kali hal itu kita dengarkan, namun berapa dari kita yang benar-benar melihatnya di dalam kenyataan?Cio San tidak tahu jika ia sedang menggunakan Thay Kek Kun. Ia hanya bersilat sekenanya. Mengikuti gelombang. Seperti dulu, pada saat ia bersilat menghadapi gelombang banjir di dalam goa. Dalam ketidaktahuannya itu, ia telah merapalkan Thay Kek Kun tingkat tertinggi. Tingkat paling sempurna.Pikirannya kosong. Bersih oleh prasangka. Bersih oleh segala macam aturan jurus. Ilmu mengalir dari tubuhnya secara alami. Bagaikan air yang mengalir dari gunung ke laut. Seperti angin yang berhembus dari lembah-lembah ke pantai-pantai.Seperti itulah ilmunya sebenarnya. Tanpa ia pernah paham atau sadari.Para penyerangnya pun hancur dalam satu kali serang. Mereka yang menggunakan tenaga paling dahsyat untuk menyerangnya, menderita luka yang paling dahsyat pula. Karena semakin dahsyat tenaga lawan, sema
Lama sekali mereka saling diam. Cio San masih tidak percaya dengan apa yang tadi ia lakukan. Ia tidak tahu kalau selama ini ia memiliki kekuatan dan kesaktian yang menakjubkan.“Apa yang kau lakukan tadi, setidaknya membuat si ‘otak besar’ ketakutan juga. Mereka pasti tidak menyangka kau adalah musuh yang setangguh itu,” kata Cukat Tong memecah kesunyian.Cio San mengangguk.“Setidaknya, kini dia sedang pusing memikirkan berbagai langkah,” katanya.“Jika ia tahu kau sehebat itu, tentunya dia tidak akan buang-buang waktu dan tenaga untuk mengajakmu bertempur. Ia pasti memikirkan cara yang lebih licik. Racun misalnya. Tapi racun pun tidak bisa melukaimu,” ujar Cukat Tong.“Dia sudah tahu satu kelemahanku,” tukas Cio San.“Apa itu?”“Aku tidak bisa melempar senjata rahasia. Hahahahaah…….,” tawa Cio San yang ditimpali dengan tawa Cukat Tong.“Kau tahu, aku juga punya satu kelemahan yang fatal,” kata Cio San.“Apa?”“Aku tidak bisa menunggang kuda.”“Hahahahahaahah…” Mereka berdua tertawa.
Cio San mengelak. Hanya memiringkan sedikit badannya ke kiri. Tanpa melangkahkan kaki, bagian atas tubuhnya bisa berputar jauh sampai ke belakang. Cukat Tong terkaget lagi. Cio San memang tak pernah berhenti menimbulkan kekagumannya. Orang yang badannya bisa selentur itu yang pernah dilihatnya, memang baru Cio San.Gerakan Cio San tadi dilakukan di saat-saat terakhir ujung serangan jari itu akan menyentuhnya. Orang manapun yang melihat, pasti akan menyangka jari itu sudah masuk menembus ulu hatinya. Gerakannya jauh lebih cepat dari serangan yang datang. Bahkan si nenek sendiri terbelalak, karena menyangka serangannya sudah menemui sasaran.Tapi si nenek tidak lama kagetnya. Karena ia tahu kini daerah punggungnya sudah terbuka. Dengan gerakan sangat cepat, kakinya sudah menendang. Tendangan belakang yang dilakukan dengan cara membengkokkan kaki dan lutut ke ke belakang.Serangan ini mengincar kepala Cio San. Dengan menggunakan punggung kirinya, Cio San mendorong tubuh si nenek.Si nene
Telapak tangan si nenek sudah menempel di dada Cio San. Kepulan asap keluar dari tubuh mereka. Cio San menutup matanya. Si nenek justru matanya semakin terbelalak.Duaaaarrrrrrrrrrrrr……….!!!!!!!Suara ledakan besar terdengar. Tubuh si nenek terlempar beberapa tombak ke belakang. Meluncur sangat cepat! Si nenek seperti tidak bisa berbuat apa-apa ketika tubuhnya akan menghunjam tangga batu di belakangnya. Ia hanya menunggu kematian saat nanti tulang punggungnya menghunjam tangga batu.Cukat Tong bergerak, tapi posisinya terlalu jauh, dan gerakannya sedikit terlambat.Tapi bukankah yang sedikit itu justru menentukan hidup atau mati??Si nenek menutup mata.Pluk!Tubuhnya tidak menghunjam tangga batu, melainkan ujung telapak Cio San.Entah bagaimana, Cio San telah berada di sana. Menahan hunjaman tubuh si nenek, hanya dengan putaran telapak tangan. Tenaga hunjaman yang sekeras dan secepat itu, langsung buyar hanya oleh putaran telapak tangan yang sederhana!Cukat Tong terhenyak lagi, “Tha