Share

Bab. 90

Penulis: Yohana dst
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Berikan ponselmu padaku."

Erlangga mengulurkan tangannya di antara dua kursi di jok depan ketika Alex baru mengendarai mobil hitam itu ketika akan meninggalkan kediaman Prabujaya.

"Untuk apa? Apakah anda ingin memeriksanya?" kata Alex menyahuti permintaan Erlangga. Dia melihat tepat di mata Erlangga saat Alex beniat mengintip dari kaca spion.

Mata obsidian Erlangga tampak melotot ke arahnya. Dengan cepat Alex mengambil ponselnya yang tersimpan di saku celananya.

"Baiklah, ini ponselnya. Apa yang akan anda lakukan dengan benda itu? tanya Alex bingung.

Keningnya ikut berkerut ketika Alex menekuk wajahnya. Dia cemberut karena Er menyita ponselnya dan menyimpannya di balik jasnya.

"Aku akan menyita ponselmu selama satu hari."

"Kenapa? Gimana jika ada orang yang menelpon?" debat Alex.

"Hari ini aku sedang tidak ingin ke kantor. Aku juga malas kalau hanya diam di rumah. Jadi kau harus temani aku hari ini. Aku tidak ingin diganggu oleh siapapun."

"Bagaimana jika mereka mencari anda? Seharu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 91

    Alex memejamkan matanya kuat. Ia tidak berani untuk menyaksikan semua hal yang sedang berlangsung di depannya saat ini.Pasangan itu mengacuhkannya dan menganggapnya tak ada di sana sehingga membuat Alex merasa tidak nyaman.Hingga akhirnya Alex berdehem kuat, membuat dua sejoli itu saling melepaskan diri masing-masing."Maaf, Tuan ... saya masih ada di sini," celetuk Alex.Suasana canggung seketika menguasai mereka ketika Viona akhirnya menyadari bahwa pria yang ada di hadapannya adalah Erlangga.Gadis itu tercengang dengan mulutnya yang menganga lebar. Mata Viona membelalak hingga membuat kedua bola matanya hampir jatuh keluar."Sedang apa kalian di rumahku? Siapa yang mengizinkan kalian untuk masuk?" pekik Viona.Gadis itu langsung melempar buket bunga pemberian Erlangga itu hingga membuat beberapa kelopak bunganya patah dan berhamburan di atas lantai."Kenapa kamu jadi marah-marah seperti itu? Bukannya kamu bilang kalau kamu merindukan aku? Aku juga," balas Erlangga santai seperti

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 92

    Viona membelalak kaget. Tubuhnya dengan spontan menjauh dari jendela mobil ketika seorang pria mengetuk jendela mobilnya."Siapa kamu? Kamu mau apa?" pekik Viona dari dalam mobil.Pria itu langsung menunduk sambil mengintip ke dalam ketika suara cicitan Viona terdengar meski kecil. Dia memberi kode agar gadis itu menurunkan kaca jendelanya."Kamu sedang apa di sini? Tidak ada siapa pun yang tinggal di rumah ini. Siapa yang kamu cari?"Pria itu langsung melempar pertanyaan ketika Viona memberikan sedikit celah untukbya berbicara."Aku mencari pemilik rumah ini. Apa Tante Liana tidak tinggal di sini lagi?" balas Viona. Sulit dipercaya jika calon ibu mertuanya itu pergi begitu saja tanpa memberi kabar padanya kecuali jika dia ikut betsama Rangga untuk menemaninya di kota baru. Padahal pernikahan mereka hanya tinggal kurang dari satu bulan.Mendengar jawaban Viona, alis pria itu langsung berkerut."Apa kamu belum tahu kalau wanita itu sudah ditangkap polisi? Ku dengar dia tidak sendiri,

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 93

    "Kamu sudah datang, Er? Papa menunggumu sejak tadi. Apa Paman Daniel tidak datang bersamamu?"Prabujaya menoleh mencari sosok di belakang Erlangga. Tetapi yang tampak hanya Alex, asisten putranya.Erlangga menggeleng kemudian menjawab, "Tidak. Paman Daniel tidak bersama kami. Aku juga belum bertemu dengannya."Prabujaya mengerutkan keningnya, raut wajah langsung berubah. Tetapi buru-buru dia tepis pikiran jelek dari pikirannya itu."Untuk apa Papa datang ke sini? Aku pikir Papa tidak akan mencampuri urusanku lagi. Tapi ..." Kalimat Er menggantung. Wajahnya menyiratkan rasa kecewa karena Prabujaya gagal menepati janji yang telah dibuatnya."Papa datang bukan untuk mencampuri urusanmu," jawab Prabujaya cepat."Jika bukan untuk itu, lalu untuk apa Papa datang ke sini?"Pria tua itu menarik napasnya dalam-dalam. Dia berbalik dan berjalan menjauh lalu duduk di kursi tunggu. Ada orang lain di sana, karena itu dia menahan dirinya untuk mengatakan semuanya.Namun, sikapnya membuat Erlangga je

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 94

    "Tuan ...""Kita kembali ke rumah dulu," titah Prabujaya.Raut datar nyaris tanpa emosi mewarnai wajah pria paruh baya itu. Dia menahan gejolak di dadanya.Prabujaya masih tidak menyangka jika putra yang dia perjuangkan selama ini dan sangat di sayanginya telah melangkah terlalu jauh.Kali ini, Er tidak hanya menyeret mantan istrinya dan pria selingkuhannya itu. Tetapi juga menyeret banyak nama yang bakal sulit untuk dibersihkan."Erlangga terlalu nekat. Apa yang sedang direncanakan olehnya?" gumam Prabujaya pelan.Dia memutar sepasang bola mata hitamnya, menatap ke luar jendela di sisi kanan mobil.Daniel dapat mendengar semua perkataan Prabujaya dengan jelas, karena dia duduk di kursi pengemudi. Sementara pengawal berada di mobil lain.Namun, asisten pria itu tak ingin berkomentar. Daniel hanya tidak ingin membuat majikannya semakin khawatir."Apa tidak sebaiknya kita ke kantor saja, Tuan? Saya yakin, Tuan muda tidak akan kembali ke rumah siang ini." Daniel memberi saran padanya. K

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 95

    Suasana tegang di dalam kamar di lantai dua kediaman Prabujaya begitu terasa. Dokter Gunawan beberapa kali terlihat memeriksa denyut nadi dan tekanan darah pasiennya yang kini terbaring di ranjang.Dokter Gunawan juga dengan sigap memeriksa kadar oksigen di dalam tabung, sambil berharap-harap cemas pertolongan akan segera tiba.Sementara itu, Daniel dengan setia berjaga di sisi tuannya. Dia tidak sekalipun beranjak dari sana meski Nyonya Helen membujuknya untuk duduk beristirahat.Setelah menunggu cukup lama dalam perasaan cemaa, akhirnya ketiga orang di dalam ruangan itu dapat bernapas dengan lega ketika suara sirine ambulans mulai terdengar.Asisten Prabujaya itu segera beranjak keluar dari kamar Prabujaya."Tolong jaga Tuan, saya akan turun untuk melihatnya," kata Daniel cepat sebelum dia menghilang di balik pintu.Daniel berlari menuruni anak tangga secepat yang dia mampu. Usianya yang tak lagi muda tak membuatnya kehilangan kekuatannya.Ketika Daniel tiba di teras depan, dia meli

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 96

    "Sekarang kalian sudah tahu alasannya. Aku juga memikirkan hal yang sama seperti anda," kata Erlangga menimpali ucapan kepala unit satuan kriminal itu."Aku sangat terkejut pada awalnya, tapi itu adalah keberuntunganku. Aku jadi lebih paham mengapa mereka sangat membenci kami," sambung Erlangga."Ya. Saya juga tidak menyangka ada hal gila seperti ini dalam kehidupan orang kaya. Padahal mereka sudah memiliki segalanya tapi masih saja bermain-main tanpa memikirkan resikonya. Omong-omong, apa anaknya itu sudah tahu?" tanya David."Tentu saja. Dia mengetahuinya setelah penangkapan di bandara waktu itu. Bagaimanapun juga dia harus tahu, dia sudah cukup dewasa untuk itu."Ruangan itu hening untuk sesaat ketika Erlangga menyelesaikan kalimat terakhirnya.Er masih menunggu reaksi David di menit-menit berikutnya, berharap orangtua itu tidak akan menyerah untuknya."Jadi bagaimana, Pak David? Apa anda masih mau menghentikan kasus ini dan meninggalkan ketidakadilan atas kematian mama saya? Apa g

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 97

    Daniel memanggil salah seorang pengawal yang berjaga di luar ruangan. Dia memerintahkannya agar kembali ke River Villa bersama beberapa orang lainnya.Keberadaan seluruh pengawal Prabujaya di tempat itu telah mengundang perhatian banyak orang yang datang ke sana.Meskipun Daniel telah berusaha untuk mengabaikan suara-suara sumbang dari keluarga pasien lain yang berbisik-bisik di belakang mereka. Tetap saja itu mengganggunya."Kembali ke rumah sekarang! Aku ingin kalian menjaga rumah karena Tuan muda akan kembali sebentar lagi. Aku tidak ingin membuatnya curiga. Jangan katakan apapun padanya saat dia bertanya tentang Tuan Besar." Daniel memberi memberi perintah."Baik, Tuan."Para pengawal itu menyahut bersamaan kemudian berbalik dan pergi meninggalkan ruangan vip rumah sakit.Daniel kembali masuk ke dalam kamar. Dia menutup pintu dengan hati-hati tanpa meninggalkan suara dan mulai melangkah menuju sofa.Dia menatapnya dalam diam, melihat pergerakan di dada Prabujaya yang naik turun ke

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 98

    "Sudah jam tujuh malam, sebaiknya anda pulang sekarang." Alex mengingatkan tuannya.Dia duduk di sofa menunggu Erlangga bergerak dari kursinya."Oke, tunggu sebentar lagi. Aku masih harus menyelesaikan laporanku. Ini sidah tertunda beberapa hari." Erlangga mempercepat jemarinya, mengetik beberapa kata terakhir di layar komputernya. Tidak lebih dari sepuluh menit, komputer lipat itu sudah dipadamkan.Erlangga bangkit dari kursinya, meraih jasnya kemudian berjalan menuju pintu.Alex buru-buru berdiri dan berlari mendahuluinya untuk membukakan pintu untuk Erlangga. Mereka berjalan beriringan menuju lift."Apa Papa sudah pulang duluan?" tanya Er ketika mereka lewat di depan ruangannya. Dia bahkan tidak berniat untuk mencarinya ke ruangannya."Saya pikir Tuan Besar tidak datang ke kantor," jawab Alex."Benarkah? Apa mereka langsung kembali ke rumah tadi siang? Aneh sekali, apa dia masih marah padaku?" Erlangga menebak-nebak apa yang terjadi."Itu sudah pasti. Tuan Prabujaya marah pada and

Bab terbaru

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 127

    "Apa kau sudah dapatkan apa yang aku perintahkan padamu?" Prabujaya bertanya tanpa menoleh. Pria paruh baya itu terus berjalan menuju meja kerjanya.Asistennya, Daniel, mengikutinya dan berhenti tepat di depan meja kerja Prabujaya."Putri Ilham Samudera datang untuk mendengar hasil putusan pengadilan. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahui kabar itu, tapi seseorang pasti telah memberi gadis itu informasi. Dan saya yakin ini adalah ulah Tuan Muda Erlangga," jawab Daniel tegas."Apa kau telah memeriksanya dengan jelas?" Ada tekanan di dalam suara Prabujaya."Tentu saja, Tuan. Saya bisa memastikan semua itu benar," jawab Daniel tegas. "Tapi ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan. Ini mungkin sedikit mengejutkan, tapi anda harus mengetahuinya." Daniel berusaha memperjelas situasinya."Hal penting apa?" Raut wajah Prabujaya langsung berubah. Matanya menyipit tajam."Ternyata Tuan Muda telah beberapa kali bertemu dengan putri Ilham Samudera dan berusaha untuk mendekat

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 126

    Pukul tujuh tiga puluh pagi, Komplek River Villa.Erlangga terlihat turun dari kamarnya dengan pakaian rapi. Senyum di wajahnya mengembang, membuatnya terlihat menawan pagi ini.Hari ini sudah diputuskan bahwa Erlangga akan kembali ke perusahaan, melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Tetapi haris ditinggalkan dengan setumpuk alasan yang cukup masuk akal.Er sudah bertekad untuk melupakan semua yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. Namun, bukan berarti dia telah melupakan obsesinya untuk mendapatkan Viona. Gadis itu tetaplah menjadi maskot kemenangannya."Selamat pagi semuanya." Er menyapa semua orang di ruang makan. Wajahnya sangat cerah pagi ini, membuat Prabujaya berdehem pelan karenanya.Nyonya Helen yang berdiri tak jauh dari Prabujaya juga menatapnya heran penuh curiga. Rasanya sangat aneh dan sulit untuk dipercaya bahwa anak asuhnya akan berubah hanya dalam satu malam. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi kepadanya."Ehem ... sepertin

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 125

    "Bukankah Erlangga pergi ke persidangan hari ini? Untuk apa gadis itu mencarinya? Sejak kapan mereka dekat? Apa kau mengetahui sesuatu?"Nyonya Helen tidak berharap Prabujaya akan bertanya tentang hal itu padanyaMeski pria tua itu memaksanya untuk bicara, Nyonya Helen juga tidak tahu harus menjawab apa padanya."Saya juga tidak tahu, Tuan. Nona Viona hanya mengatakan ingin bicara dengan Tuan Muda. Tapi dia tidak menjelaskan alasannya. Bahkan saat saya memintanya pulang, dia menolaknya.""Apa mereka sudah bertemu tadi? Apa yang mereka bicarakan?""Maaf, Tuan ... saya tidak mendengarnya karena saat itu Tuan Muda minta untuk dibuatkan minuman hangat. Dan saat saya kembali, Nona Viona sudah pergi."Suara helaan napas panjang terdengar dari mulut pria tua itu.Prabujaya tidak percaya sepenuhnya pada wanita itu, tetapi dia juga tidak dapat memaksanya untuk bicara sekarang."Apa Elangga ada di kamarnya?"Wanita itu mengangguk. "Ya, Tuan. Tuan Muda ada di kamarnya."Prabuajaya berdiri. Dia me

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 124

    "Tuan Muda, boleh saya masuk?"Suara panggilan Nyonya Helen bergema diikuti oleh suara ketukan di pintu kamar Erlangga. Namun, tidak ada jawaban.Wanita paruh baya itu mendorong pintu kamarnya dengan lembut lalu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.Saat ini, Erlangga baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Cuaca dingin ditambah suhu kamarnya yang dingin sama sekali tidak berpengaruh padanya.Dia mengeringkan rambutnya kemudian melempar handuk berwarna putih itu dengan asal di atas ranjang. Dan ketika Erlangga berbalik, dia terkesiap ketika melihat Nyonya Helen sedang berdiri menatapnya. Kehadiran Nyonya Helen di kamarnya membuat jantungnya berdegup kencang."Kapan ibu masuk? Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?" "Saya sudah mengetuk tapi tidak ada jawaban. Karena khawatir, saya masuk untuk memeriksa," jawab Nyonya Helen.Er mengusap dadanya seraya menyentak napasnya kuat."Ada apa?" tanya Erlangga kesal."Saya hanya ingin bertanya untuk memastikan sesuatu. Apa and

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 123

    "Apa kau melihat gadis tadi? Bukankah itu Viona, tunangan Rangga?" tanya Prabujaya. "Kenapa dia lari terburu-buru?"Daniel langsung menoleh ke belakang dan melihat gadis yang dimaksud oleh Prabujaya sedang berlari keluar rumah sambil menangis.Dia langsung mengenali gadis itu sebagai putri dari Ilham Samudera dan Delia."Itu memang Nona Viona, putri dari Tuan Ilham. Tapi untuk apa dia datang ke sini?" ucap Daniel. Dia mencoba menebak-nebak apa yang baru saja terjadi ketika mereka sedang tidak berada di rumah.Prabujaya menoleh pada asistennya sambil berkata, "Itu adalah tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi pada gadis itu!""Baik, Tuan," jawab Daniel.Tanpa membuang waktu, Daniel segera meninggalkan rumah itu. Dia segera masuk ke dalam mobil dan mulai mengejar Viona yang telah berada cukup jauh di depan.Hujan lebat tak membatasi gadis itu untuk mengemudikan mobilnya. Suasana hatinya yang buruk telah menyulapnya menjadi raja jalanan secara mendadak.Viona dengan sengaja menyeret d

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 122

    Ada apa? Untuk apa Ibu Helen menelponmu?""Ada wanita yang datang ke rumah mencari anda?""Wanita? Siapa?" Sepasang alis hitam milik Erlangga tertarik ketika keningnya berkerut."Entahlah, saya juga tidak tahu. Nyonya Helen tidak mengatakan apapun tadi."Erlangga memutar matanya, menebak-nebak sosok wanita yang sedang menunggu kedatangannya.Sejauh ini, Er hanya mengenal dua orang wanita saja sejak dirinya kembali ke negaranya."Sylvia? Tidak mungkin! Dia sama sekali belum mengetahui siapa aku sebenarnya. Bagaimana mungkin dia tahu aku tinggal di sana?" Erlangga berbicara pada dirinya sendiri."Apa mungkin wanita itu adalah Nona Viona?" celetuk Alex dari kursi depan.Pikiran Erlangga langsung teralihkan.Ketika mendengar Alex menyebut nama gadis itu, Erlangga teringat kembali pada percakapan antara dirinya dan Viona sehari sebelumnya.Er tidak menyangka, hati gadis itu akan tergerak karena perkataannya."Ayo, buruan! Kita harus tiba lebih dulu dari mereka. Aku tidak ingin Papa bertemu

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 121

    "Siapa?""Pak Hamdan. Apa anda mengenalnya, Pak?" Pak Hasan balik bertanya. Matanya menelusuri setiap perubahan raut di wajah Alex ketika keningnya mulai berkerut."Pak Hamdan? Tentu saja saya kenal dengannya. Dia adalah orang yang telah membantu Tuan Muda kami, tanpa dia mungkin kasus ini akan tetap tersimpan rapat-rapat. Tidak perduli meskipun kami memiliki banyak bukti untuk membuat mereka mendekam di penjara, tanpa bantuannya semua akan sia-sia." Alex berbicara dengan suara rendah untuk menghindari orang yang ingin mencuri dengar.Dia lantas menghembuskan napasnya kuat ke udara, sementara pikirannya melayang membayangkan saat-saat dimana dirinya melakukan banyak hal bersama tuannya untuk mendapatkan semua bukti yang mereka miliki sekarang."Akhirnya ... Tuan Muda Erlangga bisa lebih tenang menjalani hidupnya sekarang," ucap Alex dengan perasaan lega."Syukurlah. Tidak disangka Erlangga mampu melewati semuanya dengan sabar ya, Pak. Jika saja Olivia masih hidup, dia pasti akan sanga

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 120

    Kemunculan keluarga Pak Hasan bersama beberapa warga desa berhasil mencuri perhatian beberapa pencari berita yang telah menunggu di depan pintu ruang sidang.Rombongan warga desa itu terlihat turun dari sebuah mobil keluaran lama dan berdiri menunggu di depan pintu untuk dipersilahkan masuk.Akan tetapi, tak seorang pun dari wartawan itu bergerak untuk mengejar mereka karena berpikir bahwa keluarga Pak Hasan hanyalah warga biasa seperti yang lainnya.Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Pak Hasan. Laki-laki itu dan istrinya pelan-pelan berpisah dari rombongan untuk mencari Erlangga."Permisi, Pak. Kapan sidangnya akan dimulai, ya?"Pak Hasan mendekati seorang petugas berseragam coklat yang baru saja keluar dari sebuah ruangan di samping ruang sidang untuk bertanya padanya."Mungkim sekitar satu jam lagi," jawab petugas itu.Saat dia akan pergi, Pak Hasan menahannya dan kembali bertanya padanya."Tunggu, Pak. Apa Erlangga sudah tiba di sini?""Erlangga? Maaf, Pak ... saya tidak kenal.

  • DENDAM SANG PEWARIS   Bab. 119

    Daniel mencoba mengabaikan wajah sendu Vionaà sebelum suasana di ruangan itu terkena imbasnya.Dengan suara tegas, Daniel kembali bertanya pada gadis itu. "Bisa beri tahu saya lebih detail apa yang dia katakan pada anda, Nona?"Mata VIona melebar.Entah mengapa Viona merasa bahwa asisten Tuan Prabujaya tidak mempercayai ucapannya.Karena itu, Viona melempar ponselnya dengan kesal di atas meja."Kau bisa baca sepuasnya!"ucap gadis itu lantang, kemudian berlalu dari ruangan itu untuk bersembunyi di kamarnya yang tenang.Semua orang di ruangan itu tercengang dengan aksi Viona yang tiba-tiba.Mereka menatap kepergiannya hingga tubuh Viona perlahan menjauh dan menghilang dari pandangan."Saya minta maaf, Tuan Ilham. Saya harus lakukan ini demi kebaikan Nona Viona." Daniel segera mencari alasan sebelum kedua orang tua gadis itu mulai menyalahkannya."Jangan diambil hati. Putriku sangat sensitif akhir-akhir ini. Lakukan saja apa yang harus kau lakukan."Daniel mengangguk.Dengan perasaan be

DMCA.com Protection Status