Beranda / Romansa / DENDAM SANG PEWARIS / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab DENDAM SANG PEWARIS: Bab 101 - Bab 110

127 Bab

Bab. 101

"Aku tidak ingin menikah!"Suara lantang Viona terdengar saat gadis itu masuk ke ruang kerja ayahnya.Ilham Samudra adalah seorang pengusaha konveksi. Dia telah lama menjadi sahabat Prabujaya Pamungkas.Saat ini, Ilham sedang berada di ruang kerjanya, di kediaman mereka."Kamu tiba-tiba datang dan bicara omong kosong seperti itu. Ada masalah apa? Apa kamu bertengkar dengan Rangga?" Ilham mendongak, menatap wajah putrinya yang cemberut."Aku ingin pernikahan kami dibatalkan. Aku sudah tidak mau menikah dengannya lagi!" ucap Viona tegas. Gadis itu menghempaskan pantatnya di atas sofa empuk yang terletak di tengah-tengah ruangan."Apa kamu serius? Vi, jangan main-main dengan pernikahanmu. Sebelumnya Papa sudah mengingatkanmu, tapi kamu tetap bersikeras ingin menikah dengan Rangga. Sekarang kamu tidak bisa membatalkannya begitu saja!" terang Ilham. Dia mencoba memberi putrinya peringatan agar tidak membuat keputusan yang akan disesali olehnya."Tapi, Pa --""Tinggal dua minggu, Vi. Sehar
Baca selengkapnya

Bab. 102

Di rumah sakit, Tuan Prabujaya telah sadar dari pingsannya, tetapi alat bantu pernafasannya masih menempel di hidungnya yang bangir.Daniel dengan setia berdiri di samping ranjangnya, menjaganya agar tetap merasa nyaman."Dimana aku?" Itu adalah pertanyaan pertama yang lolos dari mulut Prabujaya ketika dia sadarkan diri.Dia terlihat bingung saat tak berhasil mengenali ruangan itu sebagai kamar pribadinya."Anda ada di rumah sakit, Tuan. Dan sudah dua hari anda tidak sadarkan diri," jawab Daniel."Dua hari?" Prabujaya tampak linglung. Dia memutar bola matanya, berusaha mengingat kejadian terakhir kali.Namun, yang berhasil diingat olehnya ialah ketika mereka dalam perjalanan pulang dari kantor kepolisian daerah kabupaten."Benar, Tuan. Tapi syukurlah anda sudah sadar. Saya sangat khawatir."Prabujaya menghela napasnya pelan. Ketika mengingat sesuatu, dia lalu kembali bertanya pada aaistennya."Apa Erlangga tidak datang ke sini? Sepertinya dia tidak merasa khawatir sedikitpun," ucapny
Baca selengkapnya

Bab. 103

Mata obsidiannya seketika melebar. Wajah dimgin Erlangga langsung berubah sendu.Pantas saja jika beberapa hari ini perasaannya tidak karuan. Setiap kali melihat kamar ayahnya jantungnya selalu berdebar kencang tanpa sebab."Antar aku ke sana sekarang!"Erlangga langsung berdiri dari kursinya. Dia menarik ujung jasnya untuk merapikannya kemudian keluar dari ruang kantornya dengan langkah besar.Alex dengan setia mengekor di belakangnya hingga ketika keduanya keluar dari dalam lift. Suara langkah Erlangga menggema dari ujung koridor hingga mereka tiba di depan pintu masuk.Er masih sempat memberikan senyum ramahnya pada petugas keamanan yang dengan cepat membukakan pintu bagi mereka.Saat mereka telah berada di luar pintu, Alex dengan cepat memotong langkah Erlangga dan mendahuluinya untuk membukakan pintu untuknya.Dia dengan segera membawa mobil sedannya menjauh meninggalkan gedung Prabujaya Industry.Alex mengarahkan mobilnya menuju rumah sakit yang terletak di pusat kota. Itu adala
Baca selengkapnya

Bab. 104

Erlangga duduk diam di kursinya tepat di samping ranjang Prabujaya.Er memandangi wajah tua Prabujaya yang mulai di tutupi keriput karena dimakan usia. Pipinya mulai merona menandakan kondisi tubuhnya yang mulai membaik.Er akhirnya bisa bernafas lega ketika sang ayah membuka matanya setelah Erlangga duduk menunggu selama satu jam lebih."Er?""Papa udah bangun? Gimana keadaan Papa sekarang? Bagian mana yang sakit?" Er segera memberondongnya dengan pertanyaan sambil memeriksa tubuh ayahnya."Er, Papa baik-baik aja," jawab Prabujaya."Kapan kamu datang?" tanya Prabujaya."Satu jam yang lalu. Tadi Papa lagi tidur saat aku datang."Prabujaya menghela napasnya panjang, kemudian berkata, "Apa Paman Daniel tidak mengabarimu? Tadi Papa memintanya untuk memberi tahu mu kalau Papa baik-baik aja, jadi kamu tidak perlu khawatir.""Dia memang tidak ada mengabariku," ucap Erlangga. Dia melirik tajam ke arah Daniel yang berdiri di sisi lain ranjang.Jelas itu adalah kalimat sindiran ditujukan pada
Baca selengkapnya

Bab. 105

Nyonya Helen memangku kedua tangannya yang keriput di atas paha saat duduk di sofa empuk di ruang tamu. Sementara kepalanya sedikit menunduk menatap lantai marmer di bawah kakinya.Di hadapannya Erlangga sedang duduk sambil melipat tangannya di atas dada.Ruang tamu begitu hening tanpa suara. Sudah sepuluh menit sejak mereka duduk saling berhadapan untuk menjernihkan masalah yang terjadi di antara mereka.Erlangga masih menunggu ibu asuhnya itu berinisiatif untuk menjelaskan semuanya padanya. Namun, wanita paruh baya itu seakan menahan dirinya untuk bicara seperti yang dikehendaki Daniel sebelumnya. Nyonya Helen hanya tidak ingin membuat asisten Prabujaya marah padanya."Kenapa Ibu masih tidak bicara?" Erlangga akhirnya membuka suara mengawali pembicaraan mereka.Tatapannya lurus mengunci sosok wanita paruh baya di depannya.Beberapa detik kemudian, Nyonya Helen mengangkat wajahnya dan menatap anak asuhnya itu dalam-dalam.Di sana jelas terlihat raut wajah Erlangga yang dingin dan me
Baca selengkapnya

Bab. 106

Pukul sembilan pagi.Dokter baru saja keluar dari ruang perawatan Prabujaya setelah selesai memeriksa kondisi kesehatannya pagi ini.Semburat merah muda menghias wajah pria paruh baya itu. Dia terlihat jauh lebih baik dibanding sebelumnya.Prabujaya kini dapat bernapas lega karena hari ini dokter telah melepas masker oksigen yang menempel di hidungnya sejak mereka membawanya ke rumah sakit beberapa hari yang lalu.Garis lengkung menghias bibir Dokter Gunawan yang berwarna coklat ketika dia mendapati hasil akhir yang cukup bagus dari semua test yang dijalankan oleh Prabujaya."Anda pulih dengan cepat, Tuan Prabujaya. Jika anda bisa mempertahankan kondisi anda tetap seperti ini, anda bisa segera keluar dari ruangan ini dalam dua hari." Dokter Gunawan merasa sangat bersemangat saat berbicara dengannya.Di depannya, Prabujaya tak berhenti menggantung senyuman di bibirnya. Akhirnya dia bisa bernapaa lega karena akan segera kembali ke rumahnya. Tempat persembunyian terbaik yang dia miliki
Baca selengkapnya

Bab. 107

"Pak David?" gumam Daniel."Benar, Pak. Bisa saya bicara dengan Tuan Prabujaya? Ada berita penting yang harus saya sampaikan." David mengulangi kembali ucapannya."Saya minta maaf, Pak David, tapi Tuan Prabujaya saat ini sedang tidak bisa diganggu.""Maaf, Pak Daniel, tapi ini tentang laporan Erlangga atas kasus pembunuhan Olivia lima belas tahun yang lalu.""Tuan Prabujaya sedang dirawat di rumah sakit. Dia mengalami serangan jantung setelah kembali dari sana." Daniel terpaksa mengatakan yang sebenarnya. Daniel hanya tidak ingin ada orang lain yang menekan atasannya itu disaat Prabujaya sedang dalam masa pemulihan. Berita sekecil apapun akan berdampak pada kesembuhannya. Daniel tidak ingin mengambil resiko."Apa? Saya minta maaf, saya tidak diberitahu tentang itu. Apa Erlangga ada di sana juga?""Tidak. Jika ingin bicara dengannya, lebih baik hubungi saja ponselnya."Daniel berkata dengan dingin. Entah sejak kapan, Daniel menjadi begitu sensitif jika itu menyangkut sesuatu hal yang
Baca selengkapnya

Bab. 108

Erlangga tercengang.Namun, beberapa detik berikutnya justru Prabujaya yang tercengang oleh reaksi yang ditunjukkan Erlangga.Sebuah garis lengkung tipis membingkai wajah tampan Erlangga. Tidak adabkemarahan yang terpancar di mata obsidiannya yang berkilat."Papa jangan khawatir. Kebencianku pada mereka sudah tak sebesar dulu. Dan itu terjadi sejak aku hampir kehilangan Papa," kata Erlangga. Sorot matanya mencerminkan ketulusan hatinya."Sudah aku putuskan, aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Jadi Papa tidak perlu ikut menanggung semua kesalahan mereka. Hanya mama Liana dan selingkuhannya itu yang akan dihukum dengan berat. Mereka memang pantas untuk itu," sambung Erlangga.Mata Prabujaya langsung berbinar saat mendengar ucapan Erlangga. Dia berharap putranya berkata dengan sungguh-sungguh kali ini."Terima kasih, Nak." Prabujaya menghela napas lega."Jadi ... gimana kondisi Papa hari ini? Apa sudah lebih baik?" tanya Er.Dia mengamati wajah ayahnya yang mulai berwarna kemerahan
Baca selengkapnya

Bab. 109

Di kediaman Viona.Ilham Samudra sedang duduk di ruang kerjanya dengan gelisah. Sementara istri dan putrinya yang juga ada di sana sejak tadi menunggu keputusan besar darinya.Hanya tinggal hitungan hari, pesta perayaan pernikahan Viona yang telah dipersiapkan dengan megah akan berakhir dengan rasa malu."Sayang, bagaimana sekarang?" Wajah cantik Delia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya."Bagaimana lagi? Keluarga Prabujaya harus bertanggung jawab atas keputusan putra mereka. Bukan Viona yang membatalkan pernikahan ini, tetapi kita harus ikut menanggung malu. Aku akan pergi menemui Prabujaya hari ini!" Ilham mengepalkan tangannya kuat. Seluruh otot di wajahnya ikut menegang.Viona ikut menegang saat ayahnya telah membuat keputusan. Gadis itu begitu takut jika keluarganya sampai tahu alasan yang sebenarnya di balik keputusan sepihak dari tunangannua itu.Kedatangan orang tuanya ke rumah itu hanya akan membuat masalahnya semakin besar."Tapi, Pa ... untuk apa lagi kita datang ke s
Baca selengkapnya

Bab. 110

"Saya tetangga ibu Liana. Itu rumah saya." Pria itu menunjuk ke arah sebuah rumah mewah berwarna putih bersih yang berada di seberang rumah Liana."Saya lihat kalian datang dan berhenti di sini, jadi saya penasaran dan keluar untuk memastikan," kata pria itu dengan sopan.Delia kembali menatap ke arahnya setelah melihat rumah yang ditunjuk olehnya."Tadi anda bilang tidak ada siapapun di rumah ini. Apa anda tahu kemana Rangga dan ibunya pergi?" tanya Delia, tepat disaat suaminya turun dari mobil untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengan istrinya."Benar, rumah ini sudah lama kosong. Anak pemilik rumah ini pergi setelah ibu dan supirnya ditangkap oleh polisi," jelas pria itu.Delia dan Ilham terkesiap.Berita yang baru saja mereka dengar membuat suami istri itu benar-benar syok. Sulit untuk percaya begitu saja pada perkataan pria asing yang mengaku sebagai tetangga dari calon menantunya."Anda tidak bisa menyebarkan berita bohong seperti itu. Berita itu belum tentu benar," sang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status