Beranda / Romansa / Love You Aleea / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab Love You Aleea : Bab 111 - Bab 120

124 Bab

Sekalian Kita Kencan

111"Kita berangkat sekarang?" tanyaku sembari mengurai pelukan. "Iya," lirih Aleea. "Bentar, aku touch up lagi," ungkapnya. Aku mengulaskan senyuman saat Aleea menatapku sekilas, sebelum dia berdiri dan jalan keluar. Aku mendengkus pelan sembari menyugar rambut. Setelahnya aku berdiri dan menghampiri meja rias untuk merapikan diri. Beberapa belas menit berikutnya kami sudah berada di mobil CRV putih. Pada awalnya Aleea hendak menggunakan mobil sedan merahnya, tetapi Mama Anita menelepon dan meminta dibawakan beberapa barang yang ternyata tidak muat di mobilnya. Untunglah kemarin mobil CRV memang tidak digunakan mengantar jemputku. Sesuai permintaanku bila mobil akan disimpan di rumah Om Yoga bila tidak digunakan. Karena halaman rumah orang tuaku hanya cukup dipakai parkir satu mobil. Bila ada mobil CRV, biasanya diparkirkan di depan pagar dan Papa akan memberikan tambahan upah buat penjaga keamanan, agar mereka mau membantu mengamankan mobil dan lingkungan sekitar. Sepanjang per
Baca selengkapnya

KuFinang Kamu Dengan Cinta

Minggu terakhir libur diisi dengan jadwal promosi yang sangat padat. Setiap hari aku turun dari rumah jam delapan pagi dan baru sampai lagi jam sembilan malam. Khusus penghujung minggu aku akan pulang lewat dari jam sebelas. Bahkan terkadang baru bisa tidur mendekati jam dua belas malam. Aku harus mengakui cara kerja tim yang sangat luar biasa dalam mendukung langkahku meniti karir. Meskipun sama-sama lelah, tetapi mereka tetap bersemangat sekaligus menyemangatiku bila tengah kelelahan. Seperti malam ini, aku tampil di kelab N dengan ditemani Mas Fa, Sandy dan Willy. Wajah mereka sudah kuyu, tetapi tetap menampilkan senyuman untuk menyemangatiku. Tepat pukul 23.00 WIB pertunjukan usai. Aku berpamitan pada rekan-rekan band yang digawangi Mas Rendra, seorang pemain drum andal yang selalu membuatku terpukau bila dia tengah bermain solo. "Ken, bulan depan aku nikah. Bisa ngisi nyanyi nggak?" tanya Mas Rendra saat aku bersalaman dengannya. "Bentar, Mas." Aku memanggil Ijan, kemudi
Baca selengkapnya

Daily Life Of Kenzo

"Aku nggak mikir kalau dia ngedeketin Kenzo hanya buat artikel di akun media sosial dan mungkin akan dijual ke pembeli tertinggi," tukas Aleea, sesaat setelah dia menceritakan semua yang diketahuimya tentang Fina dari beberapa perempuan yang saat acara resepsi kemarin juga menjadi pagar ayu. "Ehm, maksudnya, dia bikin daily life of Kenzo?" tanya Humaira yang duduk berderet dengan Tie, Nin dan Maia. "Betul," jawab Aleea. "Sebetulnya kalau yang bagus-bagus diceritain, bisa jadi ajang promosi. Tapi, takutnya hal-hal pribadi pun akan diumbar ke publik. Contohnya hubungan kami," ungkapnya. "Aku dan Kenzo sepakat untuk tidak tampil mesra di depan khalayak. Mungkin juga akan mengurangi waktu tampil berdua di muka umum," sambungnya. "Dan itu kami lakukan demi privasi Aleea. Kalau aku sih, udah susah ditutupi lagi. Tapi, Aleea tidak boleh terekspos kepribadiannya," terangku. "Aku paham. Dan sulit nutupin itu di kampus karena hampir semua orang tahu jika kalian pacaran," cakap Tie. "Hu um.
Baca selengkapnya

Tamu Meletus

Pagi ini aku tiba di kampus hanya berselang beberapa menit sebelum dosen mata kuliah pertama memasuki kelas. Aku mengambil saputangan handuk biru muda dari tas dan mengusap wajah hingga leher yang berkeringat, akibat menjadi pelari maraton dari tempat parkir hingga kelas di lantai tiga.Pada tengah-tengah pelajaran tiba-tiba perutku mulas. Susah payah ditahan hingga berkeringat, tetapi akhirnya tamu meletus tanpa permisi. Semerbak aroma menguar di sekitar dan membuatku cepat-cepat menutup hidung. Satu per satu rekan di sisi kanan dan kiri melakukan hal serupa. Bahkan Tie dan Humaira yang duduk di depanku mengibas-ngibaskan buku sambil menoleh ke sana kemari. Aku berlakon tidak bersalah dan ikut mengibaskan tangan di depan wajah sambil memindai sekeliling. Kala mata kuliah usai, kedua perempuan kompak berbalik dan memelototi yang seketika menjadikan nyaliku menciut. Aku menelan ludah sebelum memaksakan senyuman agar mereka tidak curiga. Namun, sedetik kemudian mereka serentak mencubi
Baca selengkapnya

Bagian Terindah

Hari berganti hari. Perputaran waktu begitu cepat berlalu. Minggu terlewati dan bulan berikutnya dilalui dengan kesibukan luar biasa. Setiap usai salat Subuh aku akan tidur selama satu jam. Setelah itu bergegas mandi dan berangkat kuliah. Sepulang kuliah disambung promosi di berbagai tempat. Sorenya aku sudah bersiap-siap di kafe ataupun kelab. Kendatipun jadwal tampilku sudah dikurangi hanya sampai jam sepuluh, tetapi tetap saja aku kelelahan dan sering tertidur di perjalanan. Kemajuan menyetirku tidak berkembang karena setiap masuk mobil, mataku sulit diajak kompromi. Mang Idim dan Willy bergantian menjadi sopir. Aku juga memaksa Ijan dan Sandy untuk belajar mengemudi. Hubunganku dan Aleea masih terjalin meskipun kesulitan mendapatkan sedikit waktu bersama. Bila tengah berduaan, semaksimal mungkin aku memfokuskan diri padanya dan mematikan ponsel. Seperti hari ini, setelah beberapa bulan akhirnya kami bisa berlibur kembali ke Bandung, seusai pertunjukan kecil di sebuah kelab. Mob
Baca selengkapnya

Kami Nggak Ke Mana-mana

Tepat pukul 07.00 WIB, aku dan kelompok keluar dari hotel menuju tempat wisata terkenal di daerah Lembang. Aku ikut dalam mobil yang dikemudikan Aleea. Nin dan Maia berada di kursi belakang. Sementara yang lainnya menaiki mobil SUV milik Papa. Suasana jalan raya yang padat, tidak mengurangi semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Aleea mengemudi dengan cekatan dan membuatku terintimidasi karena masih belum lancar menyetir. Sesampainya di Farm House Susu Lembang, para gadis begitu heboh untuk melakukan swa foto. Gaya khas cerianya perempuan muda membuatku tersenyum menyaksikan tingkah mereka yang alami dan tanpa dibuat-buat. Namun, seruan beberapa orang membuatku meringis karena dikenali sebagai artis baru. Mau tidak mau aku melayani acara foto bersama dan sesi tanda tangan. Sedapat mungkin berusaha ramah meskipun sudah ingin kabur dan melanjutkan berlibur. "Sudah cukup, ya, Akang-akang dan teteh-teteh. Abang Kenzo mau berwisata dulu," tutur Ijan sembari memegangi pundakku. "Per
Baca selengkapnya

Jangan Ke Lain Hati

Mimpi buruk akhirnya menimpaku. Hal yang paling ditakuti oleh semua penyanyi adalah memburuknya kualitas pita suara. Aku diminta Papa untuk menghemat bicara. Selama beberapa hari di rumah aku membawa kertas dan pulpen ke mana-mana. Bila ada yang bertanya aku menjawabnya dengan tulisan. Semua jadwal kerja ditangguhkan hingga minggu berikutnya. Mas Fa dan yang lainnya benar-benar ketat pengawasan agar suaraku benar-benar pulih. Mereka bahkan melarangku berlatih karena takut suara kian rusak dan akhirnya menghilang.Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Akhirnya suaraku kembali normal dan bisa bekerja lagi, walaupun porsinya sedikit. Jadwal manggung di tiga tempat hanya tiga hari di akhir pekan, empat hari berikutnya difokuskan pada promosi. Bulan berganti, aku dan teman-teman bersiap melakukan ujian. Seperti biasa, Humaira dan Tie menjadi andalanku untuk menjelaskan semua mata kuliah. Selain itu, setiap malam aku dan Ijan belajar bersama untuk mengejar ketertinggalan. "Ya,
Baca selengkapnya

Penyamaran

Sorot lampu dari berbagai arah membuatku silau. Aku mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakannya menatap cahaya berkekuatan penuh yang mengiringi gerakan serta langkahku ke semua sudut panggung. Setelah lagu keenam, aku berpindah ke belakang panggung. Linda menggantikan posisiku untuk menyanyikan tiga lagu sebagai pengisi kekosongan. Aku membuka baju yang lembap dan melemparkannya ke tas biru tua di ujung kursi. Ijan mengulurkan handuk kecil merah dan aku mengambilnya untuk menyeka peluh di wajah serta leher. Ijan mengarahkan kipas kecil bertenaga baterai ke badanku. Sementara Sandy menyiapkan pakaian ganti. Belum hilang keringat, aku bergegas berganti pakaian dan berias seadanya. Rambut yang basah segera dikeringkan Ijan menggunakan hairdryer, sedangkan Sandy memegangi kipas elektrik sekaligus kipas konvensional. Teriakan Mas Fa yang tadi mengecek penampilan Linda menyadarkanku untuk bergerak lebih cepat. Pria berkemeja putih pas badan berpindah ke dekat kursi dan membantuku men
Baca selengkapnya

Maksa Biar Kamu Jadi Jodohku

"Hasil album pertamamu sudah lumayan naiknya. Walau nggak langsung hits, kamu harus tetap semangat, Ken," ujar Pak Daud sembari menepuk pundak kiriku. "Ya, Pak. Jujur, bisa nyampe di titik ini aku udah bahagia banget. Tanpa bantuan bapak-bapak di sini, mungkin selamanya aku hanya menjadi penyanyi kafe," tuturku sembari mengatupkan kedua tangan di depan dada. "Kami hanya membantu sedikit. Selebihnya usahamu yang sudah maksimal yang menjadikanmu cukup terkenal," cakap Pak Salim yang berada di kursi seberang. "Setelah kamu beres skripsi, kita langsung kerjakan penggarapan album kedua," ungkap Mas Benigno yang kubalas dengan anggukan. "Ya, Mas," jawabku. "Moga-moga nggak ada halangan dalam pembuatan skripsi," lanjutku. "Kapan dimulainya?" tanya Mas David. "Dua minggu lagi," paparku. "Berarti tampil di akhir pekan aja. Senin sampai Kamis fokus ke urusan kuliah." Aku mengangguk mengiakan. "Mas Fa udah nyetop semua jadwal panggung. Terakhir minggu ini." "Lebih baik memang beg
Baca selengkapnya

Bisa Sekalian Cariin Calonnya?

Waktu terus bergulir dengan kecepatan maksimal. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang sanggup menghentikan perputaran masa. Semuanya melesat tidak terbatas dan membuat setiap insan berlomba-lomba menguasai waktu. Hingga semua rutinitas berlangsung runut dan lancar. Demikian pula denganku. Hal serupa seperti masa awal kuliah dijalani dengan sungguh-sungguh. Aku benar-benar berusaha memanfaatkan setiap menitnya agar penyelesaian bab demi bab skripsi bisa berjalan tertib dan berhasil diselesaikan tepat waktu. Waktu cuti dari label musik hanya satu semester, artinya cuma enam bulan aku bisa mengerjakan tugas akhir dengan fokus maksimal. Lewat dari waktu itu, aku sudah harus berjibaku dengan melakukan rekaman album kedua, sekaligus masih terus mempromosikan album pertama. Tiba di penghujung minggu. Akhirnya aku bisa melepas penat dan menghabiskan waktu bersama kekasih tercinta. Tentu saja kami tidak pergi berdua saja, readers. Trio kwek-kwek dan kedua adikku juga turut serta. Demikian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status