Home / Romansa / DENDAM SANG PEWARIS / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of DENDAM SANG PEWARIS: Chapter 81 - Chapter 90

127 Chapters

Bab. 81

Er menyandarkan punggungnya di kursi empuk yang pernah menjadi milik Rangga.Kepalanya menengadah menatap langit-langit, sementara pikirannya menerawang. Hatinya sedang kacau membayangkan reaksi Viona setelah dia dengan berani berbicara pada gadis itu."Oh, sial! Bagaimana bisa aku bicara seperti itu padanya? Bagaimana jika mereka ribut karena hal itu? Papa pasti akan menyalahkanku kalau pernikahan mereka sampai dibatalkan. Ya, Tuhan... ada apa dengan otakku? Kenapa aku bisa sebodoh itu?"" Er mengumpat kesal. Dia mengusap wajahnya frustasi dan mulai meyalahkan dirinya sendiri. Hatinya benar-benar tidak tenang.Er bangkit dari kursinya dan mulai berjalan ke jendela dan memandang ke luar. Dia menghela napasnya kuat berharap rasa sesak yang menghimpit dadanya ikut keluar.Er memandang semua benda bergerak di bawah sana yang tampak kecil dari tempatnya berdiri.Kota ini terlihat sangat indah bila dilihat dari atas. Akan tetapi, itu tidak cukup untuk membuat suasa hatinya membaik.Er mera
Read more

Bab. 82

Alex menghentikan mobilnya ketika mereka tiba di depan kantor majalah mode yang cukup terkenal di kota mereka.Seorang wanita cantik sedang berdiri di depan pintu masuk ketika mereka tiba. Dia melambaikan tangannya seraya tersenyum manis ketika melihat Erlangga keluar dari dalam mobil.Sylvia bergegas menghampiri Erlangga. Gadis itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan mantan kliennya itu. Namun, Er malah menariknya rapat ke tubuhnya dan memeluk gadis itu sebagai tanda persahabatan mereka.Seketika wajah Sylvia merona merah karena malu. Jantungnya berdebar sangat kencang, membuat lututnya lemas hingga hampir pingsan karena merasa senang. Semua itu karena ulah Erlangga.Buru-buru Sylvia melepaskan dirinya dan mengatur jarak aman dari Erlangga atau dia akan benar-benar pingsan di hadapannya."Hai, bagaimana kabarmu? Sudah cukup lama kita tidak bertemu. Aku bahkan tidak bisa hadir saat launching perdana iklanmu saat itu karena aku harus pergi ke luar kota. Aku pikir kamu sudah m
Read more

Bab. 83

Erlangga memperlakukan Sylvia dengan manis hingga di penghujung makan malam mereka.Sylvia benar-benar merasa tersanjung. Kedua mata lentiknya tak berhenti berbinar saat menatap Erlangga. Dia tersipu malu hingga membuat pipinya merona merah karena Er tak berhenti memujinya.Ketika makan malam itu berakhir, mereka berjalan bersama saat keluar meninggalkan tempat itu.Sylvia menggandeng lengan Erlangga sambil tersenyum bangga. Malam ini dirinya telah berhasil menjadi pusat perhatian semua orang.Saat melihat Er dan Sylvia keluar dari restoran, Alex segera datang menjemput mereka.Dengan manis Erlangga mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke mobil."Berikan alamat rumahmu, aku akan minta Alex untuk mengantarmu pulang," kata Erlangga.Namun, gadis itu menolaknya dan berkata padanya, "Tidak perlu. Aku meninggalkan mobilku di kantor, jadi kalian cukup antar aku ke sana."Erlangga segera memutar otaknya untuk mencari alasan lain agar bisa mendapatkan alamat rumah gadis itu."Jangan, ini suda
Read more

Bab. 84

"Selamat pagi, bagaimana istirahatmu?" sapa Prabujaya ketika melihat Erlangga masuk ke ruang makan."Selamat pagi juga," jawabnya datar.Er tersenyum tipis. Dia menarik kursinya dan duduk di sana, berhadapan dengan sang ayah.Er mengabaikan Prabujaya yang bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi diantara mereka kemarin siang dan melupakan pertengkaran mereka begitu saja.Karena itu, Er menghindari kontak mata dengannya. Dia hanya fokus menatap piringnya sementara mulutnya tak berhenti mengunyah makanannya.Melihat sikapnya yang acuh tak acuh, Prabujaya tidak membiarkannya begitu saja. Pria tua itu meletakkan sendoknya lalu mulai menanyainya lagi."Papa dengar kamu pulang terlambat tadi malam. Kamu pergi dengan siapa?" tanya Prabujaya."Apa mereka yang melaporkannya? Itu memang benar. Aku pergi makan malam dengan seorang teman," jawab Erlangga dingin."Teman? Apa dia teman wanitamu?" tanya Prabujaya lagi.Mendengar Prabujaya mulai menginterogasinya, Er meletakkan sendoknya. Dia meng
Read more

Bab. 85

Daniel mengarahkan mobil mewah itu menuju salah satu pabrik dimana semua produk gagal di simpan sebelum di jual kembali ke pasaran dengan harga yang lebih murah.Pria paruh baya itu bisa bernapas dengan lega ketika mendapati mobil milik Erlangga tidak berada di tempat itu.Daniel sengaja memarkirkan mobilnya jauh dari pintu masuk agar tidak ada orang yang melihatnya datang ke sana."Selamat pagi, Pak." Seorang petugas keamanan menyapanya dengan ramah saat Daniel masuk ke dalam gedung."Selamat pagi juga. Apakah putra Tuan Prabujaya ada datang ke sini?" tanya Daniel padanya.Pria itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak ada, Pak. Tuan Rangga tidak pernah datang sejak satu bulan terakhir."Daniel mengusap pelipisnya yang berdenyut setelah mendengar kata-katanya."Aku tidak bertanya tentangnya," ucap Daniel datar berusaha menahan dirinya."Lalu?""Apa kalian tidak tahu bahwa Tuan Prabujaya memiliki putra yang bernama Erlangga Wijaya?"Petugas keamanan itu kembali menggelengkan kep
Read more

Bab. 86

"Selamat pagi, Pak Hamdan. Terima kasih sudah bersedia menemui saya pagi ini."Alex menyapa pria paruh baya yang baru saja turun dari sebuah mobil SUV berwarna perak.Hamdan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Alex ketika mereka bertemu di depan kantor polisi."Sama-sama. Kita sebaiknya bicara di dalam saja. Saya sudah menelpon Pak David dan memberi tahu bahwa kamu akan datang untuk mewakili Erlangga.""Baiklah, Pak. Silahkan," ucap Alex saat mempersilahkan pria tua itu untuk masuk lebih dulu.Asisten Erlangga itu mengikuti Hamdan. Keduanya memilih untuk duduk di ruang tunggu.Pagi ini suasana tempat itu masih sepi. Hanya ada beberapa petugas yang terlihat berada di meja mereka sementara beberapa meja lain masih terlihat kosong.Bahkan ruangan David masih tertutup rapat. Mereka bisa melihat jika lampu di dalam ruangan itu tidak menyala."Sepertinya saya datang terlalu pagi. Maaf sudah merepotkan Bapak," kata Alex. Dia merasa sedikit bersalah akan hal itu.Senyum simpul
Read more

Bab. 87

Alex duduk berhadapan dengan Erlangga di ruang kantornya. Aura dingin mencekam menguasai tempat itu.Er memandang asistennya nyaris tanpa kedip. Percakapan terakhir mereka membuat Er tidak mengerti."Kenapa Paman Daniel tiba-tiba kembali? Apa yang sedang dikerjakannya di sini?" gumam Erlangga. "Apa anda mencurigai sesuatu?""Maksudmu?" Erlangga mengangkat wajahnya."Mungkin ini tentang pekerjaan yang sedang anda tangani sekarang. Tuan Daniel mungkin saja kembali untuk membantu anda," terang Alex.Mata obsidian Erlangga menyipit. Namun, sedetik kemudian wajahnya menggelap. Er memukul meja dengan kepalan tinjunya."Sialan! Aku sudah didahului oleh mereka. Tak kusangka ternyata Papa sampai turun tangan hanya demi membela anak supir itu. Menggelikan sekali!""Saya masih tidak mengerti," kata Alex. Dahinya berkerut memperlihatkan cekungan dalam di antara kedua alisnya yang hitam tebal."Sudahlah! Kali ini aku kalah dari mereka. Tapi pembalasanku masih belum berakhir," ucap Erlangga dingi
Read more

Bab. 88

"Apa kamu marah pada Papa?"Er menggelengkan kepalanya pelan. "Kalau tidak, kenapa wajahmu seperti itu? Lihatlah, makanan di piringmu bahkan belum disentuh sama sekali. Apa kamu masih mau bilang kalau kamu tidak marah?" timpal Prabujaya. Ia berusaha untuk tetap menjaga komunikasi di antara mereka meskipun Er bersikap dingin padanya.Er membuang napasnya kuat. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya lebih lama. Akan sangat menyakitkan untuk disimpan sendiri."Aku hanya kesal karena Papa berusaha keras untuk membela Rangga. Kenapa? Apa karena dia pernah menjadi anak Papa?" sindir Er. Dia bahkan menolak untuk menatap wajah ayahnya ketika berbicara dengannya.Erlangga berharap ayahnya akan menyesal dan kembali membujuknya. Namun, pria tua itu malah menghela napasnya sambil menggelengkan kepalanya."Sudah Papa katakan, Papa tidak membelanya. Rangga memang bersalah dan Papa sudah akui itu di depanmu. Tapi kamu jangan lupa kalau Rangga sudah memperbaiki semuanya dengan usahanya sendiri da
Read more

Bab. 89

"Selamat pagi, Tuan. Apa pagi ini anda siap untuk bekerja? Hari ini saya akan menemani anda seharian di kantor." Alex menyapanya dengan sopan seperti yang biasa dia lakukan ketika Er sudah duduk di dalam mobil."Ada apa denganmu? Apa otakmu dudah rusak? Jangan sok manis seperti itu, itu sangat menggelikan!"lontar Erlangga. Dia mencebikkan bibirnya seraya mendengus kesal padanya.Alex melirik tuannya dari spion depan sambil menahan senyumnya hinggaembuat Erlangga merasa muak padanya. Asistennya itu telah merusak awal paginya dengan bualan receh."Baiklah. Tidak maslah bila anda tidak suka," jawab Alex, "Saya akan diam saja kalau begitu.""Itu lebih baik. Jalanlah!"Alex tetap diam seperti tidak pernah mendengar perintah apapun. Mesin mobil masih belum menyala hingga memancing kemarahan Erlangga."Kenapa kau diam saja? Jalan sekarang! Apa lagi yang kau tunggu?" bentak Erlangga.Alex tak berkutik. Pria itu masih duduk diam di kursinya tanpa melakukan apa-apa
Read more

Bab. 90

Berikan ponselmu padaku."Erlangga mengulurkan tangannya di antara dua kursi di jok depan ketika Alex baru mengendarai mobil hitam itu ketika akan meninggalkan kediaman Prabujaya."Untuk apa? Apakah anda ingin memeriksanya?" kata Alex menyahuti permintaan Erlangga. Dia melihat tepat di mata Erlangga saat Alex beniat mengintip dari kaca spion.Mata obsidian Erlangga tampak melotot ke arahnya. Dengan cepat Alex mengambil ponselnya yang tersimpan di saku celananya."Baiklah, ini ponselnya. Apa yang akan anda lakukan dengan benda itu? tanya Alex bingung.Keningnya ikut berkerut ketika Alex menekuk wajahnya. Dia cemberut karena Er menyita ponselnya dan menyimpannya di balik jasnya."Aku akan menyita ponselmu selama satu hari.""Kenapa? Gimana jika ada orang yang menelpon?" debat Alex."Hari ini aku sedang tidak ingin ke kantor. Aku juga malas kalau hanya diam di rumah. Jadi kau harus temani aku hari ini. Aku tidak ingin diganggu oleh siapapun.""Bagaimana jika mereka mencari anda? Seharu
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status