Home / Romansa / Love You Aleea / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Love You Aleea : Chapter 101 - Chapter 110

124 Chapters

Pasal Belok

101Waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 WIB saat kami keluar dari gedung kantor. Mas David kembali memperingatkan agar aku tiba tepat waktu di tempat pertemuan kedua yang akan diadakan jam empat sore. Kami memasuki mobil berbeda dan Mas David membunyikan klakson sebelum kendaraannya melaju keluar dari area parkir. "Kita ke mal dulu, Mang," ujarku sembari membuka jas dan memberikannya pada Ijan yang segera menggantungnya di belakang. "Mal mana nih?" tanya Mang Idim sambil menyalakan mesin. "Ehm, yang terdekat, mal apa?""Kelapa Gading. Atau mau ke Artha juga bisa. Sekalian lewat." "Kelapa Gading aja. Sekalian kita makan, baru anterin aku ke rumahnya Lea. Numpang salat dan istirahat bentar." "Aku mau numpang tidur di tempat Aleea," timpal Ijan dari kursi tengah. "Tidur bisa di mobil," sahutku. "Terus aku ngapain? Jadi lalat pas kalian kencan?""Nonton, main games. Atau kalau nggak, kamu belajar nyetir." "Pake mobil ini?" "Ehm, pinjam mobil Lea aja." "Oke, deh." Ijan tiba-tiba
Read more

Patah Hati

102Aku enggak bisa tidur karena masih terngiang-ngiang ucapan Om Yoga tadi siang. Aku belum mau membicarakan hal ini pada orang tua karena mereka pasti akan terkejut. Aku sendiri masih tidak menyangka akan diminta melakukan hal itu dalam waktu dekat.Merasa lelah mencoba tidur akhirnya aku menggapai ponsel yang tengah diisi daya, kemudian mencabut kabelnya sebelum memangku benda itu di atas perut. Aku memutuskan menonton film dari negeri gajah putih yang pernah direkomendasikan Aleea tempo hari. Berbeda dengan kebanyakan gadis muda lainnya yang mengidolakan artis dari negeri ginseng ataupun Hollywood, kekasihku nan jelita itu justru menyukai artis-artis dari negara penghasil drama terbanyak ketiga setelah Korea Selatan dan Cina. Bukan tanpa sebab Aleea melakukan hal itu, karena menurutnya drama-drama Thailand lebih membumi alias tidak terlalu halusinasi, masih sebanding dengan realita kehidupan. Selain itu, paras para artis yang merupakan perpaduan antara Cina dan Asia Tenggara me
Read more

Alasan Biar Berhenti Ngejar

103Pertunjukan malam minggu ini sangat sukses. Meskipun vokalis hanya tiga orang, tetapi semua pemain musik hadir dan bersemangat menyajikan penampilan terbaik. Seperti biasanya, aku tampil empat kali dengan dua puluh judul lagu. Empat judulnya diambil dari albumku sendiri alias promosi terselubung. Seusai pertunjukan, kami diajak Kang Ryan mengobrol sebentar di ruang kerjanya. Selain kami, Kak Hasna juga turut serta dalam rapat mendadak itu. Kami duduk berdampingan di dua sofa panjang yang tersedia. Sementara Kang Ryan menarik singgasananya hingga mendekati kami. "Dua minggu lagi aku bakal berangkat ke Singapura. Senin nanti, manajer baru akan datang untuk membantu Hasna," ujar Kang Ryan memulai percakapan. "Aku harap kalian bisa membantunya bekerja sama. Karena jujur aja, sangat sulit mencari orang yang kompeten saat ini," sambungnya. "Siap, Ryan," jawab Mas Fa mewakili kami. "Apakah kami kenal orang ini sebelumnya?" tanyanya sembari memajukan badan. "Sepertinya kenal. Karena d
Read more

Wajah Mirip Biasanya Jodoh

104Kelompok ibu-ibu dan remaja putri berkaus merah muda membuatku mati kutu. Bertambah gugup saat para perempuan muda tersenyum-senyum ke arahku sebelum menghampiri dan mengajak berkenalan sambil bersalaman. Satu per satu mereka menyebutkan nama yang kubalas dengan hal serupa. Setelahnya giliran para Ibu yang mengerubungi tanpa bisa dicegah lagi. "Ternyata ini yang namanya, Kenzo," ucap seorang perempuan berjilbab putih yang bertubuh montok khas ibu-ibu. "Perkenalkan, saya, Lastri, mamanya Ryan," sambungnya yang membuatku akhirnya paham bagaimana Kang Ryan bisa mengetahui acara jalan-jalan ini. "Salam kenal, Tante," balasku sembari merunduk dan mencium tangannya dengan takzim. Saat aku menegakkan badan, Tante Lastri menatapku saksama seraya mengulaskan senyuman. Kemudian dia mengalihkan pandangan pada Aleea yang tengah berbincang dengan para gadis, lalu memandangiku kembali. "Wajahmu dan Aleea ada kemiripan. Biasanya jodoh kalau mirip gitu," tutur Tante Lastri yang membuatku semp
Read more

Kangen, ya, Sama Aku?

105Perjalanan selama dua jam lima belas menit akhirnya usai. Kami tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan dan bergegas turun untuk mengambil bagasi. Kami berpindah ke pesawat yang akan menuju Berau. Aku menarik koper hitam milik Mama Anita di tangan kanan dan tas biru tuaku di tangan kiri. Aleea dan teman-temannya telah terlebih dahulu jalan bersama ibu-ibu sambil menyeret koper masing-masing. Sengaja para Bapak membiarkan ibu-ibu jalan di depan karena mereka langkahnya tidak selebar kami. Setibanya di ruang tunggu, Aleea melambaikan tangan. Aku menghampirinya dan terkesiap ketika dia mengusap wajahku dengan tisu, kemudian memintaku duduk bersebelahan dengannya. "Di pesawat nanti kita duduk berderet," tukas Aleea. "Oh, nggak dipisah cowok cewek kayak tadi?" tanyaku. "Enggak. Sekarang kursinya per keluarga. Kita bertiga sama Mama." "Kangen, ya, sama aku?" Aleea melirik, kemudian melengos. Aku tersenyum lebar, sangat menyukai sikapnya yang seperti itu. Menggemaskan dan rasanya ing
Read more

Manta Ray

106Aku duduk bersebelahan dengan Kak Dzaki. Sementara Aleea dan mamanya duduk di kursi belakang kami. Aku dan Kak Dzaki berbincang santai mengenai perkuliahan. Kami sama-sama fakultas komunikasi, tetapi dia memilih jurusan hubungan internasional. Perjalanan menuju penginapan ditempuh selama tiga puluh menit. Saat menjejakkan kaki di ujung dermaga, aku memasangkan tongkat khusus yang disambungkan ke ponsel. Kemudian bergaya bak selebgam dengan latar belakang orang-orang yang tengah turun dari perahu. "Gaya beneran kayak presenter, Ken. Bisa?" tanya Kak Dzaki. "Bisa, dong," sahutku. "Tunggu." Pria berkumis tipis melepaskan tas ransel hitamnya dan membuka ritsleting benda itu untuk mengeluarkan kamera beresolusi tinggi, yang pernah dilihat dipakai Mas Benigno saat mengambil video ketika aku tengah rekaman. Ketika Kak Dzaki mempersiapkan kamera, Aleea merapikan rambut dan mengusap wajahku dengan tisu tanpa diminta. Kemudian dia berpindah ke depan bersama para gadis, sedangkan ibu-i
Read more

Realmente Te Quiero

107"Senyum-senyum mulu. Mikir apaan?" tanya Kak Dzaki yang duduk di samping kiriku. "Ehm, pengen jalan-jalan ke luar negeri," terangku. "Aleea bukannya nanti akan lanjut kuliah di London?" "Rencanya gitu. Aku ikut ngantar ke sana. Nanti pulangnya bareng Mama dan papanya." "Kenapa kamu nggak ikut kuliah di sana juga?""Aku terikat kontrak rekaman, Kak. Nggak bisa kuliah pascasarjana jauh-jauh. Kuliah di sini aja. Maksudku di Jakarta." Aku terdiam sejenak, kemudian bertutur, "Papanya Aleea juga memintaku belajar bisnis. Kata beliau, jaga-jaga karirku mandek, aku bisa banting setir jadi pengusaha. Beliau ada rencana mau buat resort, aku bakal bantu bagian marketing dan public speaking, keahlianku di sana." "Bagus itu. Jadi pas Aleea pulang, bisnis tinggal dilanjutkan setelah kalian nikah." Aku spontan cengengesan. "Masih jauh, Kak," imbuhku. "Kata Mama dan para manajer, aku harus siap mental kalau mau nikah. Apalagi usia kami cuma beda bulan alias dunianya sama. Harus benar-benar
Read more

Sudah Punya Pacar?

108Sesuai dugaan, perjalanan pulang menuju Jakarta ditempuh lebih lama daripada saat perginya. Hal ini disebabkan karena keterlambatan pesawat dari Bandara Sepinggan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Jika seperti jadwal, kami sudah tiba jam tiga sore, tetapi kenyataannya terlewat satu jam lebih. Om Yoga menjemput kami bersama Pak Nanang, sopir kantor. Mereka mengantarkanku terlebih dahulu ke rumah yang disambut kedua orang tuaku dengan hangat. Bahkan, Om Yoga dan keluarga yang tadinya ingin langsung pulang akhirnya mengubah waktu dan ikut salat Magrib di rumah. Selanjutnya kami menikmati hidangan makan malam sambil mengobrol santai. Setelahnya mereka berpamitan. "Seru nggak, Bang, di sana?" tanya Kai, sesaat setelah aku duduk di sofa ruang tengah. "Seru. Walaupun terburu-buru jadinya nggak semua tempat wisata didatangi. Tapi Abang nggak kapok buat ke sana. Kapan-kapan kita sekeluarga berlibur dan nginap tiga hari. Biar semua tempat dikunjungi," jawabku. "Kata Teh Anita
Read more

Itu Lagi. Tambah Ngeri!

109Hari berganti hari. Sore ini aku tiba di kelab dengan tubuh yang sudah lebih segar. Mama mewajibkanku mengonsumsi vitamin agar tidak jatuh sakit. Selain itu, tadi pagi aku menyempatkan diri lari pagi hingga tiba di kompleksnya Ijan. Namun, pulang dari sana, aku menumpang ojek demi kesehatan betis. Aleea dan Sandy yang menemaniku sejak pagi hari, ikut sibuk merapikan penampilanku seusai menunaikan salat Magrib. Kemudian kami jalan berdampingan menuju belakang panggung, tempat di mana Mas David, Mas Fa dan Linda telah menunggu. Kondisi Linda sudah jauh lebih baik daripada beberapa minggu lalu. Dia juga tidak pernah sendirian lagi bila harus bekerja. Biasanya Mas Steven yang akan mengantar jemput Linda bila harus tampil di kafe. Namun, hari ini dia datang bersama Mas Fa. Aku tidak terlalu paham dengan proses kasusnya melawan Angga yang masih belum maju ke persidangan. Menurut Om Yoga, prosesnya bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Sebab itulah Mas Benigno menyarankan Linda
Read more

Supaya Nggak Diculik

110Minggu pagi yang cerah. Aku menyempatkan joging bersama keluarga. Seusai memutari kompleks, kami berhenti di deretan ruko depan dan memilih tempat untuk menikmati sarapan. Khanza meminta bubur ayam dan kami berempat mengikuti tuan putri yang beberapa minggu lagi akan berusia tujuh tahun. "Abang ke tempat promosi nanti sama siapa?" tanya Papa, sesaat setelah kami duduk di bangku plastik biru di lapak pedagang. "Aleea. Beres acara resepsi saudaranya nanti kamu ke kantor radio," jawabku, sengaja tidak mengungkapkan acara kencan singkat dengan Aleea. "Pulang dari kelab, Papa jemput. Lea biar pulang duluan jam delapan. Jangan terlalu malam dia pulangnya, ngeri." "Iya, Pa. Rencananya sebelum kami ke kelab, mau jemput Nin dulu biar Lea nggak sendirian pulangnya." "Ehm, Bang, ulang tahun Khanza, Lea mau bantu dandanin Mama nggak?" tanya Mama yang duduk berdampingan dengan Papa di seberang meja. "Nanti kutanyain. Acara Khanza mau dirayain?" Aku balas bertanya. "Mama sekalian selamat
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status