Erlangga tercengang.Namun, beberapa detik berikutnya justru Prabujaya yang tercengang oleh reaksi yang ditunjukkan Erlangga.Sebuah garis lengkung tipis membingkai wajah tampan Erlangga. Tidak adabkemarahan yang terpancar di mata obsidiannya yang berkilat."Papa jangan khawatir. Kebencianku pada mereka sudah tak sebesar dulu. Dan itu terjadi sejak aku hampir kehilangan Papa," kata Erlangga. Sorot matanya mencerminkan ketulusan hatinya."Sudah aku putuskan, aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Jadi Papa tidak perlu ikut menanggung semua kesalahan mereka. Hanya mama Liana dan selingkuhannya itu yang akan dihukum dengan berat. Mereka memang pantas untuk itu," sambung Erlangga.Mata Prabujaya langsung berbinar saat mendengar ucapan Erlangga. Dia berharap putranya berkata dengan sungguh-sungguh kali ini."Terima kasih, Nak." Prabujaya menghela napas lega."Jadi ... gimana kondisi Papa hari ini? Apa sudah lebih baik?" tanya Er.Dia mengamati wajah ayahnya yang mulai berwarna kemerahan
Di kediaman Viona.Ilham Samudra sedang duduk di ruang kerjanya dengan gelisah. Sementara istri dan putrinya yang juga ada di sana sejak tadi menunggu keputusan besar darinya.Hanya tinggal hitungan hari, pesta perayaan pernikahan Viona yang telah dipersiapkan dengan megah akan berakhir dengan rasa malu."Sayang, bagaimana sekarang?" Wajah cantik Delia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya."Bagaimana lagi? Keluarga Prabujaya harus bertanggung jawab atas keputusan putra mereka. Bukan Viona yang membatalkan pernikahan ini, tetapi kita harus ikut menanggung malu. Aku akan pergi menemui Prabujaya hari ini!" Ilham mengepalkan tangannya kuat. Seluruh otot di wajahnya ikut menegang.Viona ikut menegang saat ayahnya telah membuat keputusan. Gadis itu begitu takut jika keluarganya sampai tahu alasan yang sebenarnya di balik keputusan sepihak dari tunangannua itu.Kedatangan orang tuanya ke rumah itu hanya akan membuat masalahnya semakin besar."Tapi, Pa ... untuk apa lagi kita datang ke s
"Saya tetangga ibu Liana. Itu rumah saya." Pria itu menunjuk ke arah sebuah rumah mewah berwarna putih bersih yang berada di seberang rumah Liana."Saya lihat kalian datang dan berhenti di sini, jadi saya penasaran dan keluar untuk memastikan," kata pria itu dengan sopan.Delia kembali menatap ke arahnya setelah melihat rumah yang ditunjuk olehnya."Tadi anda bilang tidak ada siapapun di rumah ini. Apa anda tahu kemana Rangga dan ibunya pergi?" tanya Delia, tepat disaat suaminya turun dari mobil untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengan istrinya."Benar, rumah ini sudah lama kosong. Anak pemilik rumah ini pergi setelah ibu dan supirnya ditangkap oleh polisi," jelas pria itu.Delia dan Ilham terkesiap.Berita yang baru saja mereka dengar membuat suami istri itu benar-benar syok. Sulit untuk percaya begitu saja pada perkataan pria asing yang mengaku sebagai tetangga dari calon menantunya."Anda tidak bisa menyebarkan berita bohong seperti itu. Berita itu belum tentu benar," sang
Ketika malam tiba, Viona kembali ke rumah dengan gelisah setelah dia menghabiskan sebagian hari untuk menenangkan diri. Kedua orang tuanya sedang berada di kamar mereka sehingga keduanya tidak mendengar kedatangan putrinya.Ketika masuk waktu makan malam, pelayan mengetuk pintu kamar Viona dan memanggilnya turun untuk makan malam.Kepala Viona tertunduk sejak gadis itu duduk di sana. Viona berusaha menghindari tatapan tajam ayahnya yang memandangnya nyaris tanpa kedip sejak dia hadir di sana.Ruang makan begitu hening saat Ilham bersama istri dan putrinya duduk dengan canggung di meja makan.Suara lembut Delia memecah keheningan ketika Delia berdehem pelan untuk menarik perhatian semua orang.Wanita itu merendahkan suaranya saat berbicara dengan mereka."Makan dulu! Selesai makan kita akan bahas semuanya. Dan kamu, Delia, Mama butuh penjelasan dari kamu."Tanpa komando wanita itu mulai mengisi piring kosong milik suaminya serta miliknya sendiri.Viona menghela napasnya pelan. Kali in
Ilham mengangkat matanya dan menatap Delia dengan hangat."Pagi ini aku harus ke kantor, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," kata Ilham pada istrinya.Dia kemudian membersihkan mulutnya dengan serbet dan bersiap untuk meninggalkan meja makan. Namun, pertanyaan yang dilontarkan oleh Delia menghentikannya."Apa nanti siang kamu ada waktu?""Kenapa?""Ayo kita pergi menemui Prabujaya. Aku ingin masalah ini segera berakhir agar Viona bisa melanjutkan hidupnya," kata Delia tanpa basa-basi.Ilham berpaling sebentar, menatap putrinya yang tampak begitu tegar."Lihat saja nanti! Jika pekerjaanku cepat selesai, aku akan pulang untuk menjemputmu.""Tidak perlu. Aku dan Viona akan datang menemuimu di kantor setelah makan siang," balas Delia dengan cepat.Dia khawatir, jika menundanya maka rencana itu tidak akan terealisasi. Sementara waktu yang mereka miliki semakin sempit untuk segera mengubah rencana.Ilham berpikir sejenak, menimbang-nimbang rencana istrinya itu. Dia khawatir Delia akan
Tak menunggu waktu lama, dokter Gunawan akhirnya tiba bersama dua orang perawat yang membuntut di belakangnya. Pria itu tersenyum cerah ketika mendapati Daniel dan Erlangga menoleh ke arahnya secara bersamaan."Selamat pagi semuanya. Maaf karena hari ini saya sedikit terlambat. Ada pasien yang harus saya tangani dengan segera," ucap dokter Gunawan. Dia kemudian menghampiri Prabujaya yang masih terlelap.Er mulai bertanya padanya ketika dokter tampan itu mulai memeriksa kondisi Prabujaya."Bagaimana kondisinya, Dok? Apa Papa sudah bisa pulang hari ini? Saya ingin segera membawa Papa pulang karena Papa pasti sudah bosan berada di sini. Sebelumnya Papa pernah bilang kalau dirinya tidak suka tinggal di rumah sakit."Er tampak sangat pengertian dan begitu memahami ayahnya.Meski begitu, Daniel sama sekali tidak tersentuh dengan kepedulian yang baru saja ditunjukkan oleh Erlangga. Daniel masih belum bisa sepenuhnya percaya pada anak majikannya itu karena Er sering membuatnya kecewa. Ya, wal
Erlangga meletakkan buket bunga yang dibawanya di atas meja makan, lalu segera pergi dari sana. Er sama sekali tidak perduli dengan reaksi di wajah kedua orang tua itu. Jauh di dalam hati, Er merasa lega karena dirinya akhirnya bisa merebut Viona dari Rangga. Dan Er akan memanfaatkan situasi ini untuk membuat musuhnya itu semakin terpuruk.Senyum di bibir Erlangga merekah ketika sebuah rencana terlintas di benaknya.Er mengubah arah langkahnya. Dia segera berbalik dan pergi keluar untuk mencari Alex. Akan tetapi Er tidak menemukannya di antara para pengawal yang sedang duduk beristirahat."Dimana Alex?" tanya Erlangga.Seorang dari mereka langsung menjawabnya, "Alex mungkin ada di kamarmya, Tuan. Saya akan memanggilnya sekarang.""Oke ... terima kasih."Pengawal itu segera pergi meninggalkan rekannya dan masuk ke ruangan khusus staf untuk mendapatkan Alex di kamarnya.Lima menit kemudian, keduanya langsung muncul di hadapan Erlangga."Anda mencari saya, Tuan Muda?" tanya Alex.Er me
Ketika Nyonya Helen tiba di sana, asisten Prabujaya telah berdiri di sana untuk menyelesaikan masalah.Nyonya Helen mengamati wanita muda yang tengah berdiri di hadapan mereka dengan seksama. Ini pertama kalinya wanita tua itu melihatnya. Tetapi dia yakin jika gadis itu adalah orang yang baru saja diceritakan oleh Daniel.Saat ini Viona berdiri angkuh dengan mata melotot tajam. Dia terlihat sangat marah ketika Daniel datang bukan untuk membelanya, melainkan Erlangga."Kenapa aku tidak boleh masuk? Orang tua ku datang ke sini untuk bicara baik-baik, tapi mengapa kalian malah menahan kami seperti ini? Apa kalian tahu kesalahan apa yang telah kalian perbuat hari ini? Aku bersumpah, kalau hari ini kami tidak bisa bertemu dengan Om Prabu, kalian akan terima akibatnya!" Viona berteriak lantang dan tanpa ragu mengancam lawannya, meski para pengawal menahan tangannya agar tidak bergerak maju.Sementara di belakangnya, Ilham Samudera dan Delia berdiri untuk mendukung putrinya. Mereka tidak ter